Share

Dibuang Suami Dinikahi Sultan
Dibuang Suami Dinikahi Sultan
Author: Adinasya Mahila

Bab 1

last update Last Updated: 2024-05-18 22:17:24

Prang!!

Sebuah gelas jatuh ke lantai, hancur berserakan dan menimbulkan suara yang begitu nyaring.

Seorang wanita hamil berdiri di dekatnya sambil memegangi perutnya yang besar. Ia sedang hamil sembilan bulan dan tampaknya malam ini sudah ada tanda-tanda hendak melahirkan.

Nona Amira Lubna, atau yang kerap disapa Nona, dia terlihat begitu kesakitan karena mengalami kontraksi. Tangannya berpegangan pada sisi meja dan dia pun berusaha mengatur napasnya berulang kali.

“Sakit!” rintihnya.

Nona berusaha berjalan kembali menuju kamar untuk mengambil ponsel. Meski di rumah besar itu ada pembantu dan sang mertua, tapi sudah sejak empat bulan yang lalu Nona harus melakukan semuanya sendiri. Ia tidak tahu alasan pasti, kenapa mertua dan bahkan suaminya berubah sikap kepadanya.

Nona terus mencoba mengatur napas, dia duduk di tepian ranjang dan mencoba menghubungi sang suami.

“Halo, Mas. Kamu di mana? Aku sepertinya mau melahirkan.” Nona langsung menyampaikan maksud menghubungi.

“Melahirkan itu urusanmu! Untuk apa kamu menghubungiku!” bentak Rafa— suami Nona.

“Tapi aku benar-benar kesakitan, Mas. Siapa yang akan mengantarku? Mama pasti sudah tidur, aku pasti akan dimarahi kalau sampai mengganggunya ,” ucap Nona sambil menahan sakitnya kontraksi.

“Memangnya aku peduli! Ganggu orang saja!”

Nona terkejut karena Rafa mematikan panggilan itu, dia meringis, kesakitan antara kontraksi dan sikap sang suami membuat air mata sudah tak bisa lagi dibendung.

Rafa ternyata sedang berada di apartemen selingkuhannya yang bernama Karin, pria itu kesal, karena merasa Nona mengganggu ketenangannya.

“Siapa yang menelepon?” tanya Karin melihat Rafa mengakhiri panggilan.

“Siapa lagi kalau bukan wanita tak berguna itu! Mengganggu kesenangan orang saja!”

“Tak berguna? Bukankah kamu mendapat puluhan miliar darinya?” Karin mengembangkan senyum, dia memilih duduk di samping Rafa sambil mengusap-usap lengan pria yang menjadikannya selingkuhan itu.

“Sudah, jangan pikirkan dia. Blok saja nomornya untuk sementara kalau memang kamu tidak mau diganggu,” ujar Karin memprovokasi.

Rafa menoleh Karin, merasa ide wanita itu sangat bagus. Dia pun sengaja memblokir nomor Nona agar tidak menghubungi lagi. Rafa tidak mau kesenangannya bersama Karin terganggu.

Di rumah, Nona masih merintih kesakitan. Dia sadar baik Rafa dan keluarganya tidak peduli terhadapnya, bahkan pembantu rumah di sana tidak diperbolehkan melayani kebutuhannya, untuk itu Nona ke dapur membuat susu sendiri tadi. Karena tak tahan dengan rasa sakit, Nona akhirnya memilih menghubungi taksi online untuk mengantar ke rumah sakit. Dengan sekuat tenaga dia keluar dari rumah saat taksi pesanannya sampai di depan.

Nona diantar sang sopir hingga ke UGD, di sana dia langsung ditangani tanpa ditemani suami ataupun keluarga. Semua prosedur dia sendiri yang melakukannya.

Pedih dan sakit, itulah yang dirasakan Nona saat ini. Apa kesalahan yang dia perbuat sehingga Rafa berubah sikap dan dengan kejam membuatnya menderita. Bukankah bayi yang akan dilahirkannya juga anak Rafa? tapi kenapa pria itu tidak peduli.

Nona mencoba menguatkan hati, dia menelan kesakitannya seorang diri untuk melahirkan bayinya. Bahkan saat proses persalinan terjadi, dia hanya seorang diri tanpa keluarga yang menemani. Hingga suara bayi itu terdengar menggema bersamaan dengan Azan Subuh. Nona melahirkan bayi laki-laki yang sehat.

