Didampingi Ronald, CEO yang lama dan beberapa orang lain di belakangnya. Cayden mulai berjalan mendekati setiap meja yang ditunjuk oleh orang-orang yang mengikutinya.
Keringat yang tadinya hanya terasa keluar, sekarang benar-benar keluar. Cayden mendekati mereka. Laki-laki yang ia lihat setiap bagian dan lekuk tubuhnya seminggu yang lalu, sekarang berada tepat di hadapannya. “Kita sampai di bagian keuangan. Saya perkenalkan Mr. Seth Heron, beliau manajer keuangan kita. Hari ini datang bersama istrinya, betul Heron?” “Betul . Saya siap mengeluarkan potensi saya yang terbaik. Mr. Amberforth, mohon bimbingannya.” Seth menjabat tangan Cayden. Cayden tersenyum sedikit. “Bagus, buktikan,” kata Cayden dengan suara yang tegas dan dalam. Cayden mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Beth. Beth menunduk dan meraih tangan itu dengan tangannya yang basah karena keringat. Pernahkah mendengar detak jantung kalian dengan jelas? Itu yang dialami Beth sekarang. Rasanya ia tidak bisa mendengar yang lain, hanya suara seperti genderang dengan rasa kesemutan di wajahnya. ‘Tuhan, semoga ia tidak mengenaliku.’ Beth tidak berani menatap mata Cayden dan hanya menekuri lantai. Cayden melepaskan tangan Beth dan kemudian ia dan rombongan itu berlalu menuju meja departemen lain. Beth yang tadi tegang langsung meleleh, ia bersyukur laki-laki itu tidak mengenalinya. Ia melihat sekitar, lampu ternyata masih temaram. Rasanya lega sekali. Benar-benar tidak mungkin pria itu mengenalinya. Acara dibubarkan dan waktunya mereka pulang. Saat ia sudah di berada lobi, tiba-tiba ia menerima telepon dari Seth yang tadi pamit ke toilet. Kamu pulang naik taksi aja ya, aku masih ada meeting penting sama CEO yang baru. Beth tidak kaget, ini sering terjadi di setiap acara perusahaan ini. Seth akan menghilang sendiri dan ia harus pulang sendiri. “Ok, nanti pulang jam berapa?” "Paling malam lah, tak usah tunggu aku. Langsung tidur saja." Seth menutup teleponnya dan bergegas pergi dari hotel lain naik taksi dengan Conny yang telah ditinggal oleh suaminya pulang duluan. Tidak ada yang melihat mereka. Beth memutuskan untuk pergi dari lobi dan mencari taksi di jalan. Akan mahal ongkosnya, karena rumahnya jauh dari hotel ini. Tapi beruntung, Seth telah mengirimkan jatah bulanannya. Di depan lobi yang sepi dari orang, tiba-tiba muncul sesosok bayangan dari belakang pilar. *** Beth sontak terkejut dan hampir berteriak, sosok itu langsung menangkapnya dari belakang sambil menutup mulutnya. Sosok itu kemudian mendorongnya ke tembok sehingga Beth terkurung dan tidak bisa bergerak. Saat secercah cahaya menerpa wajah sosok itu. Beth bertambah kaget, karena yang dihadapinya sekarang adalah Cayden. “Beth …. Ada apa dengan pakaianmu? Kenapa tertutup sekali? Tidak seperti waktu kita bercinta waktu itu.” Cayden yang memegang pinggang Beth dan dengan kurang ajar menjelajah hingga ke bokong perempuan itu. “Sstt … aku harap tidak ada yang melihat kita,” kata Beth sambil melihat ke sekeliling. “Kenapa? Kamu mau aku menggagahimu di sini?” ucap Cayden. Tubuh pria itu begitu dekat dengan tubuh Beth yang terlihat mungil di pelukan Cayden. Terlebih malam ini ia tidak mengenakan sepatu hak tinggi. Tangan Cayden kian bebas mengeksplor dan menyibakkan kemeja panjang yang Beth kenakan. “Stop Cayden ….” Beth berusaha memukul dada Cayden dan berusaha