แชร์

Bab 19. Mulai curiga

ผู้เขียน: Ralonya
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-10-29 22:20:11

Dina refleks menoleh. Dadanya berdebar keras saat melihat Arka berdiri beberapa langkah di belakang, tangan dimasukkan ke saku celana, bahunya sedikit menegang. Tatapan matanya tajam, bergantian mengarah pada Dina dan Davin.

Dina segera melangkah mendekat, mencoba meredam suasana sebelum memburuk. Ia menggenggam lengan Arka pelan, lalu berujar dengan tergesa, “Mas, jangan salah paham. Aku cuma tidak sengaja bertemu Mas Davin di sini. Kami hanya ngobrol sebentar.”

Arka tidak menjawab. Pandangannya terpaku pada Dina, lalu beralih ke Davin.

Dina menatap Davin dengan wajah cemas, sementara Davin berdiri tenang, tidak menunjukkan rasa bersalah sedikit pun. Diamnya justru membuat Dina makin gelisah.

Hening menegang di antara mereka sampai akhirnya Davin membuka suara. “Dina benar. Kami memang tidak sengaja bertemu. Aku mengajaknya mengobrol sebentar karena sendirian dan butuh teman,” katanya tenang.

Arka mengangkat alis. “Kalau butuh teman, kamu bisa menghubungiku.”

“Dina bilang kamu sedang
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Dibenci Suami, Dicintai Sahabatnya   Bab 22. Cemburu

    Davin bersandar di pintu, menghembuskan napas panjang. “Nyaris saja,” gumamnya pelan, tapi matanya tak lepas dari wajah Dina. Tatapan itu membuat jantung Dina berdetak tak karuan. Apalagi melihat bibir Davin yang baru saja mengecup Natania, ada dorongan aneh dalam dirinya untuk menghapus jejak itu. Ia menggeleng pelan, menepis pikirannya sendiri. “Mas Davin …,” panggil Dina. “Aku harus pergi. Aku harus kembali ke kamar. Mas Arka mungkin sudah mencariku.”Davin melangkah mendekat. “Pergi?” ujarnya rendah. “Kita baru saja memulainya, Dina.” Namun Dina cepat menggeleng. “Tidak, Mas. Ini sudah terlalu jauh,” potongnya tegas. Ia menatap lantai, tak berani menatap mata Davin. “Kalau saja Natania tidak datang …,” katanya tak sanggup melanjutkan, suaranya tenggelam di antara napas berat dan penyesalan.“Tapi kamu tidak menyesal, kan?” potong Davin cepat. “Jujurlah, Dina. Apa kamu menyesal dengan semua yang sudah terjadi antara kita?” Dina terdiam, sementara Davin melanjutkan, “Aku senang

  • Dibenci Suami, Dicintai Sahabatnya   Bab 21. Kejutan

    “Abaikan saja, nanti juga pergi sendiri!” ucap Davin serak.Ia kembali menempelkan bibirnya di pipi Dina, lembut tapi penuh hasrat. Baru saja Dina mulai larut, suara ketukan di pintu terdengar lagi, berulang dan mengganggu. Dina spontan mendorong pelan dada Davin, membuatnya memejam mata dan mendesah pelan, jelas kesal karena momen mereka kembali terhenti.“Mas, sepertinya ada tamu atau mungkin petugas hotel,” ucap Dina berusaha menyingkir dari pelukan Davin.“Kalau petugas hotel, mereka pasti bersuara,” ujarnya dengan nada jengkel. Ia kembali ingin mencium Dina, tapi ketukan itu terus muncul.“Mas Davin, lebih baik diperiksa dulu saja. Siapa tahu penting,” pinta Dina lembut. Ia menyingkirkan tangan Davin dari pinggulnya, lalu beranjak turun dari tempat tidur. Dengan gerakan cepat, ia meraih bajunya yang sempat terlepas dan mengenakannya kembali.Davin mengusap rambutnya kasar, wajahnya menunjukkan jelas rasa frustasi. Ia mengambil napas panjang, mencoba menahan emosi yang nyaris mele

  • Dibenci Suami, Dicintai Sahabatnya   Bab 20. Jangan menyebut namanya

    “Mas—” suara Dina tersangkut di tenggorokan. Ia ingin bicara, tapi yang keluar hanya desahan pelan. Dadanya naik-turun cepat, berusaha menenangkan diri.Davin menatapnya penuh cemas. Dengan lembut, ia mengulurkan tangan dan membelai kepala Dina, gerakannya pelan dan menenangkan. “Tenanglah ada aku di sini,” ujarnya.Dina memejamkan mata sejenak. Sentuhan itu membuat dadanya bergetar.Davin membawa Dina ke kamarnya dengan langkah cepat tapi hati-hati. Dina menunduk, bahunya bergetar halus, sementara Davin menggenggam tangannya erat agar tidak goyah.Begitu pintu kamar tertutup, Dina langsung terisak. Davin tetap tenang, menarik napas dalam, lalu meraih tisu di meja dan menyerahkan padanya.“Duduk dulu.” Dina menuruti, perlahan duduk di tepi ranjang.Davin menatapnya penuh kekhawatiran. “Kamu baik-baik saja?” Dina menggeleng pelan.“Kamu tidak pantas diperlakukan seperti itu,” lanjut Davin, nadanya menahan amarah.Dina menunduk, mengusap mata yang masih basah dengan tisu. Setelah itu i

