Share

Mantan Suami

Author: Dek ita
last update Last Updated: 2024-10-11 14:15:04

Matanya terbelalak, dan bola matanya gemetar mendapati bagaimana mantan suaminya, Hito, sudah bersama wanita lain yang kelihatannya mereka sangat mesra sekali pada saat itu.

Hito dengan terang-terangan merangkul Wanita tersebut di depan matanya, dan memberikan kecupan manis pada dahi dari wanita tersebut.

Hati Lizy terbakar melihatnya. Ia bisa merakan bagaimana panas perasaan yang tengah ia rasakan tersebut. Pengkhianatan yang selama ini tidak ia ketahui, bahkan tak sadar sama sekali.

“Aku penasaran. Bagaimana kamu bisa mendapatkan seorang pria dalam waktu semalah setelah aku usir,” ucap dari Hito, sambil melihat ke arah mobil yang dimana Lizy sedang memasukkan barang.

Lizy tak bergeming sedikit pun. Ia merasa mau menangis. Bahkan sambil menelan ludah, ia menahan diri untuk tak menunjukkan bagaimana lemahnya dirinya di depan dari Hito.

Hito mendekat, kemudian mendorong dahi Lizy sambil memukul pelan kepala Lizy sambil tersenyum miring, dan memberikan tawa yang sangat licik sekali.

“Sudah kuduga bahwa kamu adalah wanita yang tidak mau tidak didampingi pria lain. Berapa kamu jual dirimu demi bisa bersama orang itu, ha?”

“Hahaha, sayang. Untuk apa kamu bertanya? Wanita ini pasti menjual dirinya tak lebih mahal dari seharga sebuah tas bermerk sekali pun,” Wanita tersebut menimpali sambil memeluk lengan Hito.

Tangan Lizy terkepal kuat. Ia hanya bisa menunduk sembari menggigit bibir. Ia makin gemetar hebat mendengar komentas tak pantas dari mereka.

Dengan kasar Hito menarik dagu Lizy sampai dirinya melihat ke arahnya. Senyumnya makin licik dan membuat merinding sekali.

“Lizy. Nikmati hidupmu yang tidak berarti di jalanan. Mungkin kamu akan dipungut seseorang untuk menjadi seorang pelacur? Hahaha,” tawa Hito dengan keras setelah menepiskan tangannya sampai Lizy menoleh ke samping.

Di depan mata kepalanya sendiri, Lizy baru pertama kali melihat bagaiman sikap mantan suaminya yang berbicara tanpa memikirkan perasaan orang lain. Ia juga baru menyadari, seberapa jahatnya Hito selama ini.

Wanita di samping Hito mendekat ke arah Lizy. Dia tersenyum manis, namun maksud dibalik senyuman itu sangat buruk sekali.

“Aku Mia. Terima kasih ya, sudah menemani Hito dulu. Tapi, sayang sekali kamu mandul. Jadi Hito tidak mau mempertahankanmu,” ucap dari Wanita tersebut.

“Tidak! Siapa yang bilang aku mandul?!” Lizy tidak terima sama sekali.

Makin tersenyum puas Mia mendengar Lizy yang membalas. Tujuannya memang untuk memanasi Lizy agar dia makin terbakar cemburu dengan mudahnya.

“Sudahlah, akui saja. Kamu itu bukan wanita sempurna, Lizy. Wanita sempurna itu harus bisa menjadi seorang ibu.”

“Jaga ucapanmu! Apa hakmu untuk menilai bagaimana wanita yang sempurna?! Seperti kamu yang menjadi pelakor?”

PLAKHHH. Api tersebut berbalik arah menyerah Mia, yang akhirnya tersulut dengan mudahnya.

“Jangan asal bicara! Aku tidak menjadi pelakor!”

Tamparan itu tak terasa sama sekali. Lizy menatap tajam ke arahnya. “Lalu? Apa kamu menjadi sampah dengan menggoda suami orang lain?”