menjauhkan laki-laki itu dari tubuhnya. “Bukan itu yang kamu bilang saat aku memasukimu waktu itu,” kata Cayden kemudian tertawa dan mendekatkan bibirnya ke bibir Beth. Laki-laki itu mengecup bibir itu tanpa permisi. Kecupan yang panjang yang membuat Beth memejamkan matanya. Nikmat sekali. “Kamu suka itu ‘kan? Aku bisa memberimu lebih banyak, kamu tentu sudah tahu?” Cayden kembali menautkan bibir mereka berdua dalam ciuman yang lebih dalam. Lidahnya menggoda lidah Beth. Sangat intens, ciuman mereka menggairahkan. Tiba-tiba dari arah lobi ada dua orang yang menuju ke arah mereka. Cayden menarik Beth untuk bersembunyi di belakang pilar yang gelap. Beth bisa mendengar deru jantung Cayden karena telinganya menempel di dada kiri Cayden. “Di sini aja, kita nggak bebas ngerokok di dalam,” kata salah satu dari dua orang tersebut. Cayden yang merasa tambah bergairah karena merasa tertantang meraih dagu Beth dan menautkan bibir mereka kembali. Beth tidak punya pilihan selain menyambut bibir itu dan membalas lumatan Cayden. Cayden menyeringai dan memperdalam ciuman mereka. Laki-laki itu menekan tengkuk Beth seakan ingin melahap habis seisi mulut wanita itu yang di sela-sela ciuman mereka mengeluarkan desahan lembut. Tangan kekar laki-laki itu sudah sampai di puncak dada Beth dan meremasnya dengan lembut diiringi pilinan di puncaknya. ‘Sial, kenapa aku malah menyukainya?’ batin Beth yang sekarang berjinjit dan mengalungkan lengannya di leher Cayden. Ia merasa ingin lebih setelah beberapa hari yang lalu merasakan buruknya kemampuan Seth di ranjang. Tangan Cayden beralih dari puncak dada ke bawah. Menyapa pusat tubuh Beth dari luar roknya yang panjang. Cayden bisa mendengar ‘mmm’ dari mulut Beth yang berlum ia lepas. Beth bisa merasakan kebanggaan Cayden mulai bangkit. Saat ciuman itu kian panas, tiba-tiba Cayden melepas tautan bibirnya diiringi suara renyah dan menatap mata Beth yang sayu. Perempuan itu terangsang. ‘Matanya benar-benar berwarna cokelat muda.’ Pikirnya. “Aku sedang ingin malam ini, kamu harus menemaniku,” bisik Cayden di telinga Beth. Otomatis Beth menggeleng dan melepas lengannya dan leher laki-laki itu. “Jangan menolak,” kata Cayden. Laki-laki itu kemudian meraih ponsel dari saku celananya dan menggulir layarnya. Ia meperlihatkan Beth sebuah gambar dari gawainya itu. Beth membelalak kaget, ia melihat foto dirinya yang sedang tidur dan tak mengenakan sehelai benang pun dengan Cayden yang berada di atasnya sedang mengecup puncak dadanya. ‘Kapan foto ini diambil?’ ucap Beth di dalam hati. Gawat Beth, ini berbahaya jika …. “Bagaimana jika suamimu tahu? Apa yang akan dilakukannya?” bisiknya kembali. “Jangan, please. Aku mohon.” Bisik Beth memohon. “Ok, Aku nggak akan bilang. Tetapi kamu harus mau tidur denganku kapanpun aku menginginkannya,” ucap laki-laki itu sambil menyeringai. Mata Beth membulat. “Aku juga punya yang lain …. Kamu mau lihat Beth?” Beth merasa wajahnya panas karena melihat apa yang sedang diputar di ponsel Cayden. Dirinya yang sedang dimasuki Cayden dari belakang dan meracaukan nama laki-laki itu dengan liar. Wajahnya terlihat jelas. “Kapan kamu rekam ini?” Beth terdengar marah. Hampir saja membuat kedua orang yang sedang merokok tadi menoleh. “Sstt … Ya waktu itu, kamu merem sih. Jadi nggak sadar. Aku suka kamu sebut namaku saat kamu sedang aku masuki. Tadinya