Share

Bab 2

Penulis: Rhea Sadewa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-27 00:17:07

Senja mengoreksi coretan-coretan yang dosennya buat. Ia perlu revisi beberapa kali. Ia memang pintar tapi kan gak bisa juga skripsi di susun dalam sebulan. 

"Lo lagi apa?" 

"Biasa revisi." 

Perkenalkan Faradilla Gunawan, sahabat Senja semenjak semester awal. Yang katanya gak niat kuliah di jurusan teknik kimia tapi akhirnya ke sini karena desakan orang tua. Fara benci di bandingkan kakaknya yang seorang asisten dosen di ITB. Otak kan beda bentuk, beda isi. Kenapa orang tuanya tak terima saja Fara apa adanya, otaknya uang cetek harap di maklumi. Kalau boleh, ia mau pindah jurusan saja. 

"Gue kapan ya skripsinya?" 

"La lo siapnya kapan?" 

"Gue gak pernah siap lahir batin kalau dosen pembimbingnya itu Pak Johan." 

Senja hanya tersenyum kecil, Fara hanya malas tapi kalau berusaha juga bisa. "Lo minta dosen lain dong." 

Fara menggeleng. "Gue mahasiswa kesayangan Pak Johan." Karena ia pernah mengempiskan ban motor dosennya itu. Hingga pria yang hanya botak di ubun-ubun itu dendam kesumat padanya. "Eh ntar malam nginep dong di kos gue. Gue udah upload k-drama baru loh." 

"Drama Korea aja yang lo pikirin." 

"Habis sinetron udah gak asik lagi. Seruan nonton drakor." 

"Tapi say sorry. Ntar malam, gue udah janjian ama nyokap buat makan malam ama temennya." Senja tersenyum puas sambil meletakkan telapak tangan di depan dada. 

"Ah gak asik lo." 

"Lo pulang gih ke Bandung. Ortu lo pasti kangen." Senja tahu Faradilla sangat merindukan keluarganya namun gadis itu memilih menyingkir. Entahlah ia tak paham saja, Fara selalu minder jika dekat dengan sang kakak perempuan. 

"Kangen ngomelin gue. Mak lampir juga pulang soalnya. Kalau gue balik, gue pasti di anggap kartu mati. Giliran ada hajatan pasti ujung-ujungnya nyari gue. Kapan sih tuh lampir nikah. Biar gue bebas." Fara ngedumel panjang lebar sedang Senja malah fokus menatap layar laptop. Fara sebal, tapi lebih kesal lagi ketika mendengar suara motor di gas kencang di depan kampus. 

"Woy... tuh anak Snippers gak tahu diri. Genk gak bermutu, tukang balapan, tawuran." Fara mencak-mencak. Ia sampai berdiri. Untunglah Senja sudah menariknya untuk segera pergi. Genk motor snipers sedikit anarkis. Mereka senang menunjukkan diri, dengan bergaya naik motor freestyle di jalan depan kampus. Di larang pun percuma, karena rata-rata dari mereka adalah anak penyandang dana terbesar kampus. 

"Udah kita pergi aja. Ngadem ke cafe katanya di sana lagi ada promo. Ntar gue traktir deh." Fara langsung teralihkan jika membahas makanan. Semoga anak yang tengah ugal-ugalan mengendarai motor itu jatuh lalu masuk got atau minim jontor itu mulutnya.

🐒🐒🐒🐒🐒🐒🐒🐒🐒🐒🐒🐒🐒🐒

 

Senja dan Helen memenuhi undangan makan malam keluarga Hermawan Aditama. Dinner yang dikira gadis berlesung pipi itu akan berlangsung canggung nyatanya tidak, kawan lama almarhum papahnya sangat baik dan memperlakukan mereka dengan sopan. Senja rasa pria ini juga tak modus. Karena nyonya Hermawan juga ada di sini. 

 

"Kamu kuliah semester berapa Senja?" tanya Hermawan sambil memotong paprika lalu menyuapkannya pada mulutnya. 

 

"Udah mau skripsi Om." Hermawan terkejut. Seingatnya Senja dan juga anaknya itu terpaut usia sekitar 2,5 tahunan. Kalau di hitung usia anak sahabatnya ini baru memasuki angka dua puluh. Seharusnya Senja masih semester 4 atau lima.

 

"Bukannya kamu masih muda banget. Masih dua puluh. Gimana caranya bisa skripsi secepat ini?"

 

"Senja waktu SMA ikut akselerasi jadi yah lulus pas umur 16 tahun dan waktu kuliah juga sebenarnya mau lompat semester tapi karena dia dapet beasiswa ya saya suruh aja dia nikmatin masa kuliahnya. Oh ya anak mas udah lulus kan?" Helen yang menjelaskan sekaligus mengambil alih obrolan.