PLAKHHHH. Kali ini pukulannya lebih keras, dengan Hito yang maju menjaga istrinya tersebut. Lizy sampai tersungkur mendapatkan tamparan yang sangat kuat tersebut.

“Jangan asal bicara kepada istriku! Dia jauh lebih baik daripada kamu!” teriak Hito.

Lizy tak bisa menahan air matanya lagi. Ia menangis dengan pandangan melihat ke bawah. Hatinya sakit sekali. Ia tak bisa menahan rasa sakit yang sudah terus menusuknya dari tadi itu.

“Kamu wanita rendahan yang selama ini menghalangiku! Dan beraninya kamu bicara begitu pada seseorang yang akhirnya kupilih?!”

Lizy mendongakkan kepala dengan wajah yang penuh air mata. “Tapi aku yang menemanimu selama ini! Tidak ingatkah kamu bagaimana aku selalu bersamamu bahkan saat kamu hendak bangkrut!” Lizy mencari pembelaan.

“Jangan bahas masa lalu! Kamu itu hanya masa laluku!” tegas Hito.

Makin sakit hati Lizy mendengar bagaimna Hito berkata dengan mudahnya. Bertahun-tahun hubungan mereka, dari mulai PDKT sampai akhirnya menikah, bagi Hito itu hanya masa lalu yang tak pantas dikenang sama sekali.

“Kamu tidak akan pernah bisa menyamaiku, Lizy. Kamu hanya sampah yang bahkan tidak pantas di daur ulang,” ucap Hito.

Air mata Lizy makin berlinang, tanpa suara sedikit pun Lizy tak mau menunjukkan kesedihannya. Ia menghapus air matanya dengan segera. Ia sudah malu sekarang ini.

“Kamu itu tak bisa mengalahkanku. Kamu bahkan tak lebih berharga daripada pelacur sekali pun,” ucap Mia, sambil meledek.

“Lizy!”

Suara tersebut membuat suasana seketika berubah. Lizy melihat dari tempatnya tersugkur, tak jauh dari belakang Hito, pria yang ia ajak kemari tersebut datang dengan terburu-buru sambil memasang wajah khawatir.

Hito serta Mia melihat ke sumber suara, dan terkejut dengan siapa yang datang. Mereka seperti melihat seorang yang ditakuti sekali.

“P- Pak Adrian?! Selamat Pagi-“

“Lizy! Kamu tidak apa?!” Adrian melewati begitu saja, dan langsung membantu Lizy berdiri dari jatuhnya.

Dengan sedikit sesengukan dan berkali-kali menghapus air mata, dirinya menganggukkan kepala meski itu kelihatan jelas bahwa kebohongannya terlalu jelas sekali pun.

“Pa- Pak Adrian, saya dari Perusahaan Dee-“

“Ayo kita masuk, sudah semua, kan?” Adrian lebih memilih bertanya kepada Lizy daripada menghiraukan Hito.

Dirinya langsung dituntun masuk ke dalam mobil, bahkan Adrian membukakan pintu untuk dirinya. Lizy merasa makin hancur saat melihat Hito barusan. Ia tak bisa menyembunyikan kesedihannya tersebut.

Selama menyetir, Adrian bahkan tidak banyak bicara seperti sebelumnya. Ia hanya bisa melirik ke arah Lizy sesaat, yang tiap waktu masih sempat meneteskan air mata dalam diamnya tersebut.

Lizy hanya bisa memandang keluar mobil, dengan tatapan kosong dan hati yang terus terasa sakit. Ia berkali-kali menghela napas, berusaha untuk bisa lebih mengendalikan dirinya tersebut.

“Sepertinya aku tahu wanita yang diajak oleh Hito itu,” ujar dari Adrian.

Lizy menoleh pelan, “Benarkah? Kamu pernah bertemu dengannya?” Suara Lizy agak serak kedengarannya.

“Iya,” Adrian menganggukkan kepalanya, “kalau tidak salah dia itu putri salah satu kolegaku. Sepertinya mereka bertemu di pertemuan para pemegang saham,” jelas Adrian.