cuma buat kenang-kenangan,” kata Cayden sembari membelai rambut pendek Beth yang kini basah karena keringat. Perempuan di hadapannya ini sungguh menggairahkan. Sensasi baru yang ia dapatkan dari wanita asing yang ingin dihamili itu sungguh intens. Ia sampai tidak doyan dengan perempuan-perempuan lain yang ia temui setelah bercinta dengan Beth. Beth memukul dada Cayden sekali lagi. Tetapi itu hanya membuat Cayden mempererat dekapannya. Perempuan itu bingung, jika ia tidak menuruti keinginan Cayden, Seth akan tahu dan bisa saja menggunakannya sebagai alasan menceraikan Beth. “Kamu nggak punya pilihan lain Beth. Jadilah pemuas nafsuku, dan aku akan memuaskanmu setiap hari,” ucap Cayden penuh gairah.Tanpa sepengetahuan Beth, Cayden menempatkan dua orang suruhan untuk mengawasinya dari dekat, sebagai langkah antisipasi jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Mereka bekerja secara bergiliran agar tidak menimbulkan kecurigaan dari Beth.Siang ini, Beth dan Nina berjalan ke belakang kantor mereka menuju tempat biasa untuk membeli makan siang. Sementara itu, James membagikan semua laporan mengenai Beth kepada Cayden."Hari ini saya boleh pulang lebih awal?" tanya Cayden. Ia ingin segera menjemput Beth dan pulang bersama. Selama hampir sebulan Cayden tidak masuk kantor, para karyawan seolah merasa bebas. Jarang ada lembur, dan jumlah rapat pun berkurang. Semua menikmati efek dari sikap bucin Cayden.James berdeham. "Hari ini Anda ada janji dengan klien, Sir. Sepertinya akan melewati jam makan malam.""Tidak bisa diganti hari? Saya ada janji," ujar Cayden. Tidak perlu ditanya, James tahu persis janji itu dengan siapa."Maaf, Sir, pertemuan ini sangat penting. Ini kelanjutan dari pe
Berkat bantuan tim pengacara Beth dan koneksi keluarga Amberforth, proses perceraiannya dengan Seth dapat dipercepat. Tidak lama lagi, Beth akan resmi bercerai dari Seth. Hari ini, Cayden mendampingi Beth ke kantor polisi untuk memenuhi panggilan sebagai saksi sekaligus korban dalam kasus yang memberatkan Seth. Lagi-lagi, uang dan kuasa keluarga Amberforth akan membantu Beth mendapatkan keadilan.Erica dan kedua kakak Seth telah dipanggil sebagai saksi dalam kasus ini. Status Erica kemungkinan besar akan dinaikkan menjadi tersangka, karena terungkap bahwa pada hari kejadian, dialah yang menyarankan Seth untuk membawa Beth ke rumah kosong milik keluarga mereka, serta mendorong Seth untuk melarikan diri setelah menyiksa Beth.Beth kembali bekerja setelah hampir sebulan beristirahat. Ia memaksa untuk kembali bekerja meskipun Cayden melarangnya. Alasannya, ia akan merasa sangat bosan jika hanya berdiam diri di penthouse tanpa melakukan apa pun. Dengan berat hati, Cayden mengantar Beth hi
“Kenapa bertanya?” balas Beth sambil menatap bibir Cayden. Ia berusaha menyembunyikan keinginannya yang mulai menetes di tenggorokan.“Karena kali ini, kita tidak bercinta untuk segera hamil. Apa kamu masih menginginkannya? Tidak masalah jika setelah ini kamu hamil, aku akan bertanggung jawab,” ucap Cayden, akhirnya.Beth terlihat kikuk. Ia berharap Cayden hanya menciumnya seperti biasa, cukup untuk membangkitkan hasratnya. Namun kali ini, ada sesuatu yang berbeda.“Apa rasanya akan sama?” tanya Beth, suaranya nyaris berbisik.“Kita tidak akan tahu sebelum mencobanya,” jawab Cayden.Ia mengikis jarak dan mengecup batas rambut Beth. Lama dan lembut. Kedua tangannya menangkup pipi Beth, membelainya dengan ibu jari. Lalu mencium mata kanan, kiri, dan kedua pipinya secara bergantian.“Kamu berharga, Beth. Kamu sangat layak mendapatkan semua kasih sayang di dunia ini,” ucap Cayden.Setelah itu, bibir mereka bertaut. Cayden menyapukan lidahnya lembut di sela bibir Beth. Kali ini berbeda. Le
