Home / Rumah Tangga / Dibuang Mantan, Dinikahi Sultan / Bab 8 Menghadiri Pernikahan Mantan

Share

Bab 8 Menghadiri Pernikahan Mantan

Author: Mommy Jasmine
last update Last Updated: 2023-06-29 17:51:17

Malam itu, Rayhan dan kedua orang tuanya terlibat pembicaraan serius. Sebenarnya malas bagi Rayhan untuk membahas ulang masalah pernikahan yang tak diinginkan itu.

"Acara pernikahan kalian akan digelar dua Minggu lagi, Ray. Kamu harus prepare! Papa nggak mau dengar alasan apapun lagi. Satu lagi papa tegaskan ke kamu. Jangan coba- coba kabur kalau kamu masih mau lihat papa hidup," ujar Adnan sebelum akhirnya masuk ke kamar. Sementara Inggid masih duduk bersama Rayhan sambil mengulum bibir bawahnya.

"Aarggh ...."Rayhan geram dan memukul sisi sofa.

"Ikuti aja maunya papa! Yakin kalau pilihan orang tua itu adalah pilihan yang terbaik buat kamu ,Ray."

"Kenapa sih harus ngancem-ngancem gitu? Memangnya ini zaman apa sehingga harus dijodohin kayak gini?" dadanya naik turun emosi Rayhan memuncak. namun, seberusaha mungkin ia kontrol.

"Rayhan ini bukannya nggak mau nikah, Ma. Rayhan cuma pengen nunggu seseorang. Seseorang yang udah lama Rayhan cinta." Sungut Rayhan.

"Kalau memang kamu punya pilihan lain, kenapa kamu nggak pernah bawa perempuan. Itu ke mari? Apa kamu pikir kami sebagai orang tua percaya begitu aja kalau kamu itu udah punya pacar, tanpa pernah kamu bawa kemari? Hmm?" tanya Inggit hati-hati. Wanita berlesung pipi itu selalu bicara dengan lemah lembut pada anaknya.

Sebenarnya Inggit juga ingin memberikan kebebasan kepada anak-anaknya untuk menentukan pilihan. Namun, dirinya juga tak punya kuasa untuk menolak apa yang telah suaminya rencanakan. Selama ini Adnan selalu memperlakukannya dengan baik, memprioritaskan dan memberi yang terbaik untuk istri dan anak-anaknya. Inggit tahu suaminya itu selalu memikirkan matang-matang untuk semua keputusan yang ia ambil.

Rayhan mengangguk, "Berarti udah nggak ada lagi harapan buat mangkir dari keputusan Papa." Dengan raut kecewa Rayhan beranjak dari sofa dan menuju kamar. Baginya bicara dengan orang tuanya malah semakin membuat beban pikirannya menjadi-jadi.

Rayhan menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Mengambil handphone dari dalam saku celana. Membuka media sosial dan mencari nama Anisa Hafni. Disana terpampang sebuah foto seorang wanita dengan gaya rambut yang pernah nge-trend di zamannya sekitar sepuluh tahun yang lalu. sedangkan postingan itu dibuat sekitar lima tahun lalu. Entah sudah berapa ratus pesan dikirim Rayhan untuk Anisa. Berharap pesan itu dibaca. Kenyataannya tak satu pun pesan itu dilihat apalagi dibalas.

Rayhan membalikkan tubuhnya menatap langit-langit kamar. Memejamkan mata dan menarik nafas dalam dalam. Sepertinya memang inilah takdir yang harus ia jalani. Rayhan pun berusaha memantapkan hati untuk mengikuti apa yang kedua orang tuanya mau.

"Anisa ..., Andai sekali aja kamu balas chat aku, udah pasti aku akan membatalkan pernikahan ini dan mengatakan pada mereka semua kalau kamu telah kembali. Kita akan hidup sama sama," gumam Rayhan. Hingga matanya terasa berat. Tak menunggu waktu lama matanya mulai terpejam.

***

"Kamu kalau nggak kuat, nggak usah datang, Na!" Ucap Nining kepada anak perempuannya yang masih mematut diri di depan cermin.

"Memangnya kalau Hana nggak kesana apa nggak akan jadi masalah, Bu? Semua yang ada di sana pasti menyangka Hana belum move on dan nggak bahagia atas pernikahan sepupu Hana sendiri, Bu," jelas Hana.