 

Anak Hermawan lebih tua dari pada Senja. Hermawan malah bingung mau jawab apa, ia melirik ke arah Devi. Istrinya itu hanya menatap sinis. Kenapa selalu saja semua di ukur dengan nilai akademis. Menurutnya putranya itu termasuk ke dalam golongan anak pandai. Devi mencebikkan bibir, apa bagusnya dia dah mau skripsi dan piinter,bagusan juga anaknya kemana-mana. Buat apa pinter-pinter ujung- ujungnya Senja juga bakal ngulek bumbu di dapur. Umpat Devi di dalam hati.

 

"Saga udah skripsi juga kok, kurang sidang" kata Devi sok tahu dan dicibir habis suaminya.

 

Hermawan kesal sekali dengan Saga. Anak semata wayangnya itu susah diatur, suka balapan, suka berkelahi, suka genk genk ngan dan akhirnya seperti sekarang skripsinya jadi terbengkalai. Hermawan juga kesal anak semata wayangnya itu tidak menghadiri makan malam ini. Apa sih maunya Saga itu. Segala fasilitas telah ia beri. Kurang apa coba dia jadi orang tua. Awas saja kalau anak itu datang 

 

"Selamat malam semuanya," sapa seorang pemuda tampan yang tengah berdiri gagah. Hermawan menepuk jidat. Penampilan Saga benar-benar mirip berandalan. Telinga di tindik, sepatu bot, jaket kulit, celana jeans robek, rambut jambul serta jangan lupakan kaos bergambarkan tengkorak yang dikenakannya. Hermawan sudah menyuruh Saga datang dengan memakai kemeja rapi. Tapi nyatanya sang putra tetap saja bebal. 

 

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dibenci mertua karena tidak sederajat    Bab 61

    Kejutan selalu terjadi tapi tawa khas Regan dan suara seorang perempuan yang ia tak kenali. Mempercepat langkah Senja untuk mencapai rumah. Ia penasaran saja karena biasanya dia kan yang jemput Regan di rumah Bibik Ratmi."Ini apa sayang?""Ni obot..." Regan membawa sebuah robot transformer besar yang dapat berubah jadi mobil. Robot itu harganya lumayan mahal. Senja bisa membelinya tapi kan sayang, uangnya cuma beli buat mainan. Di sebelah Regan terdapat berbagai macam mainan, gak cuma satu tapi banyak. Ada mobil remot, bis tayo, pistol yang menyala dan mainan canggih lainnya."Mamah?" sapa Senja yang sudah berdiri di hadapan kedua orang yang berbeda generasi itu."Eh.. kamu sudah pulang?" Senja mencium tangan Devi. Bagaimana buruknya perlakuan mertuanya di masa lalu tapi kini wajah tak suka serta tatapan muak milik Devi tak terlihat lagi. Mungkin jarak yang membuat wanita paruh baya ini terasa kangen."Udah mah. Mamah kapan sampainya?""Tad

  • Dibenci mertua karena tidak sederajat    Bab 60

    Saga pada akhirnya tahu hal ini akan terjadi. Senja dengan otak pintar, serta nilai IP tinggi. Tak akan sulit mendapatkan pekerjaan yang bagus. Ibu dari Regan itu kini sudah di terima sebagai apoteker di sebuah rumah sakit besar di Semarang. Melihat istrinya berseragam hijau muda, ia jadi pangling sekaligus bangga. Istrinya itu akan berangkat jam tujuh lalu pulang jam tiga siang. Ia merasa kasihan pada Regan yang masih butuh asupan ASI."Aku merasa minder. Penghasilanku gak lebih besar dari gajimu." Senja menengok ke arah sang suami sambil menggendong Regan. Ia pernah bahas ini berkali-kali, tak apa jika terjadi perbedaan penghasilan di antara mereka."Aku udah bilang, kita kan bisa sharing kebutuhan rumah tangga sama-sama. Jangan berdebat lagi masalah uang. Aku gak suka Van. Uangku, uang kamu juga." Saga merasa dunia terasa terjungkir balik. Dulu yang bukan masalah, kini malah jadi perdebatan besar. Harusnya dari dulu ia tak menyia-nyiakan masa muda. Senja begitu pint

