Share

Bab 5

Author: Rhea Sadewa
last update Last Updated: 2021-10-27 00:21:56

Senja masih setia duduk di halte bis. Menunggu angkotnya datang. Ia duduk sembari menangis dan air matanya tanpa sengaja membasahi pipi. Bekas tamparan mamahnya sudah tak sakit namun meninggalkan luka yang amat dalam di hatinya. Senja tak mengerti, kenapa mamanya begitu ngotot ingin ia menikah. Apa sebegitu bebankah Senja bagi ibu tunggal itu?

Kemarin benar-benar malam yang melelahkan untuknya. Perjodohan? Senja tidak pernah sekalipun berpikir untuk menikah saat masih di bangku kuliah walau akan selesai skripsi. Apalagi membina rumah tangga dengan orang yang sama sekali ia tidak kenal. Air matanya kian deras seperti terperas. Mamanya sudah menjanda selama hampir 15 tahun. Apa sebegitu kesepiannya sampai menikah lagi, sampai harus menyingkirkannya?

Biasanya selalu ada Faradilla, sahabat setianya yang siap mendengar keluh kesahnya tapi gadis itu mendadak pulang ke Bandung.

Pim....pim....pim

Siapa gerangan yang menyalakan mobil. Senja buru-buru menghapus air matanya baru kemudian mendongak untuk mencari tahu. Terlihat Seorang pria paruh baya turun dari mobil Honda civic. Lelaki itu mengenakan kemeja kantoran, sepatu mengilat, serta kaca mata hitam.

"Hai Senja."

"Om Adam?" Dahi Senja berkerut membentuk lipatan. Kenapa di saat sedang terpuruk Adam malah datang dengan senyum cemerlang. Senja muak hingga mau berdiri pergi.

"Mau kemana Senja?" Adam dengan berani menghadang jalannya. "Pulang bareng Om. Mamah kamu nyuruh Om buat jemput kamu." Tak mungkin, mereka marahan sejak semalam. Ibunya tak tahu jadwal kuliahnya. Jelas laki-laki ini berbohong.

"Enggak, terima kasih. Aku bisa pulang sendiri." Sebelum Senja melangkah semakin jauh. Adam mencekal satu tangannya agak keras.

"Ayolah Senja, jangan keras kepala. Mending kamu pulang bareng Om dari pada naik angkutan umum. Bau keringat orang," ucap sambil Adam mengunci pandangan nakalnya kepada calon anak tirinya. Lebih baik kan berbaur dengan banyak orang di angkot dari pada hanya berdua dengan Om Adam di dalam mobil

"Bisa gak lepasin tangan aku!! Aku gak mau pulang bareng Om!!" Senja yang merasa risih, meronta namun Adam malah semakin mengeratkan genggaman.

"Bareng Om aja. Udah... Ayo!!" Adam malah dengan kasar menyeret Senja.

"Aku bilang gak mau, ya gak mau," ujar Senja keras. Harusnya calon bapak tirinya ini mengerti namun sepertinya Adam tuli. Pokoknya ia harus membawa gadis ini naik mobil dengannya.

"Kuping Om budeg ya?" Peringatkan seseorang yang kini melepas helm dan juga menyetrandatkan motor sport hitamnya. "Dia gak mau do ajak pergi!!"

"Kamu siapa? Saya cuma mau ngajak anak saya naik ke mobil saya. Dia ngotot mau kabur sama pacarnya." Senja menggeleng keras. Apa yang Adam ucap tentu saja bohong.

"Om jangan ngibul deh, Senja bapaknya udah meninggal. Apa Om bangkit lagi dari kubur?" jawabnya terkikik geli.

"Senja, kamu kenal pemuda berandalan ini?"

"Ya jelas kenal. Saya kan pacarnya Om, calon suaminya. Jadi sekarang bisa kan Om lepas tangan cewek saya sebelum tangan Om yang saya potong!!" Adam kaget lantas menjauhkan diri dari Senja. Adam ngeri saja kalau sampai di hajar anak muda yang berdiri di depannya ini. Dengan tergesa-gesa ia pergi, setelah mobilnya berlalu dengan kecepatan tinggi. Saga malah mengacungkan jari tengahnya.

"Makasih ya."

"Siapa bapak-bapak tadi? Berani banget sampai seret kamu?"

