Share

Bertemu Kakak

Author: Daralist
last update Last Updated: 2025-10-01 10:20:25

“Apa maksudmu?” tanya Sira setelah terkejut sesaat.

Sang asisten yang baru saja datang dari luar memberikan ponselnya kepada Sira. Layarnya menunjukkan berita populer dengan latar belakang foto Sira sebagai seorang model iklan bulan lalu.

Sira membaca berita itu dengan mata yang membulat. Di berita yang tertera, dikatakan bahwa dia berselingkuh dengan tunangan saudarinya. Dia juga menggantikan sang kakak ketika pertunangannya batal.

“Apa-apaan ini?!” Sira mulai panik. “Dari mana omong kosong ini berasal?!”

Kepanikan Sira bukanlah tanpa sebab. Dia baru saja debut sebagai artis yang dikontrak langsung oleh YM Entertainment dari perusahaan Clop Grup keluarga Durant. Seharusnya tidak boleh ada skandal apapun demi menjaga citra baiknya.

Rencana awal Kevin adalah membuat citra Sira sebagai artis berdedikasi dan pekerja keras. Oleh sebab itu, Sira tidak diperkenankan untuk mempublikasikan status pertunangan yang baru saja dia dapatkan.

Jika pertunangan itu diketahui lebih awal, sudah pasti opini publik meremehkannya karena memakai jalur dalam. Akan sulit untuk membuat citra positif ke depannya.

“Lalu kita harus bagaimana sekarang?!” tanya sang asisten pribadi bernama Tyas itu. “Apa kita harus meminta tolong pada Tuan Kevin?”

“Tidak, kita tidak boleh memberitahunya dulu,” sahut Sira dengan cepat.

Kevin tidak suka jika rencananya berantakan. Meski Kevin terlihat memiliki toleransi yang tinggi padanya, Kevin tetap mengutamakan rencananya. Jika gagal, sudah pasti mereka bertengkar.

Sira tidak mau itu terjadi. Apalagi dia baru saja resmi menjadi tunangannya.

Sira kemudian mengambil ponselnya sendiri, “Aku akan menghubungi Ibu lebih dulu.”

Panggilan itu tidak lama. Setelah berbunyi dua kali, panggilan itu segera diangkat.

“Sira sayang, tidak biasanya kamu menelepon seperti ini. Apa kamu menginginkan perhiasan baru lagi?”

“Tidak untuk saat ini Ibu,” sahut Sira sengaja terdengar pelan. “Aku–aku hanya ingin berbicara denganmu saja.”

Tiara merasakan ada masalah pada putrinya, “Apakah ada sesuatu yang salah?”

Sira memainkan emosinya ketika dia menjawab, “Ibu, apakah aku benar-benar tunangan Kak Kevin? Kenapa ada yang menuduh aku merebutnya dari kakak?”

“Siapa yang bilang seperti itu?! Kamu tidak merebut sama sekali, Kevin-lah yang memintamu menjadi tunangannya.”

Tiara tidak bisa menahan amarahnya, “Beritahu Ibu apa yang terjadi!”

Sira tersenyum licik saat dia menceritakan versinya sendiri. Dia tidak mengatakan bahwa dia sengaja memfitnah Evelyn agar karirnya rusak. Namun, Sira malah mengatakan dia menemukan kecurangan dari Evelyn ketika dia ikut lomba

Sira berdalih tidak suka dengan kecurangan kakaknya dan berniat menegurnya lewat akun bayaran. Sayangnya, berita pertunangannya yang belum resmi diberitahukan menyebar lebih dulu sebagai skandal yang negatif.

“Aku takut kakak tidak senang dengan caraku menegurnya, jadi dia membalasku,” kata Sira dengan nada bersalah, kemudian dia mulai menangis.

“Jangan menangis sayang, aku tahu kamu tidak salah. Evelyn itu memang tidak tahu terima kasih!”

“Kamu tenang saja, Ibu akan membicarakan ini dengan Kevin,” kata Tiara menenangkan Sira.