"Memang kenyataannya seperti itu, kan? Hana, kamu nggak bisa nutupi itu dari ibu mu ini. Ibu yang melahirkan kamu, tentu ibu tahu apa yang ada di hati dan pikiran kamu," pungkas sang ibu.

Sementara Hana terdiam mendengar apa yang diucapkan Nining. Semua itu benar, Hana memang masih memiliki rasa pada Ridwan. Padahal, sudah dengan bersusah payah ia menahan rasa ini. Kehadirannya di acara pernikahan Rina dan Ridwan hanya untuk memberi tahu kepada orang-orang bahwa dirinya sudah baik-baik saja. Padahal, yang sebenarnya terjadi adalah sebaliknya. Ia masih begitu hancur dan puing puing itu sudah melebur entah kemana. Entah bagaimana nanti dirinya akan memberi ucapan selamat pada Ridwan dan Rina.

"Kalau nggak kuat, nggak usah datang, Na. Kamu di rumah aja! Lagian disana juga udah rame. Ibu khawatir kamu ...," kata-katanya terhenti saat Hana langsung memotong ucapan ibunya.

"Buk, Hana juga udah mau nikah. Masak ia Hana nggak datang ke acara spesial Rina. Nanti apa kata dunia kalau Hana nggak datang, Bu? Ibu tenang aja ya! Hana baik-baik aja kok." Hana pun meraih handphonenya dan mengajak ibunya untuk bersama-sama pergi ke rumah Obed.

Keduanya berjalan berdampingan hingga sampai di pelataran rumah Obed. Disana sudah ada pelaminan besar dengan nuansa putih biru, ada juga para sepupu yang berpakaian sama. Mereka semua adalah bridesmaids sang pengantin. Hanya Hana saja yang tak diminta untuk itu.

Semua mata tertuju pada kedatangan Hana. Ada yang menatapnya dengan haru, kasihan dan ada juga yang menatapnya dengan tatapan menghina. Padahal mereka yang menjadi bridesmaids itu adalah sepupu Hana juga. Nining langsung berjalan terus ke dapur,sedangkan Hana mendekat ke arah mereka, berusaha bersikap biasa seolah tak terjadi apa-apa.

"Hana, lama banget kamu datang? Aku pikir kamu nggak datang, Na!" ucap Dina, sepupu sekaligus sahabat Hana dari kecil sampai sekarang. Hana mengulas senyum dan langsung ikut duduk bersama gadis-gadis itu.

Beberapa Menik kemudian, pengantin keluar dengan menggunakan pakaian adat Jawa. Semua mata tertuju pada sepasang pengantin itu. mereka saling berbisik membicarakan keserasian pengantin itu. Semua sibuk mengabadikan momen itu.

Sementara Hana, matanya memanas melihat pemandangan itu. Seberusaha mungkin untuk tidak menitikkan air mata. Namun tampak jelas sekali matanya berkaca kaca. Dina yang menyadari hal itu, langsung membawa pergi Hana dari sana. Ia tak ingin Hana merasa dipermalukan lagi karena Hana tak bisa menahan air matanya agar tidak tumpah.

"Kamu nggak usah kesana lagi ya , Han! Aku tau kamu pasti sedih banget lihat itu kan? Aku temani kamu ya!" Keduanya sudah sampai di dalam rumah Hana.

Hana tak lagi bisa menahan air matanya. Ia merasakan sesak di dalam dadanya kala mengingat Rina yang dengan bahagianya menggandeng tangan suaminya untuk sampai ke pelaminan. Sungguh itu membuat Hana sesak dan sakit di dalam sini, hati.

"Han, kamu harus move on! Ridwan bukan yang terbaik buat kamu. Insha Allah, Allah udah nyiapin yang terbaik buat kamu. Kamu nggak pantas ingat-ingat dia lagi. Dia udah jadi suami orang, Han. Kamu cantik dan aku yakin kalau sudah tiba waktunya kamu juga akan di kamar oleh lelaki yang tepat," ujar Dina menyemangati. Ia belum tahu bahwa sahabatnya itu juga akan menikah dalam waktu dekat ini.

"Nggak tau kenapa masih sakit aja di dalam sini."