“Selamat, Bu. Bayinya laki-laki dan sangat sehat,” ucap perawat sambil menunjukkan wajah bayi laki-laki itu.

Nona terharu sekaligus sedih, kenapa kebahagiaan ini harus datang bersamaan dengan sebuah kepedihan akan ketidakpedulian sang suami terhadapnya.

Hati Nona semakin terasa sakit saat mencoba menelepon Rafa untuk memberitahu kalau bayi mereka sudah lahir. Nomor pria itu tidak bisa dia dihubungi.

“Untuk apa kamu menghubungi? Memangnya kami peduli!”

Suara lantang dari seberang panggilan membuat air mata Nona menetes ke pipi.

“Tapi aku baru saja melahirkan, Ma. Aku mencoba menghubungi Mas Rafa, tapi tidak bisa,” ucap Nona. Ia akhirnya memutuskan menghubungi sang mertua.

“Rafa itu sibuk, kamu tidak usah mengganggunya!”

Setelah mengucapkan kalimat itu, mertua Nona pun mengakhiri panggilan.

Nona semakin merasakan kepedihan yang begitu dalam, kenapa tidak ada satu pun dari keluarga suaminya yang peduli dengan dirinya dan bayi yang kini berada di pangkuan.

***

Nona dirawat di rumah sakit selama dua hari, selama itu pula Rafa tidak datang untuk menjenguk. Bahkan menghubungi pun tidak. Apa yang dialami Nona membuat perawat merasa iba, bahkan mereka rela bergantian menjaga bayi mungil Nona, saat wanita itu pergi ke bagian administrasi untuk menyelesaikan pembayaran.

Kepada perawat dan dokter Nona beralasan suaminya sedang ke luar negeri dan tidak bisa mendapat tiket pulang. Ia pulang ke rumah mertuanya menggunakan taksi lagi, di depan pembantu yang merasa kasihan memilih membantu. Pembantu itu masih memiliki hati nurani, tak tega melihat Nona kerepotan sendiri.

“Cih … seharusnya kamu itu pergi saja dari sini, kenapa kembali?” Maya – mertua Nona menatap sinis. Ia melotot ke pembantu yang membawakan tas Nona.

“Ma, apa mas Rafa tidak pulang?”

“Kenapa? kamu itu rewel banget, pantas Rafa sebel sama kamu.” Bukannya menjawab, Maya malah melongos, dia bahkan tak mau melihat cucu kandungnya yang ada di gendongan Nona.

“Non Nona, lebih baik istirahat ya,”ucap pembantu rumah Maya. Setelah meletakkan tas, dia kembali dan membimbing Nona menuju kamar.

***

Hari itu tepat seminggu semenjak Nona melahirkan, dan selama itu pula Rafa tidak pernah pulang. Nona mencoba berpikir positif dengan beranggapan sang suami pasti sedang sibuk dan mungkin pergi ke luar kota. Meski lelah mengurus bayinya sendiri, tapi Nona tetap berusaha ceria.

“Ada apa sayang, kamu lapar?”

Nona mengajak bicara putranya yang menangis, lantas mencoba menyusui agar sang bayi kembali tenang.

Namun, ternyata bayi itu tidak mau menyusu, dan malah membuat Nona bingung dengan apa yang terjadi.

“Kenapa kamu tidak mau, Nak?” tanya Nona kebingungan. Setelah setengah jam berpikir, dia memilih untuk keluar kamar mencari pembantu rumah Maya.

Nona ingin meminta bantuan untuk membelikan susu formula di minimarket, dia berpikir mungkin karena ASInya kurang lancar sehingga putranya tak mau menyusu. Nona pun memberikan uang ke pembantu, uang tabungan yang kini mulai menipis karena sejak empat bulan lalu Rafa tidak lagi memberinya jatah bulanan.

Setelah menemui pembantu, Nona kembali ke kamar. Ia melihat putranya diam seperti tidur. Namun, seketika Nona merasa curiga, tubuhnya gemetar melihat bayi itu pucat.