"Itu tadi Om Adam, calon papah tiri aku". Mulut Saga tampak menganga tak percaya. Yang memaksa Senja tadi calon mertuanya. Moga-moga saja Om-Om tadi gagal nikah. Saga tak bisa membayangkan kalau Senja akan punya bapak tiri yang genit seperti itu. Ngomong-ngomong soal calon mertua, Saga kan tidak akan menikah dengan Senja. Saga mengamati tubuh Senja yang bergetar samar. Ia paham kalau gadis ini tengah di landa ketakutan.

"Sekarang lo mau kemana?"

"Pulang."

"Kalau gituh gue anterin deh."

"Eh gak usah."

"Gue gak terima penolakan. Siapa tahu entar kalau gue tinggal. Ada Om lain yang dateng." Kali ini Senja tak bisa menolak. Saga langsung menyodorkan helm cadangan yang ia kaitkan pada jok belakang. "Udah pakai aja."

Senja menerimanya lalu naik ke atas motor Saga yang joknya tinggi. Niatnya sih tak pegangan tapi karena Saga bawa motornya ngebut jadi ia terpaksa pegangan pada pundak. Saga memang telah jadi pahlawannya hari ini tapi bukan berarti Senja akan setuju dengan perjodohan mereka.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dibenci mertua karena tidak sederajat    Bab 61

    Kejutan selalu terjadi tapi tawa khas Regan dan suara seorang perempuan yang ia tak kenali. Mempercepat langkah Senja untuk mencapai rumah. Ia penasaran saja karena biasanya dia kan yang jemput Regan di rumah Bibik Ratmi."Ini apa sayang?""Ni obot..." Regan membawa sebuah robot transformer besar yang dapat berubah jadi mobil. Robot itu harganya lumayan mahal. Senja bisa membelinya tapi kan sayang, uangnya cuma beli buat mainan. Di sebelah Regan terdapat berbagai macam mainan, gak cuma satu tapi banyak. Ada mobil remot, bis tayo, pistol yang menyala dan mainan canggih lainnya."Mamah?" sapa Senja yang sudah berdiri di hadapan kedua orang yang berbeda generasi itu."Eh.. kamu sudah pulang?" Senja mencium tangan Devi. Bagaimana buruknya perlakuan mertuanya di masa lalu tapi kini wajah tak suka serta tatapan muak milik Devi tak terlihat lagi. Mungkin jarak yang membuat wanita paruh baya ini terasa kangen."Udah mah. Mamah kapan sampainya?""Tad

  • Dibenci mertua karena tidak sederajat    Bab 60

    Saga pada akhirnya tahu hal ini akan terjadi. Senja dengan otak pintar, serta nilai IP tinggi. Tak akan sulit mendapatkan pekerjaan yang bagus. Ibu dari Regan itu kini sudah di terima sebagai apoteker di sebuah rumah sakit besar di Semarang. Melihat istrinya berseragam hijau muda, ia jadi pangling sekaligus bangga. Istrinya itu akan berangkat jam tujuh lalu pulang jam tiga siang. Ia merasa kasihan pada Regan yang masih butuh asupan ASI."Aku merasa minder. Penghasilanku gak lebih besar dari gajimu." Senja menengok ke arah sang suami sambil menggendong Regan. Ia pernah bahas ini berkali-kali, tak apa jika terjadi perbedaan penghasilan di antara mereka."Aku udah bilang, kita kan bisa sharing kebutuhan rumah tangga sama-sama. Jangan berdebat lagi masalah uang. Aku gak suka Van. Uangku, uang kamu juga." Saga merasa dunia terasa terjungkir balik. Dulu yang bukan masalah, kini malah jadi perdebatan besar. Harusnya dari dulu ia tak menyia-nyiakan masa muda. Senja begitu pint

  • Dibenci mertua karena tidak sederajat    Bab 59

    Saga panik ketika tengah malah istrinya mengalami kontraksi. Maklum lah mereka hanya berdua saja di kota ini. Tak ada yang mereka bisa mintai tolong kecuali Ratmi. Ibu pemilik rumah. Senja di antar ke bidan dengan naik mobil pick up. Selama di perjalanan, Senja banyak meringis kesakitan dan terus menyebut mamanya."Mas, apa gak sebaiknya menghubungi mamanya mbak Senja. Atau masih hubungi keluarganya." Ragu menyergap. Selama ini Helen dan Senja tak putus kontak. Tapi ia benar-benar takut jika Troy tahu, dan memaksa membawa sang istri pergi."Iya bik, mungkin besok mamanya baru datang." jawabnya bohong. Senja sudah sampai di pembukaan sepuluh dan siap untuk melahirkan. Saga menunggu di luar Karena tak tega mendengar Senja berteriak dan mengerang kesakitan. Andai bisa, ia mau menggantikan sang istri di dalam sana."Oek... oek... oek..."Suara tangis kencang seorang bayi menggema. Saga tahu anaknya telah lahir dengan selamat. Ia sendiri tak tahu jenis kelamin