"Tari nafas dalam dalam terus keluarkan perlahan! Ayo ikutin aku!" Dina meminta Hana untuk mengikutinya, bukan tanpa sebab. Ini berguna untuk meringankan sesak di dadanya.

Setelah melakukan berkali kali,Hana pun merasa lebih lega dan plong.

"Makasih ya, Din. Udah selalu ada buat aku," ucap Hana yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Dina pun tersenyum.

"Din, sebenarnya Minggu depan aku juga akan menikah."

" Apa ...," jawab Dina antusias.

Bersambung ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dibuang Mantan, Dinikahi Sultan   Bab 39 Benci yang Mengakar

    Langit sore itu terlihat semburat jingga. Rumah besar di kawasan elite milik Rayhan dan Hana terlihat lebih hidup dari biasanya. Wajah Hana tampak bersinar, tak hanya karena sinar matahari yang menyelinap melalui jendela kaca besar, tapi karena hatinya sedang berbunga. Setelah melewati berbagai badai dalam rumah tangga mereka, kini Hana dan Rayhan seperti menemukan ritme baru. Mereka lebih terbuka, lebih saling mendengarkan, dan… kini mereka mulai berbicara tentang mimpi kecil yang selama ini hanya mengendap di hati: anak. "Sayang," panggil Rayhan dari balik pintu kamar. Ia baru saja selesai mandi, rambutnya masih basah, dan handuk tergantung di leher. "Kamu udah mikir lagi soal yang kita obrolin kemarin?" Hana yang sedang duduk di meja rias, menoleh dengan senyum malu-malu. "Soal program hamil?" Rayhan berjalan pelan, memeluk bahu istrinya dari belakang. "Aku serius, Na. Kita udah cukup waktu buat adaptasi. Sekarang saatnya kita punya keluarga kecil yang lengkap. Tatapan Hana mer

  • Dibuang Mantan, Dinikahi Sultan   Bab 38 Bertiga?

    Hana menghela napas pelan, mencoba meredam gelombang perasaan yang menyeruak dari sentuhan dan kata-kata Rayhan. Ia menunduk, membiarkan dagunya menyentuh dada suaminya yang hangat dan kokoh. “Aku cuma… belum terbiasa,” gumamnya pelan, nyaris tak terdengar. Rayhan tersenyum kecil, menggenggam jemari istrinya yang dingin dan membawanya ke dada kirinya. “Biasakanlah perlahan, Sayang. Aku akan sabar menuntunmu.” Kata-katanya bukan sekadar janji manis, Hana bisa merasakannya dalam cara Rayhan menyentuh dan menatapnya—penuh penghargaan, bukan sekadar nafsu. Mereka berdiri seperti itu dalam diam, hanya suara detak jam dinding dan hembusan lembut pendingin udara yang terdengar. Sampai akhirnya Rayhan mengecup kening Hana dengan pelan, lalu melepaskan pelukannya. “Masih ada waktu sebelum aku berangkat. Temani aku sarapan, ya?” pintanya. Hana mengangguk dan tersenyum kecil. “Aku masakin nasi goreng spesial, mau?” Rayhan memiringkan kepalanya, menatapnya penuh makna. “Kalau kamu ya

  • Dibuang Mantan, Dinikahi Sultan   Bab 37 Melepas Kesucian

    Pergi begitu saja meninggalkan Anisa dan senyum Anisa yang tadinya semeringah memudar kala Rayhan berdiri dan mulai meninggalkannya. "Rayhan ...," panggil Anisa sambil mengejar Rayhan, tetapi langkah Rayhan terlalu panjang sehingga tak terkejar olehnya. Sementara Rayhan tetap memaksa mengendarai mobilnya agar sampai di rumah. Dorongan hasrat ini harus segera dituntaskan, jika tidak maka itu akan menjadi siksaan batin yang bisa saja membuatnya gila. Rayhan membuka kancing kemeja bagian atas hingga menampakkan bulu-bulu halus itu. Setelah sampai di garasi, ia pun lantas berlari ke arah rumah. Masuk dengan kunci yang ada padanya. Hana baru saja keluar dari kamarnya dengan kepala yang masih berbalut handuk. Ia terperanjat melihat gelagat aneh sang suami yang tak seperti biasa. "Hana," lirih Rayhan sambil berjalan mendekat pada wanita yang hanya memiliki tinggi tubuh sekitar seratus enam puluh cm itu. Mengangkat tubuh Hana dan membawanya menuju kamar terdekat, yaitu kamar Hana.

