Share

53. Fitting Baju

Author: Blue Rose
last update Huling Na-update: 2025-12-16 19:27:27
Aron mengajak Lusi bertemu di salah satu butik malam harinya. Sopir Aron yang menjemputnya untuk fitting baju pengantin.

Lusi merasa ini terlalu cepat, tapi juga mungkin yang terbaik untuk mereka. Ia percaya bahwa apapun usaha yang mereka lakukan pasti akan berakhir baik.

"Aron!"

Aron yang awalnya duduk fokus dengan tabletnya langsung menoleh dan mendapati Lusi yang baru datang.

"Hai, Sayang. Sini!"

Ia langsung bangkit dari duduknya dan merangkul calon istrinya itu.

Beberapa pegawai di sana saling pandang, mungkin tak menyangka calon pengantin Aron adalah Lusi yang mungkin terlalu biasa untuk Aron.

"Sorry gak bisa jemput langsung. Kamu udah pilih modelnya di katalog?"

Lusi menggeleng. "Iya gak papa. Tapi aku ada request model sendiri, gak ngikut di katalog. Boleh gak?"

Aron menoleh ke desainer yang sedari tadi mendengarkan mereka. Wnag desainer yang merasa diberi ruang untuk bicara pun kemudian maju.

"Halo, Kak Lusi. Saya desainer yang akan mendesain gaun peng
Blue Rose

Btw untuk contoh gaunnya udah aku sematkan di sorotan ige aku ya... by_bluerose🌶❤😘

| 3
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Blue Rose
bukan bapak mertua kandung tapi...
goodnovel comment avatar
Nindry Ayangcrut
bpk mertua kurang ajar iki critanya gkgkgkg
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Dibeli Mantan Ayah Mertua yang Hot   67. Asap

    Malam semakin larut, tapi sisa kehangatan acara masih terasa. Ballroom mansion itu perlahan kosong. Para pelayan mulai merapikan meja, mengganti taplak, mematikan sebagian lampu. Musik telah berhenti sejak beberapa menit lalu, menyisakan dengung sunyi yang justru terasa menenangkan. Lusi berdiri di tengah ruangan, menatap sekeliling dengan napas panjang yang akhirnya bisa dilepaskan sepenuhnya. “Akhirnya…” gumamnya pelan. Aron yang berdiri di sampingnya terkekeh kecil. “Dari tadi kayaknya napas kamu ditahan, ya?” Lusi mengangguk sambil tersenyum lelah. “Aku takut kalau lengah sedikit aja, ada sesuatu kejadian yang aku takutkan.” Aron menggeser tubuhnya lebih dekat, lalu merangkul bahu istrinya tanpa ragu. Sentuhan itu hangat, menenangkan, dan terasa sangat nyata. “Kita berhasil,” ucap Aron pelan. "Aku kan udah janji bakal bikin acara aman terkendali." Lusi menoleh, menatap wajah suaminya yang malam itu terlihat lebih tenang dari biasanya. “Iya, makasih ya udah begadang bu

  • Dibeli Mantan Ayah Mertua yang Hot   66. Resepsi yang Ditunggu

    “Mempelai perempuan yang kita nantikan, mari kita sambut. Lusiana Trisahayu, silakan, Nyonya.” Suara MC menggema lembut di seluruh area ballroom mansion yang malam itu disulap menjadi aula resepsi megah namun tetap terasa intim. Lampu-lampu kristal menggantung rapi di langit-langit tinggi, memantulkan cahaya kelp-kelip yang hangat. Musik pengiring mengalun pelan, seperti halnya karakteristik Aron yang tenang. Namun semua itu cukup untuk membuat jantung berdebar dengan cara yang menyenangkan. Semua mata tertuju ke satu titik di mana Lusi berdiri. Ia berdiri gugup di balik pintu besar yang perlahan terbuka. Ia menarik napas, antara dengan perasaan yang bercampur aduk. Ada haru, bahagia, gugup, dan sedikit tidak percaya bahwa ia benar-benar berdiri di titik ini. Gaun muslimah yang dikenakannya jatuh anggun membingkai tubuhnya. Potongannya sederhana, tidak terlalu ramai, namun justru di situlah keindahannya. Kainnya berwarna putih gading, lembut dan mengalir mengikuti setiap lang