“Kenapa kamu, Nak?” teriak Nona ketakutan. Ia keluar kamar dan berlari ke kamar Maya memohon untuk di antar ke rumah sakit.

“Kamu itu, mengganggu saja!” bentak Maya.

“Ma, tolong Ma, Altar dia …. “

Nona tahu bahwa bayinya dalam kondisi buruk, dia menangis meraung dan jatuh berlutut sambil memeluk sang putra. Hatinya benar-benar hancur, baru saja ditinggal beberapa menit, tapi putranya itu harus meregang nyawa.

Altar, dokter bilang dia terkena Sudden Infant Death Syndrome. Suatu kondisi yang bisa menyebabkan kematian mendadak pada bayi yang masih tidak diketahui apa penyebabnya.

Dengan wajah penuh kesedihan Nona memeluk putranya yang sudah tak bernyawa, dia berjalan mendahului Maya yang akhirnya mau mengantarnya ke rumah sakit.

“Rafa, kamu di mana? anakmu mati,”ucap Maya tanpa rasa empati.

“Benarkah? Bagus kalau begitu, akan lebih mudah menceraikannya,”jawab Rafa dengan seringai licik di wajah.

Pria itu ternyata ada di ruang kerja rumahnya, dia bahkan bisa mendengar dengan jelas saat Nona panik dan meraung menangisi kondisi putranya tadi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Yessy Susanti
Laki bejat mertua lampirrr.. ksel gw sm s Rafa
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
satu lagi Keluarga DAJJAL
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
jgn lah semua hal2 bodoh kau borong nona anjing
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dibuang Suami Dinikahi Sultan   Bab 115 : Final

    Delapan bulan kemudian.Suasana sebuah rumah sakit tampak ramai seperti biasa. Di salah satu ruang inap yang ada di sana, Nona berbaring dengan wajah pucat dan tampak lemas karena baru saja melahirkan.Nona memandang orang-orang yang ada di ruangan bersamanya, meski dia lelah, tapi semua itu terbayarkan dengan melihat senyum orang-orang yang ada di sana, terutama Segara.“Dia menggemaskan, ‘kan?” tanya Segara ke Mina yang sedang menggendong anaknya dan Nona.“Iya, dia tampan sekali,” balas Mina dengan tatapan tidak teralihkan dari bayi yang ada di gendongan.Nona melahirkan anak laki-laki yang sangat tampan. Di saat Nona bahagia dengan kelahiran bayinya, ada Senja yang dua kali lipat merasakan kebahagiaan, sebab sebentar lagi dia bisa menikah dengan Biru.“Bisa tampan begini, dia mirip siapa ya?” Mina memperhatikan dengan seksama wajah cucunya.“Sepertinya mirip Nona dan Se

  • Dibuang Suami Dinikahi Sultan   Bab 114

    Setelah makan siang di kantin. Nona kembali ke ruang kerja bersama Segara. Di sana dia duduk di sofa sambil memandang suaminya yang kini sudah fokus ke pekerjaan.“Apa benar kalau kamu yang melaporkan Austin ke polisi?” tanya Nona yang sejak tadi penasaran.“Bukan, aku hanya cepu,” jawab Segara dengan entengnya.Nona berdecak mendengar jawaban sang suami. “Itu sama saja,” balasnya gemas.Segara melirik Nona yang terlihat cemberut dan kesal karena ucapannya, hingga dia tersenyum-senyum dan membuat Nona akhirnya tertawa.“Oh ya. Tante Maya ingin pergi dari panti asuhan bu Dewi untuk melanjutkan hidupnya.”Segara mengerutkan kening menatap Nona sekilas, kemudian berkata, “Baguslah, setidaknya dia tidak patah semangat dan tidak terus bergantung kepada orang lain.”“Hem … meski sebenarnya aku merasa sangat kasihan, tapi mau bagaimana lagi,” ujar Nona sambi