  • Dibenci mertua karena tidak sederajat    Bab 59

    Saga panik ketika tengah malah istrinya mengalami kontraksi. Maklum lah mereka hanya berdua saja di kota ini. Tak ada yang mereka bisa mintai tolong kecuali Ratmi. Ibu pemilik rumah. Senja di antar ke bidan dengan naik mobil pick up. Selama di perjalanan, Senja banyak meringis kesakitan dan terus menyebut mamanya."Mas, apa gak sebaiknya menghubungi mamanya mbak Senja. Atau masih hubungi keluarganya." Ragu menyergap. Selama ini Helen dan Senja tak putus kontak. Tapi ia benar-benar takut jika Troy tahu, dan memaksa membawa sang istri pergi."Iya bik, mungkin besok mamanya baru datang." jawabnya bohong. Senja sudah sampai di pembukaan sepuluh dan siap untuk melahirkan. Saga menunggu di luar Karena tak tega mendengar Senja berteriak dan mengerang kesakitan. Andai bisa, ia mau menggantikan sang istri di dalam sana."Oek... oek... oek..."Suara tangis kencang seorang bayi menggema. Saga tahu anaknya telah lahir dengan selamat. Ia sendiri tak tahu jenis kelamin

  • Dibenci mertua karena tidak sederajat    Bab 58

    Dara menarik nafas, menyiapkan diri lalu banyak berdoa. Ia berjalan mondar-mandir dan penuh was-was. Troy itu kalau ngamuk menakutkan bahkan mungkin sampai bisa memukulnya. Bel berbunyi, ini sudah jam 5 sore. Biasanya pria itu akan pulang jam segini."Troy?" Dara berlaku baik, ia meraih tas Troy lalu menyuruh laki-laki itu masuk dan membuka alas kaki. "Kamu udah makan? Mau aku siapin air panas?""Mana Senja?" Dara kira perhatiannya bisa mengalihkan pikiran pria ini dari sang adik."Begini..." lambat laun juga akan ketahuan, tapi lebih baik Dara mengarang cerita. "Senja kabur dari apartemen. Dia di bawa Saga."Tentu saja Dara takut. Ia bilang dengan nada yang di buat lirih Nan lembut namun tetap saja amarah Troy tak sapat di antisipasi. Pria itu malah mencengkeram lengannya keras menuntut sebuah alasan logis. "Gimana adik gue bisa kabur? Ada dua bodyguard yang gue suruh jaga!!""Aku gak tahu. Tapi dia yang rela pergi sama suaminya atas kemauan sendi

  • Dibenci mertua karena tidak sederajat    Bab 57

    Senja tak bisa bimbang lagi. Keputusannya sudah bulat. Ia memilih pergi. Troy memang satu-satunya saudara yang ia miliki tapi ia sadar jika hakekatnya tanggung jawab saudara laki-laki terputus ketika saudara perempuannya telah menikah. Sekarang Saga imannya. Tak peduli jika ke depannya akan menderita atau Saga yang tak kunjung mencintainya. Senja hanya berusaha taat pada agama yang ia anut. “Udah siap kan? Aku udah hubungi Saga. Dia bakal ke sini dan soal penjaga tenang aja. Aku udah kasih obat tidur ke minuman mereka. Paling sebentar lagi mereka tidur.” Dara membantu Senja kabur, masalah Troy ia pikir belakangan. “Tapi gimana sama kamu nanti? Kak Troy bakal marah.” Dara menepuk-nepuk bahu Senja, membiarkan adik Troy itu tenang. “Semarah-marahnya Troy, dia gak mungkin mukul aku kan?” Dara tersenyum was-was. Ia pernah di amuk Troy ketika kalah dan rasanya tak enak. Ia juga pernah kena tampar karena bertemu Vivian. “Ya udah, aku pamit. Kamu baik-baik aj

  • Dibenci mertua karena tidak sederajat    Bab 56

    Dara dan Senja ter jingkat kaget saat pintu apartemen di tutup dengan kasar oleh Troy. Pandangan Dara dan Senja bertemu. Ada rasa tak enak yang menyergap. “Sorry Ra, aku gak bermaksud mempersulit kamu.” Dara paham namun secara tidak langsung ia juga ikut andil dalam kekacauan ini. “Gak apa-apa. Troy lagi marah suka ngambil keputusan seenaknya.” Dara mendekat, mengelus pundak Senja pelan. “Aku bakal sedih kalau kamu pindah. Aku gak ada temen lagi deh.” “Aku mau pulang ke rumah mamah.” Dara ikut sedih jika Senja terpasung. Troy memang kakak Senja tapi di tak ada hak atas hidup wanita ini. Apalagi Senja punya wali sah yaitu suaminya. “Kalau Troy lagi emosi gini. Jangan di lawan. Kita bisa ngomong pelan-pelan tapi nanti.” Kalau sudah begitu Senja hanya bisa memejamkan mata dan mengurut pelipisnya. Tindakan Troy terlalu jauh. Dia bukan anak kecil yang harus di awasi segala sisi. Senja sudah dewasa bisa mengambil yang baik serta benar untukny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status