“Kak Kevin tidak akan marah, kan?”

“Ibu bisa mengatasinya sayang.”

Setelah itu Sira memutuskan panggilan. Nada sedih yang dia gunakan tidak ada lagi. Hanya menyisakan bibir yang mencebik meremehkan.

“Aku tidak menyangka dia bisa melawan. Seharusnya dia diam saja!”

Sira kesal saat berita itu masih menjadi berita utama yang populer.

Sebuah ide kemudian muncul dengan sendirinya.

“Sepertinya ide yang bagus untuk bertemu langsung dengan kakakku, kan?” tanya Sira entah pada siapa. Sebab sang asisten berdiri jauh darinya. Tidak ingin menjadi sasaran balas dendam majikannya.

Hari-hari kemudian berganti.

Evelyn masih bekerja di restoran Vilma. Awalnya orang-orang meremehkannya karena berbuat curang, tetapi setelah berinteraksi mereka mulai menyadari keahliannya.

Rekan kerja Evelyn pun mulai ramah padanya.

“Eve, sebentar lagi kita akan pulang. Kau sudah berkemas?”

Evelyn tersenyum dengan tangan yang masih sibuk, “Bukannya masih lama? Aku akan menyusul nanti.”

Rekan Kerja Evelyn hanya mengangguk dan mulai sibuk juga.

Restoran Vilma buka jam sembilan pagi sampai sembilan malam. Satu jam lagi akan tutup. Biasanya sebelum jam sembilan mereka sudah berkemas karena pelanggan mulai sedikit.

Saat Evelyn masih sibuk di dapur dan bersiap untuk pulang, Sira dengan gaun mewah yang mewah putihnya berjalan masuk di resto.

Di samping Sira ada Kevin yang ikut sambil menggandeng tangannya. Wajahnya sedikit berkerut merasa tidak nyaman.

“Untuk apa kita bertemu dia di sini? Buang-buang waktu,” kata Kevin sedikit kesal.

Kevin masih merasa Evelyn menginginkannya, tapi dia tidak mau jika wanita itu mendekat lagi padanya.

Jika Evelyn tahu pemikiran Kevin, pasti wajahnya menampilkan rasa jijik.

Sira balas tersenyum saja dengan mata yang melihat ke arah sekelilingnya, “Aku hanya rindu dengan Kakak. Dia pandai memasak, aku ingin makan masakannya.”

Meskipun Kevin terlihat masih enggan, dia tetap menyetujui bahwa masakan Evelyn enak. Sebab dulu saat Evelyn kursus memasak, dia sering mengiriminya makanan.

Memikirkan itu membuat Kevin mengerutkan kening. Sudah lama dia tidak makan masakan mantan tunangannya itu.

Setelah duduk, Sira segera memesan, “Aku ingin makan seafood. Apakah aku boleh meminta Evelyn memasakkannya untukku?”

Pelayan yang datang itu sedikit bingung, “Apakah Anda mengenalnya?”

“Ya, aku melihatnya lomba waktu itu,” ujar Sira tanpa memberitahu identitas Evelyn. “Aku penasaran dengan masakan buatannya. Bisakah pesananku dibuat olehnya?”

“Tentu saja bisa. Saya akan memberitahunya.”

Kevin hanya diam saja. Kepalanya hanya menoleh ke jendela di samping tempat dia duduk, sesekali bicara dengan Sira. Tidak ada yang tahu seperti apa pikirannya saat ini.

Hidangan itu akhirnya datang. Mata Sira berbinar melihat pesanannya di atas meja.

Sira menyendok dengan antusias. Seolah Evelyn adalah sang idola yang dia tunggu hidangannya. Namun, suapan yang keempat menimbulkan reaksi keras.

Sira berteriak sambil menggaruk tangannya dengan panik. Kevin pun berhenti dan berteriak marah.