  • Dibuang Mantan, Dinikahi Sultan   Bab 36 Rencana Anisa

    "Apa betul mama menerima sejumlah uang dari keluarga Rina dan sebagai gantinya aku harus menikahi Rina? Betul itu, Ma?" tanya Ridwan dengan suara lantang dan mata yang membulat. "Ridwan, kamu ini datang-datang bukannya kasih salam dulu, malah nanya yang nggak-nggak." Lastri mencebik kesal, ada rasa takut dalam hatinya sekaligus heran mengapa rahasia ini bisa sampai bocor."Tolong jawab aja, Ma! Jawab yang jujur!" sentak Ridwan sehingga Lastri terkejut dan semakin ketakutan. Namun, berusaha bersikap tenang.Lastri terdiam dan itu sudah menjadi jawaban untuk Ridwan. Ia menggeleng pelan, tak menyangka bahwa sang ibu telah menjual dirinya demi uang, padahal Ridwan berusaha menerima jodoh yang ibunya pilihkan. Berharap ini adalah pilihan terbaik, meski Harau mengabaikan hati dan cintanya pada Hana."Ridwan ... Wan, mau kemana kamu? Mama mau jelasin sesuatu sama kamu," teriak Lastri saat Ridwan pergi dari hadapannya.Melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga ia tak perduli lagi ten

  • Dibuang Mantan, Dinikahi Sultan   Bab 35 Terbongkarnya Rahasia Rina di Depan Sang Suami

    "Seharusnya Abang pulang langsung ke rumah. Bukannya malah cari perhatian sama Hana. ingat, Bang! Hana itu udah punya suami dan kamu juga udah punya aku," ucap Rina. Dengan kondisinya yang sedang sakit, ia nekad pergi ke rumah Nining untuk menjemput sang suami. Karena sedari tadi ia duduk di depan terasnya untuk memantau acara yang dibuat Hana dan ibunya. Melihat mobil yang biasa suaminya kendarai pulang cepat, Rina pun bergegas ke rumah itu. Namun, kedatangannya itu ternyata untuk melihat sang suami sedang saling tatap dengan Hana. Kedua tangan Ridwan menyangga tubuh Hana agar tidak jatuh. Ingin rasanya ia langsung berteriak dan melerai keduanya. Namun, ia tak kuasa melakukannya karena kakinya terasa lemas. Pun Nining segera memberi kode kepada kedua orang yang tengah berpandangan itu hingga keduanya sadar dan melepaskan diri. Rina bisa melihat bahwa suaminya masih menyimpan rasa terhadap Hana. Terbukti saat Ridwan masih saja menatap Hana yang melenggang pergi. "Abang nggak senga

  • Dibuang Mantan, Dinikahi Sultan   Bab 34 Syukuran

    "Bangun! Bangun, Mas!" Hana menggoyang dan menepuk punggung tangan Rayhan supaya bangun. Kerena waktu subuh tidak banyak jika untuk mengerjakan wajibnya. Berulang kali Hana mencoba membangunkan hingga ia lelah dan membelakangi posisi Rayhan. Tetiba muncul keisengannya. Hana mendekat pada wajah Rayhan yang masih tertidur pulas. Menatapnya dari dekat, begitu dekat, bahkan sangat dekat. Hingga Hana dapat merasakan terpaan hangat nafas Rayhan. Ia pejamkan mata merasakan debaran jantung yang mulai tak beraturan. Rayhan mengerjapkan mata, melihat Hana yang begitu dekat dengannya. Entah mengapa ada rasa nyaman dan menginginkan waktu berhenti agar Hana tak berlalu dari hadapannya. Muncul pula ide dalam benaknya agar Hana tak segera berlalu. Rayhan memeluk Hana sambil membenarkan posisi ternyaman, matanya masih terpejam agar Hana menganggap ini adalah ketidak sengajaan yang tercipta. Hana membulatkan matanya saat dirinya malah terjebak dalam pelukan Rayhan. Semakin ia berusaha melepaskan d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status