“Kamu tahu…, tapi kenapa kamu tak bisa memberitahuku lebih awal? Apalagi kamu bilang mengenalku,” Lizy mencoba mencaritahu.

“Aku hanya mengenalnya, Lizy. Aku tidak tahu kalau mereka pada akhirnya berhubungan sampai seperti ini,” Adrian memberikan pembelaan pada dirinya tersebut.

Lizy bisa mengerti. Ia kembali terdiam dan memandangi jalanan. Rasanya masih seperti mimpi bagaimana semuanya berjalan begitu cepat, sampai dirinya sendiri tidak bisa tahu sudah sampai dimana perjalanan kehidupannya tersebut.

Sampai di lingkungan rumah Adrian, Lizy menurunkan semua barangnya dengan dibantu oleh Adrian. Dia sudah mendapatkan dimana kamarnya, yang masih berada di satu bangunan dengan para pembantu dari rumah tersebut.

Berkali-kali Lizy mencoba menghela napas, ia mengeluarkan satu persatu barangnya, dengan isi pikiran yang selalu teringat dengan Hito. Banyak barang pemberian darinya, rasanya mustahil melupakannya begitu saja.

Di dalam kamar, Lizy sedang melipat pakaian dan juga sedang merapikan beberapa barangnya lagi untuk bisa dilihat lebih rapi kembali.

“Wah.., dia wanita yang lancang dekat dengan Tuan Adrian? Benar-benar wanita licik.”

Lizy mendengarnya dengan jelas. Ketika ia melihat ke arah pintu, ia melihat dua orang perempuan sedang berdiri di sana bersandar pada pintu sambil menyilangkan tangannya.

‘Masalah apalagi sekarang ini?’ batin dari Lizy.

“Aku tidak mengerti dengan apa yang kalian katakan. Kalau kalian sedang ingin mengganggu, jangan sekarang, aku lelah sekali,” Lizy membalas sambil membuang muka, dengan tetap beres-beres.

Dua perempuan itu tidak terima sama sekali dengan cara Lizy bicara barusan. Salah satu dari mereka mendekat, dan dengan kasar menendang pakaian yang sudah Lizy lipat barusan. Terkejut Lizy melihatnya. Ia mendongakkan kepala dan melihat perempuan barusan.

“Hei!”

“Apa? Kamu sudah terang-terangan menggoda Tuan Adrian! Seharusnya kamu tahu diri kalau kamu tidak selevel dengannya!”

Dengan segera Lizy bangun dan langsung melawan bagaimana perempuan itu berkata, “Aku tahu! Siapa juga yang tidak sadar kalau aku lebih rendah dari Adrian!” kesalnya.

“Apa?! Kamu memanggil langsung namanya?! Itu tidak sopan!”

“Memangnya kenapa kalau dia memanggilku langsung di namaku?” Suara tersebut membuat mereka berdua menoleh.

Adrian memandangi dengan tatapan dingin ke arah mereka berdua. Habis sudah riwayat ini.

                                                               

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dibuang Suami Egois, Dikejar CEO Bucin   Last Think Forever

    Lizy merasa sangat senang. Meski sering kali ditinggalkan oleh Adrian untuk urusan pekerjaan, Adrian tak pernah melewatkan satu haripun untuk bisa memasak dan menemani Lizy.Sampai beberapa bulan berlalu. Dimana anak Loz dan Nana sudah lahir, dan kehamilan Lizy juga sudah mulai membesar. Ia tak menyangka bahwa membawa perut sebesar ini akan membuatnya sedikit kewalahan. Jujur saja, Lizy bisa merasakan bahwa sekarang ia tak mampu melakukan apapun.Kakinya membengkak dan juga sekarang Lizy merasa sangat cepat kepanasan. Badannya juga terus berkeringat dan membuat Lizy merasa tak nyaman karena saking lengketnya. Tak sekali dua kali Lizy mandi dalam sehari.“Sayang, apa kamu akan mandi lagi?” tanya Adrian yang baru saja selesai mencuci piring di hari liburnya.Lizy yang sudah membawa handuk itu hanya bisa tertawa kecil mendapati dirinya sudah terpergok oleh suaminya yang mengenakan pakaian cukup tebal tersebut.“Haha. Panas sekali, Adrian. Aku tak bisa menahan diri untuk tidak mandi,” bal