  • Dibeli Mantan Ayah Mertua yang Hot   65. Bercerita

    “Dia tipe kayak Eva,” jelas Aron. “Profesional, tau batasan, dan untuk perasaan pribadi. Mereka gak pernah bawa itu ke ranah kerja atau keluarga.” Lusi menarik napas panjang. Dadanya terasa penuh oleh perasaan yang sulit dijelaskan. Feelingnya selalu mengarah pada Gabriella soal teror itu. Ternyata itu hanya perasaannya saja. Ia jadi merasa bersalah, memiliki pemikiran sepicik otu pada orang yang bersih. Melihat ekspresi Lusi yang sedih, Aron pun menyadarinya. "Kenapa kok mukanya gitu? Kamu ada masalah sama Gabriella?" “Gak... cuman, aku jadi ngerasa…” Lusi berhenti, mencari kata yang tepat. “Aku bukan apa-apa kalo di bandingkan cewek dilingkaranmu ya.” Aron langsung menoleh. “Bukan apa-apa?” “Iya,” Lusi tertawa hambar. “Saingan-sainganku orang-orang hebat semua. Eva, Gabriella dan cewek yang suka kamu. Mereka mandiri, pintar, dan dari keluarga terpandang.” Aron menggeser tubuhnya, menghadap penuh ke arah Lusi. “Terus?” “Terus ya...” Lusi mengangkat bahu. “Aku nger

  • Dibeli Mantan Ayah Mertua yang Hot   64. Dikejar Wartawan

    Lusi baru saja mengganti sepatunya ketika Aron muncul dari ruang kerja dengan kemeja gelap dan jam tangan terpasang rapi. Ia terlihat jauh lebih segar dibanding dua hari lalu, meski garis lelah dan bekas sakit jelas belum benar-benar hilang dari wajahnya. “Kita keluar sebentar,” kata Aron santai, seolah yang ia ajak bicara bukan perempuan yang masih trauma dengan pesan ancaman. Lusi menoleh cepat. “Keluar ke mana? Serius?" “Ngopi, makan, jalan-jalan. Apa ajalah,” jawab Aron ringan. “Aku pengin lihat reaksi mereka.” Lusi langsung mengerti maksudnya, reaksi siapa yang dimaksud. “Aron…” Lusi mendekat, suaranya otomatis mengecil. “Bukannya ini bahaya?” Aron tersenyum kecil. “Justru karena berbahaya, aku mau lihat reaksi mereka. Orang yang main teror biasanya gak tahan kalo targetnya keliatan tenang.” “Kamu mau mancing dia,” gumam Lusi. “Iya bisa dibilang begitu,” Aron mengangguk. “Dan sebagian lagi… aku mau nunjukin ke dia kalo aku gak ngelindungin kamu dengan ngurung kam

  • Dibeli Mantan Ayah Mertua yang Hot   63. Lebih Dekat

    Lusi dan Aron pun saling pandang. Aron mencoba membaca wajah istrinya dan kemudian menatap apa yang istrinya buka. "Aku… takut," gumam Lusi. “Takut kenapa?” tanya Aron. Ia belum melihat apa yang membuat Lusi takut, hanya chat teror biasa baginya. “Takutnya setelah kamu lihat ini… kamu jadi makin nekat.” Aron tersenyum kecil. “Sayang. Aku udah ditembak, kurang nekat apa lagi ini?” Lusi terkekeh miris dengan situasi ini. "Tapi jangan ulangi. Jangan selametin aku dengan mengorbankan dirimu sendiri." "Oke... sini mana, aku mau liat!" Ia menggeser ponsel ke arah Aron. Jemarinya menekan satu chat yang sudah lama ia arsipkan. Chat tanpa nama dan nomor asing. Lusi menarik napas panjang, “Ini,” katanya pelan. Aron mencondongkan tubuh, menahan rasa perih di pinggangnya yang masih terasa nyut-nyutan. Matanya menyapu layar ponsel itu dan senyum tipis di wajahnya langsung lenyap. Chat pertama muncul. No Name 1 ||| "Kamu gak akan lama jadi istri bahagia." Chat kedua.

  • Dibeli Mantan Ayah Mertua yang Hot   62. Yang Lebih Berbahaya

    Cup. Lusi refleks terdiam. Aron mengecupnya singkat bibir istrinya, dan sama sekali tidak memberi waktu untuk otaknya mencerna apa yang baru saja terjadi. Jantungnya seolah berhenti berdetak beberapa detik sebelum akhirnya berdetak jauh lebih cepat dari sebelumnya. “Hah—”Ini bukan ciuman pertama mereka, tapi rasanya begitu mengejutkan ketika mereka berdua bahkan tidak berencana melakukannya. Aron terkekeh kecil. Senyum tipis terbit di wajahnya yang pucat, kontras dengan bekas luka dan selang infus yang masih terpasang. Ia terlihat lelah, tapi matanya hidup. Hidup oleh kehadiran istrinya, meski habis berada di ambang kematian.Setidaknya itu yang dipikirkan orang. Karena faktanya ini bukan pertama kalinya bagi Aron untuk menerima tembakan seperti itu. “Ekspresi kamu lucu,” katanya santai. Lusi yang baru sadar rahangnya masih sedikit terbuka. Pipinya juga terasa panas seketika. “Apa-apaan kamu?” protesnya akhirnya, suaranya sedikit lebih tinggi dari biasanya. “Hehe,

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status