Haloo terima kasih sudah membaca ya 🤗 jangan lupa berikan gems untuk othor 💓 biar besok bisa update 3 bab lagi xixixi
|| Dua belas tahun yang lalu ||Prims masih berusia empat belas tahun, dia masih berada di Sekolah Menengah Pertama. Hari itu di Seattle, beberapa temannya mengatakan jika mereka melihat bintang jatuh pada tanggal dua puluh tiga Desember.“Bintang jatuh?” tanya Prims pada diri sendiri satu hari setelahnya. Langkah kakinya sedang menginjak jalur pejalan kaki yang tertutup oleh salju yang mulai tebal. “Aku sama sekali belum pernah melihat bintang jatuh selama aku hidup,” katanya dengan sedikit kesal, menendang gumpalan salju yang terlihat lebih tinggi di bawah pohon maple. “Ke mana aku semalam?” ia tak habis pikir, padahal semalam ia juga tidur larut malam.Tetapi sepertinya bintang yang jatuh itu tidak ingin ia lihat.Ia melihat ke sekeliling, beberapa tetangga rumahnya sedang berjalan keluar dari rumah juga. Mereka akan menuju ke gereja untuk ibadah malam natal.Dua puluh empat Desember.Dan saat itu ... Prims yang sangat ingin melihat bintang jatuh memikirkan satu hal, ‘Bagaimana se
Senja datang menghampiri pantai di Vernazza. Prims bersama dengan Arley berpidah dari tempat mereka duduk untuk makan siang dan berkeliling sebentar kemudian berhenti di tepi jalan. Prims yang keluar lebih dulu dari dalam mobil. Ia menatap pada matahari terbenam yang sangat cantik yang separuh bagiannya seolah sudah tertelan oleh lautan.Ia terdiam mengagumi betapa indahnya apa yang ia saksikan sekarang ini. Dari samping kanannya, Arley meraih dan menggenggam tangannya. Pandangannya pun sama, pada matahari tenggelam yang indah. Seolah mereka baru saja menutup kilas balik perjalanan yang menghubungkan mereka hingga hari ini.Dan sebelum angin dari laut yang dingin menghampiri mereka, Arley meminta Prims untuk kembali ke dalam mobil.Jayden mengemudikannya membelah jalanan di Vernazza yang tak begitu ramai petang ini. Selama perjalanan itu, Prims masih bisa melihat indahnya matahari yang seperti sedang mengawasi ke manapun mereka pergi.“Mataharinya cantik sekali. Rasanya sudah sangat
Arley duduk di kursi yang ada di ruang tengah vila yang ia sewa. Ia tidak sendirian karena di seberang sana ada Prims yang masih asyik di dapur, ia baru saja selesai mencuci piring yang mereka gunakan untuk makan malam. Arley sebenarnya yang ingin membereskan itu, tetapi Prims mengatakan jika di hari ulang tahunnya sebaiknya ia tak mencuci piring sekarang.Biarkan dirinya menjalani jati dirinya yang merupakan seorang pangeran.Arley tersenyum dan ia sangat bahagia saat ini. Terkadang ia tidak percaya bahwa itu adalah Prims. Bagaimana bisa wanita yang memenuhi dadanya dengan perasaan bahagia ini adalah Prims?Tidak pernah terbesit di dalam benaknya ia akan menikah dengan seseorang yang mampu membuat hidupnya menjadi sangat menarik seperti ini.Dari menatap Prims dan mendengarkan senandungnya yang memanjakan telinga, matanya beralih memandang ke jendela, rentetan gerimis datang menyapu tempat ini. Ia menyaksikan hujan untuk pertama kalinya di Italia selama beberapa waktu terakhir yang
“Halo, Arley. Jay bilang aku harus mengatakan sesuatu untuk melengkapi videonya. Ini aku, Primrose Harvey. Selamat ulang tahun untukmu. Terima kasih sudah datang dan menjadi pria paling baik yang pernah aku temui.....“Pria yang diam bahkan saat aku menuduhkan hal buruk serta prasangka tak berdasar yang menyakiti dirimu sendiri. Pria baik hati yang barangkali sudah tidak bisa aku temukan lagi di hidupku yang akan datang. Aku harap, ke depanya tidak akan ada peristiwa menyakitkan seperti itu lagi. Hanya kebahagiaan untukmu yang aku inginkan.....“Tetap jadilah dirimu seperti hari ini. Yang hangat seperti matahari dan mempesona seperti lunar pada saat purnama. Terima kasih untuk sudah melengkapi perjalanan hidupku degan hadirmu yang aku syukuri. Selamat ulang tahun sekali lagi. Aku mencintaimu.”Wajah Prims kemudian menghilang dari video. Tapi sepertinya Jayden belum ingin usai dalam membuatnya berdebar.Karena yang ia lihat selanjutnya adalah wajah Arley yang tampak bahagia saat ia b
Nakal!Hanya itu kata yang bisa menggambarkan apa yang dilakukan oleh Arley semalam.Prims padahal telah menolak keinginannya soal itu.Tapi, melewati sebuah pemanasan yang memang membuatnya benar-benar panas dan dingin dalam masa yang bersamaan ... Prims kembali ditempatkan di atas.Dirinya yang telah disulut oleh gelora hasrat yang menyala tentu tidak akan mundur ataupun memilih berhenti.Untuk pertama kalinya, itu akan menjadi momen di mana Prims bisa merasakan sensasi rasa yang berbeda. Nikmat dan menyulut dadanya buncah oleh debaran tak kasat mata hingga membuatnya lelah.Nanti, jika Arley meminta seperti itu lagi ... Prims tidak mau. Atau ... jika ia mau, mungkin hanya sebentar saja.Dan setelah seharian berjalan-jalan berkeliling Vernazza, dimulai dari melihat pameran yang berlangsung dengan mengusung tema naturalisme. Dilanjutkan dengan mereka yang membeli beberapa aksesoris lucu di dalam toko barang antik, malam hari ini ... Mereka akan pergi untuk makan malam.Sebenarnya ...