“Pelayan! Di mana kalian!” teriak Kevin seraya memegang tangan Sira. “Sira, bagaimana ini bisa terjadi! Apakah Evelyn sengaja melakukannya?!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dibuang Keluarga, Diperistri CEO Berkuasa   56. Kesempatan Terakhir

    Sira menyembunyikan senyum licik di wajahnya atas respon jason pada foto yang dia ambil saat melihat Evelyn bersama pria lain. Isi obrolan Evelyn itu tidak penting. Reputasinya yang buruk sudah cukup untuk membuat Jason berpikir jauh tanpa dia merangkai kata untuk membalikkan fakta. Sira sekarang hanya melakukan hal kecil untuk menambahkan api di dalamnya.“Ayah, sepertinya itu temannya kakak. Dia tidak mungkin mendapat undangan dengan dekat laki-laki, kan?” tanya Sira dengan bingung. Padahal dari ucapannya, Sira sudah menuduh Evelyn dekat dengan laki-laki lain hanya agar mendapat undangan resmi saja.Benar saja, Jason langsung tersulut emosi. Matanya tampak melotot dan rahangnya mengeras menahan marah. Apalagi saat matanya melihat Evelyn dekat dengan seseorang yang terlihat seperti orang elite, Jason merasa malu atas namanya.“Beritahu dia jangan sampai aku mengurungnya untuk kedisiplinan!”“Tapi, ayah … kak Evelyn bilang dia sudah bukan lagi anggota keluarga Rowan.”Jason mendengku

  • Dibuang Keluarga, Diperistri CEO Berkuasa   55. Pikiran yang Seharusnya Tidak Ada

    Evelyn melemparkan pisaunya dengan refleks. Ernest yang tidak jauh dari tempatnya memotong buah pun ikut terkejut.Evelyn hanya bisa menahan sakitnya tangan yang teriris. Meski itu hanya luka kecil, rasa perih dan panas itu benar-benar menjalar. Darah merah segar pun terlihat saat Evelyn membuka tangannya dan melihatnya dengan lebih jelas.Ernest melihat itu sekilas lalu mengambil tisu dan meraih tangan Evelyn tanpa permisi. Evelyn membulatkan matanya tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Ernest.“Tuan Ernest, aku bisa sendiri!” ujar Evelyn panik saat tangannya dipegang.Ernest tampak tidak peduli saat dia dengan cekatan mengelap banyak darah dari jari Evelyn yang terluka. Ernest juga dengan perhatian memberi plester pada luka yang menurut Evelyn tidak perlu dibalut seperti itu.“Seharusnya tidak perlu sampai seperti itu,” kata Evelyn pelan setelah lukanya dibalut plester dengan sempurna.“Apa maksudmu tidak perlu sampai seperti itu?” tanya Ernest dengan alis terangkat. “Aku ha

  • Dibuang Keluarga, Diperistri CEO Berkuasa   54. Cemilan Tengah Malam

    Evelyn akhirnya tersadar dengan pertanyaannya sendiri. Evelyn tersenyum kikuk dan mengalihkan topik pembicaraan, “Saya hanya tidak menyangka Tuan akan bangun di tengah malam. Biasanya di jam ini tidak ada yang terjaga.” Ernest tersenyum tipis tanpa bisa dilihat oleh Evelyn. Dia tidak menjawab dan hanya memilih duduk di kursi meja makan tidak jauh dari kulkas. Evelyn menelan ludah dengan gugup. Tangannya pun tanpa sadar saling menggenggam di depan perut. ‘Apa yang aku lakukan sekarang? Haruskah aku tetap mengambil minum?’ Hati Evelyn gelisah. Dia bahkan tidak menyadari sedang berdiri tidak jauh dari tempat Ernest duduk dalam keheningan total. ‘Jika aku tidak mengambil minuman sekarang, aku akan mati kehausan.’ Pikiran-pikiran Evelyn menjadi semakin liar. Ernest yang tengah duduk di sana pun menyadari perilakunya yang aneh. Meski Ernest menyukai ketenangan seperti ini, bukan berarti dia tidak masalah ada seseorang yang berdiri diam dengan aura gugup yang tidak bisa diabai