  • Dibenci mertua karena tidak sederajat    Bab 58

    Dara menarik nafas, menyiapkan diri lalu banyak berdoa. Ia berjalan mondar-mandir dan penuh was-was. Troy itu kalau ngamuk menakutkan bahkan mungkin sampai bisa memukulnya. Bel berbunyi, ini sudah jam 5 sore. Biasanya pria itu akan pulang jam segini."Troy?" Dara berlaku baik, ia meraih tas Troy lalu menyuruh laki-laki itu masuk dan membuka alas kaki. "Kamu udah makan? Mau aku siapin air panas?""Mana Senja?" Dara kira perhatiannya bisa mengalihkan pikiran pria ini dari sang adik."Begini..." lambat laun juga akan ketahuan, tapi lebih baik Dara mengarang cerita. "Senja kabur dari apartemen. Dia di bawa Saga."Tentu saja Dara takut. Ia bilang dengan nada yang di buat lirih Nan lembut namun tetap saja amarah Troy tak sapat di antisipasi. Pria itu malah mencengkeram lengannya keras menuntut sebuah alasan logis. "Gimana adik gue bisa kabur? Ada dua bodyguard yang gue suruh jaga!!""Aku gak tahu. Tapi dia yang rela pergi sama suaminya atas kemauan sendi

  • Dibenci mertua karena tidak sederajat    Bab 57

    Senja tak bisa bimbang lagi. Keputusannya sudah bulat. Ia memilih pergi. Troy memang satu-satunya saudara yang ia miliki tapi ia sadar jika hakekatnya tanggung jawab saudara laki-laki terputus ketika saudara perempuannya telah menikah. Sekarang Saga imannya. Tak peduli jika ke depannya akan menderita atau Saga yang tak kunjung mencintainya. Senja hanya berusaha taat pada agama yang ia anut. “Udah siap kan? Aku udah hubungi Saga. Dia bakal ke sini dan soal penjaga tenang aja. Aku udah kasih obat tidur ke minuman mereka. Paling sebentar lagi mereka tidur.” Dara membantu Senja kabur, masalah Troy ia pikir belakangan. “Tapi gimana sama kamu nanti? Kak Troy bakal marah.” Dara menepuk-nepuk bahu Senja, membiarkan adik Troy itu tenang. “Semarah-marahnya Troy, dia gak mungkin mukul aku kan?” Dara tersenyum was-was. Ia pernah di amuk Troy ketika kalah dan rasanya tak enak. Ia juga pernah kena tampar karena bertemu Vivian. “Ya udah, aku pamit. Kamu baik-baik aj

  • Dibenci mertua karena tidak sederajat    Bab 56

    Dara dan Senja ter jingkat kaget saat pintu apartemen di tutup dengan kasar oleh Troy. Pandangan Dara dan Senja bertemu. Ada rasa tak enak yang menyergap. “Sorry Ra, aku gak bermaksud mempersulit kamu.” Dara paham namun secara tidak langsung ia juga ikut andil dalam kekacauan ini. “Gak apa-apa. Troy lagi marah suka ngambil keputusan seenaknya.” Dara mendekat, mengelus pundak Senja pelan. “Aku bakal sedih kalau kamu pindah. Aku gak ada temen lagi deh.” “Aku mau pulang ke rumah mamah.” Dara ikut sedih jika Senja terpasung. Troy memang kakak Senja tapi di tak ada hak atas hidup wanita ini. Apalagi Senja punya wali sah yaitu suaminya. “Kalau Troy lagi emosi gini. Jangan di lawan. Kita bisa ngomong pelan-pelan tapi nanti.” Kalau sudah begitu Senja hanya bisa memejamkan mata dan mengurut pelipisnya. Tindakan Troy terlalu jauh. Dia bukan anak kecil yang harus di awasi segala sisi. Senja sudah dewasa bisa mengambil yang baik serta benar untukny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status