  • Dibuang Suami Dinikahi Sultan   Bab 113

    [Terima kasih Nona, karena kamu sudah mau membantu kami.][ Oh… ya apa mungkin kamu mau membeli rumah Papa? Kami akan menjual rumah itu untuk mencari rumah yang agak kecil ]Nona terdiam. Ia tiba-tiba saja merasa kasihan, tapi tidak mungkin bisa membantu dengan membeli rumah itu. Mencoba untuk bersikap biasa, Nona pun membalas pesan Sandra.[Bagaimana kondisi Paman?]Nona mengirimkan pesan itu dan menunggu jawaban dari sang sepupu, hingga beberapa saat kemudian Sandra membalas.[ Kondisi Papa sudah membaik setelah menjalani operasi.]Meski membenci prabu, tapi Nona merasa lega. Ia pun meminta Sandra untuk terus menjaga Prabu dengan baik.Segara yang baru selesai rapat tampak berjalan sambil memasukkan tangan kirinya ke saku celana. Ia pun menyapa Emir dan diberitahu kalau Nona ada di ruangan. Segara terlihat senang dan langsung masuk. Begitu melihat Nona yang sedang fokus menatap ponsel, pria itu pun mendekat dan langsung mereb

  • Dibuang Suami Dinikahi Sultan   Bab 112

    Mata Nona langsung berbinar, dia senang mendengar kata rujak yang baru saja Senja ucapkan.“Kamu turun dulu, aku akan menyusul,” balas Nona.Senja mengangguk dan meninggalkan Nona lebih dulu. Kakak iparnya itu berniat pamit ke Segara.“Mama bikin rujak, aku mau ikut makan,” kata Nona tanpa mendekat karena takut ditahan oleh sang suami.“Tidak! kamu tidak boleh keluar dari sini. Kamu harus membayar hutang dulu,” balas Segara.“Tapi aku pengen banget. Kamu harus tahan dulu nafsumu, ini demi anak kita.”Setelah mengatakan itu, Nona pun kabur keluar kamar. Ia berjalan cepat takut jika sampai sang suami mencegah.Segara pun berteriak-teriak frustasi melihat Nona kabur, hingga akhirnya dia pun memilih keluar dari kamar dan menyusul Nona ke bawah.Segara ikut makan rujak, sengaja menunggui Nona agar cepat selesai dan segera kembali ke kamar.

  • Dibuang Suami Dinikahi Sultan   Bab 111

    Hari Minggu pagi Nona memilih pergi ke rumah mertuanya bersama sang suami. Pembantu rumah mengatakan jika Mina dan Senja ada di belakang sedang berkebun, sehingga Nona pun memilih menyusul ke sana meninggalkan Segara yang berbelok ke dapur untuk mengambil minum.Saat sampai di belakang rumah. Nona melihat Senja sedang membantu Mina menanam bunga, Nona pun mendekat dan langsung menyapa.“Eh, kamu datang sama Segara 'kan?” tanya Mina saat melihat sang mantu.“Iya, Ma. Dia di dalam tuh, langsung mau minum katanya,” jawab Nona.“Kayak habis lari-lari aja dia, datang-datang langsung minum,” seloroh Senja.Mina dan Nona pun tertawa mendengar candaan Senja. Semenjak dibantu gadis itu dari penculik yang ingin membuatnya celaka, Nona memang bersikap baik ke Senja.“Ngomong-ngomong Nona, apa kamu tidak ngidam?” tanya Mina tiba-tiba. Ia sampai menghentikan gerakan tangannya yang sedang memegang sekop kecil untuk menoleh Nona.&nb

  • Dibuang Suami Dinikahi Sultan   Bab 110

    Segara benar-benar berubah menjadi suami idaman yang sangat perhatian. Sosoknya yang kaku seperti kanebo kering kini hangat bak selimut bulu.Nona melebarkan senyum, dia senang karena Segara menemaninya seharian. Mereka duduk sofa yang terdapat di kamar, menikmati buah sambil menonton acara televisi.Hingga saluran televisi yang sedang ditonton Nona, menayangkan acara sekilas info, yang berisi berita atau peristiwa terbaru.“Buka mulutmu,” perintah Segara yang siap menyuapi Nona dengan potongan buah mangga.Nona membuka mulut dan membiarkan sang suami menyuapi, bahkan mengabaikan pembawa berita yang sedang membacakan berita terkini.‘Seorang wanita menjadi korban penusukan. Di depan banyak pengunjung sebuah kafe, pria berinisial RF menusuk wanita bernama KR berulang kali, hingga membuat korban terluka sebelum akhirnya meninggal dunia.’Mendengar inisial nama yang seperti familiar di tel

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status