  • Dibuang Keluarga, Diperistri CEO Berkuasa   53. Mencari Udara Segar

    Evelyn nyaris terjatuh sampai kemudian sepasang tangan menariknya. Belum sempat kesadarannya pulih, pertanyaan itu meluncur dari pria yang baru saja menabraknya.Setelah stabil dan melihat siapa yang dia tabrak, Evelyn buru-buru melepas pegangannya pada tangan pria itu dan berdiri dengan sedikit panik.“Maaf, Tuan Ernest. Saya tidak melihat jalan,” kata Evelyn dengan tulus. Dia sungguh tidak tahu dan memang tidak melihat jalan dengan benar saat menabrak majikannya itu.Ernest mengerutkan kening sedikit, sebelum kemudian menjadi rileks dalam sekejap.“Kamu sedang apa di sini?” tanya Ernest sekali lagi.Evelyn akhirnya tersadar dan menjawab, “Ah, saya hanya mencari angin segar. Di dalam terlalu ramai untuk saya.”Evelyn mengatakannya dengan jujur. Apalagi setelah bertemu dengan dua orang yang tak ingin lagi dia temui, energinya terkuras habis.Ernest tahu maksud Evelyn. Apalagi dia sempat melihatnya pergi dari meja yang diisi oleh orang yang kemarin bermasalah dengannya saat di resto wa

  • Dibuang Keluarga, Diperistri CEO Berkuasa   52. Ingin Dia Menghilang

    “Memangnya masalah apa sudah aku buat?” balas Evelyn atas pertanyaan Kevin yang sedikit memojokkannya. “Aku hanya memberikan Sira nasehat.”“Bukankah kamu bilang bukan lagi anggota keluarga Rowan? Jika itu benar, seharusnya kamu tidak berhak memberi nasehat apapun pada Sira,” kata Kevin merasa geram dengan cara Evelyn menjawabnya. Evelyn benar-benar orang lain di matanya sekarang.“Apa salahnya memberi nasehat yang baik pada orang lain? Bukankah ibumu yang bukan keluargaku juga memberi nasehat kepadaku?”Ucapan Evelyn membuat beberapa orang menahan tawa. Terutama para nyonya yang hadir menemani suami mereka, jelas masih mengingat kejadian yang memalukan tentang Vera, ibu dari Kevin.Rahang Kevin mengeras saat mendengar tawa tertahan dari para tamu yang hadir. Mengingatkannya pada peristiwa memalukan yang pernah melibatkan Evelyn.Evelyn hanya memandang Kevin setengah hati. Mereka datang lebih dulu padanya. Siapa yang tidak tahu bahwa mereka datang hanya untuk merendahkannya? Jelas di

  • Dibuang Keluarga, Diperistri CEO Berkuasa   51. Jangan Menangis Adikku Sayang

    Pada akhirnya masalah itu selesai dalam diam. Meski Raya menangis dengan keras dan sedih serta mengungkapkan betapa dia mengagumi Ernest, wajah dingin lelaki yang semula dia kagumi itu sudah mengatakannya dengan jelas. Tidak ada pengampunan untuknya.Jangan bertanya tentang Hana atau Hilda. Mereka masing-masing mendapat peringatan. Hana tentu saja menyeret Hilda dan Ernest segera memecatnya. Namun, Hilda tidak terima dan masalah itu ditunda.Mengingat kembali apa yang baru saja dia lalui sebelumnya, Evelyn hanya bisa menghela napas sambil duduk di sudut ruangan sambil memandangi pemandangan yang tersaji di jendela dinding besar di sampingnya.“Kakak, kamu juga ada di sini?!”Teriakan ceria itu membuat Evelyn tersentak. Untuk kesekian detik, Evelyn berharap bukan seseorang yang sudah dia kenal suaranya. Namun, saat membalikkan badan dengan tenang, Sira sudah duduk di seberang meja tempat dia menenangkan diri sekarang.“Kakak, kenapa kamu menatapku seperti itu? Kamu tidak suka aku ada d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status