  • Dibenci Suami, Dicintai Sahabatnya   Bab 19. Mulai curiga

    Dina refleks menoleh. Dadanya berdebar keras saat melihat Arka berdiri beberapa langkah di belakang, tangan dimasukkan ke saku celana, bahunya sedikit menegang. Tatapan matanya tajam, bergantian mengarah pada Dina dan Davin.Dina segera melangkah mendekat, mencoba meredam suasana sebelum memburuk. Ia menggenggam lengan Arka pelan, lalu berujar dengan tergesa, “Mas, jangan salah paham. Aku cuma tidak sengaja bertemu Mas Davin di sini. Kami hanya ngobrol sebentar.”Arka tidak menjawab. Pandangannya terpaku pada Dina, lalu beralih ke Davin.Dina menatap Davin dengan wajah cemas, sementara Davin berdiri tenang, tidak menunjukkan rasa bersalah sedikit pun. Diamnya justru membuat Dina makin gelisah.Hening menegang di antara mereka sampai akhirnya Davin membuka suara. “Dina benar. Kami memang tidak sengaja bertemu. Aku mengajaknya mengobrol sebentar karena sendirian dan butuh teman,” katanya tenang.Arka mengangkat alis. “Kalau butuh teman, kamu bisa menghubungiku.”“Dina bilang kamu sedang

  • Dibenci Suami, Dicintai Sahabatnya   Bab 18. Hanya mengobrol

    Dina tersenyum sopan, hatinya tiba-tiba terasa hangat dan bersemangat tanpa tahu alasannya.“Mungkin,” jawabnya pelan.Melihat reaksi Dina yang tidak menolaknya, Davin tampak lega. “Sekarang mau ke mana?” tanyanya, menatap Dina dengan penuh perhatian.“Cuma jalan-jalan sebentar melihat sekitar hotel,” jawab Dina.“Mau aku temani?” tawar Davin, suaranya ringan tapi ada sedikit harap di ujung kata-katanya.Dina sempat ragu. Tapi mengingat Arka sedang tidur setelah perjalanan panjang, ia berpikir tidak ada salahnya menerima tawaran itu. “Boleh,” jawabnya akhirnya.Mereka berjalan beriringan keluar lift menuju lobi, lalu menyeberang ke taman kecil di sisi hotel. Udara sore itu terasa lembut, angin berhembus pelan di antara pepohonan dan pot-pot besar berisi tanaman hias.Mereka berjalan perlahan di jalan setapak yang dikelilingi bunga dan pepohonan rindang. Sesekali terdengar suara air mancur kecil di tengah taman, membuat suasana terasa tenang.“Udara di sini segar, ya,” tutur Dina, mem

  • Dibenci Suami, Dicintai Sahabatnya   Bab 17. Perjalanan bisnis

    [Aku sudah bilang padanya kalau aku cuma mampir sebentar, ngobrol sebentar sama kamu, lalu pulang.]“Iya, Mas. Maaf sudah merepotkan. Harusnya waktu kamu datang, aku langsung kasih tau Mas Arka. Apa dia marah padamu?”[Tidak, sih. Cuma bilang, kalau ada keperluan sebaiknya langsung temui dia saja.]“Begitu, ya.”[Dia tidak memarahimu, kan?]“Tidak, Mas,” jawab Dina pelan, jemarinya sibuk memainkan ujung bajunya. Ia tampak ragu mengatakan yang sebenarnya. [Syukurlah. Aku tahu sifat cemburunya agak berlebihan.]Dina tersenyum getir. “Tidak apa-apa, Mas. Aku anggap itu hal yang wajar untuk seorang suami.”[Hm, begitu, ya? Baiklah.]Panggilan berakhir dengan suara tawa kecil di ujung sambungan. Dina menatap layar ponselnya beberapa saat, ia menarik napas panjang. Entah kenapa, nada suara Davin selalu mampu menenangkan pikirannya.Malam pun tiba, Dina duduk di depan meja rias membelakangi Arka yang tengah bersandar di ranjang sambil memeriksa beberapa berkas di tabletnya. Jemarinya sibuk

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status