Cayden melepaskan pelukannya, meraih pundak Beth, lalu dengan lembut menghadapkannya. Ia sedikit menunduk agar pandangan mereka sejajar.“Entah sejak kapan, tetapi mulai sekarang aku ingin kamu hanya memandangku. Aku akan melindungimu, Beth. Aku ingin mengambil semua beban dari pundakmu,” ucap Cayden sembari membelai lengan Beth dengan penuh kasih.“Kenapa? Mengapa kamu ingin melakukan semua itu untukku?” tanya Beth. Ia menatap mata Cayden, berharap menemukan jawaban yang selama ini samar, kini mulai terlihat jelas.“Karena kamu berharga dan layak mendapatkan semua itu dariku. Dan... sepertinya aku telah jatuh cinta kepadamu,” jawab Cayden. Tatapan laki-laki itu semakin dalam. Tatapan yang selama ini diperhatikan Beth dengan diam-diam. Apakah selama ini juga hati Cayden telah berlabuh padanya?“Maafkan aku... maaf,” bisik Beth lirih. Ia memejamkan mata, lalu kembali memeluk Cayden dan menghirup aroma tubuh laki-laki itu dalam-dalam. Ia ingin memenuhi paru-parunya dengan kewarasan. Cha
“Ada...” kata Beth perlahan. Inilah saat yang ditunggu Cayden. Untuk menenangkan diri, ia mencoba mengingat kembali kompetisi apa saja yang pernah ia menangi dari Charles semasa di Amerika. Tapi—tunggu—tidak ada. Gawat. Ia selalu berada satu peringkat di belakang Charles.Tenang, Beth. Cepat atau lambat, kamu harus melanjutkan hidupmu. Cayden mungkin adalah masa depanmu, bisiknya pada diri sendiri. Kemungkinan untuk bertemu Charles lagi pun sangat kecil, bukan? Selama lima tahun ini mereka tidak pernah sekalipun bertemu.“Mmm... kamu kenal—” kata Beth, tapi kalimatnya terpotong oleh kehadiran ibunya. Wajah ibunya tampak ceria melihat Cayden menyuapi putrinya. Sementara itu, Cayden hanya bisa mengumpat dalam hati. Kapan lagi Beth akan membuka dirinya seperti tadi?Bukan karena Cayden terlalu peduli pada kejujuran Beth tentang Charles. Ia paham sepenuhnya bahwa Beth berhak memilih untuk bercerita atau tidak. Ia hanya berharap Beth sudah benar-benar selesai dengan perasaannya dan berhent
“Apa sekarang Beth sedang dekat dengan orang kaya raya?” tanya Ralph Louis, 57 tahun, mantan suami Rachel dan ayah dari Beth. Pria itu, meskipun telah berumur dan mengonsumsi alkohol secara berlebihan sejak usia tujuh belas tahun, masih menyisakan sisa-sisa ketampanannya. Wajahnya tampak seperti sedang berpikir dalam, seolah mendapat ilham atau inspirasi.“Y-ya... Beth memang selalu menjadi penyelamat keluarga, Mas,” ujar Rachel lirih, ibunda Beth. Sejak menikah hingga kini—meski mereka telah bercerai—Ralph tetap mencengkeram kehidupan Rachel dengan erat. Kehadirannya memberi dampak buruk, tidak hanya pada Rachel, tapi juga pada Beth, anak mereka satu-satunya. Rachel selalu menuruti setiap kehendak Ralph. Jika tidak, maka pukulan dan hinaanlah yang akan ia terima.Setiap bulan, uang yang diberikan Beth kepadanya akan disetorkan kepada Ralph. Para tetangga sudah sering membicarakan mereka di belakang. Bahkan para warga setempat pernah menggerebek rumah mereka dengan tuduhan tinggal se