Lampu yang dipadamkan di dalam ruangan itu memang bertujuan agar pengunjung yang ada di sana berfokus mata pada stage.Di mana di sana ada seorang pembawa acara yang berdiri di bawah lampu sorot dan mengatakan, “Malam hari ini, ruangan di dalam sini akan menjadi saksi bertambahnya umur seseorang. Pria tampan bernama Arley Miller yang hari ini berada di antara kita.”Entah bagaimana Prims menjelaskan wajah bahagia Arley sekarang ini.Ia tahu ... prianya itu tidak suka dengan keramaian. Dia lebih berkenan bertemu dengan orang jika hanya memiliki kepentingan. Tidak untuk pesta apalagi guna merayakan ulang tahunnya seperti ini.Tetapi ... sepertinya dia memang tidak ingin menyia-nyiakan momen ini sehingga dia ingin berbagi kebahagiaannya dengan mengundang kolega dekatnya. Yang kebanyakan hadir dan memberi selamat untuknya.Selayaknya pesta ulang tahun pada umumnya, mereka mengadakan beberapa langkah hingga proses memotong kue.Untuk Prims, ia mendapatkan potongan pertamanya. Yang mengejutk
|| Kembali pada waktu semalam setelah Prims menghabiskan tiga gelas wine. ||Setelah mendengar Arley mencegahnya untuk meminta gelas ke empat, Prims kehilangan kesadarannya. Ia hampir jatuh ke lantai, terlempar dari kursinya jika tangan kekar Arley tidak dengan gegas menangkap pinggangnya.“Astaga ....” gumam Arley sembari menggelengkan kepalanya. Ia mengangkat Prims dengan menggunakan kedua lengannya dan membawa Prims keluar dari ruangan. Di saat yang bersamaan, Jayden muncul dan kedua alisnya terangkat membentuk rasa terkejut melihat Prims yang terkulai dalam rengkuhan Arley.“Apakah sesuatu yang buruk terjadi pada nona Primrose, Pak Arley?” tanya Jayden sembari mengimbangi langkah Arley—bersamaan dengan para undangan yang lainnya yang sebagiannya memang mulai mengundurkan diri.“Mana ada sesuatu yang buruk jika dia tersenyum begini?” tanya Arley balik.Dan jika dilihat oleh Jayden lebih dekat, sepertinya dugaannya soal ‘sesuatu yang buruk terjadi pada Prims’ itu adalah sebuah kesa
“A-apa yang k-kamu lakukan?” tanya Prims dalam kepanikan saat Arley tiba-tiba saja sudah berada di hadapannya. Menundukken kepalanya dan tatapan matanya tampak mengintimidasi Prims yang masih duduk di atas ranjang dengan punggung yang terasa kaku.“Memastikan kamu melihatnya dari dekat,” jawab Arley. Ia melepas atasan yang ia kenakan. Melemparkan pakaiannya begitu saja secara sembarangan ke lantai dengan tanpa memalingkan wajahnya dari Prims sama sekali.Prims kesulitan menelan ludah. Ia mengedipkan matanya lebh dari satu kali agar tetap terjaga di dalam pelukan akal sehatnya.Tidak ada yang menjamin jantung serta hatinya baik-baik saja melihat menggodanya bentuk atletis perut Arley serta bahunya yang seluas samudera Arctic.“Di sini, Nona!” ucap Arley seraya meraih dagu Prims, agar matanya tidak pergi ke mana-mana selain hanya untuk bertahan di lehernya saja.Di sana, tepat di tengah-tengah. Yang jelas selain pakaian turtle neck tidak akan bisa menutupinya.Atau ada pilihan lainnya. D