  • Dibuang Suami Egois, Dikejar CEO Bucin   Jadi Makin Sayang

    “Sudah, sudah. Jangan membicarakan hal seperti itu. Tidak baik,” Lizy segera menyela agar nantinya tidak terjadi pertengkaran di antara Adrian dan juga Loz.Mereka berbincang dengan topik yang lain setelah Lizy mengalihkan. Memang agak aneh karena ternyata mereka berdua masih memiliki sedikit dendam yang bisa disadari dengan mudah.“Kapan kamu akan melahirkan, Nana?” tanya Lizy.“Sebentar lagi. Yah, paling lambat sebulan lagi. Tapi kemungkinan lebih cepat juga mungkin. Jadi aku harus tetap siap sedia,” jawab Nana.“Kamu sudah menyiapkan peralatan bayinya?” tanya Lizy, lagi.Nana menganggukkan kepala. “Tinggal beberapa yang bisa dibeli belakangan. Untuk nanti baru lahirnya aku sudah ada,” jawab Nana.Lizy menyiku Adrian yang ada di sampingnya, kemudian berbisik pelan. Ia meminta izin kepada suaminya untuk memberikan sesuatu yang dari awal sudah salah debeli, jadi tidak ada salahnya kalau ditawarkan ke orang lain.“Apa kamu perlu alat pengayun bayi otomatis, Nana?” Adrian menawarkan.“M

  • Dibuang Suami Egois, Dikejar CEO Bucin   Kehamilan Lizy

    Lizy menganggukkan kepala membenarkan berita tersebut kepada Adrian. Adrian yang mendengarnya pun tak percaya awalnya. Tetapi, melihat bahwa Lizy sampai menangis membuat Adrian juga tak bisa menyangkal sama sekali. Semakin jelas bahwa memang Lizy sekarang sedang hamil.Segera Adrian memeluk Lizy dengan sangat erat dan memberikan kecupan yang begitu manis pada Lizy. Lizy membalas pelukan tersebut untuk memberikan selamat kepada Adrian atas apa yang sudah mereka dapatkan.“Terima kasih…, terima kasih, Lizy,” ucap Adrian dengan amat suka cita.Orang-orang yang ada di sekitar mereka juga merasa sangat senang dengan berita bahagia tersebut. Bahkan beberapa orang bertepuk tangan membuat Lizy makin merasa terharu.“Lizy!” Suara itu menggema dan membuat Lizy langsung menolah ke arah Loz yang baru saja memanggilnya.Loz melotot memandangi Lizy. Ia sepertinya juga sudah mendengar berita tersebut dari Nana. Kelihatan bahwa Loz menyambut kehamilan Lizy yang sangat ditunggu tersebut. Loz langsung

  • Dibuang Suami Egois, Dikejar CEO Bucin   Keluarga Besar

    Kali ini Lizy mulai punya lingkup keluarga yang lebih besar lagi. Ibu juga sudah mulai bicara dengan keluarga Nana, mendengarkan lebih banyak dan mencaritahu lebih detail. Ibu juga meminta maaf atas sikapnya selama ini.Jadi, sekarang bisa dikatakan bahwa keluarga Lizy, Adrian, dan juga Nana bisa menjadi satu setelah semua kesalahapahaman yang tidak diperlukan selesai. Mereka kini bisa menerima satu sama lain dengan baik tanpa rasa curiga sama sekali. Lizy merasa senang sekali.Kehamilan Nana yang kini sudah makin membesar jelas disambut dengan hangat sekali. Ayah memfasilitasi Nana di rumah. Dan ibu juga memanjakan Nana dengan segala perawatan dan juga latihan bagi ibu hamil pastinya.Lizy merasa senang, tetapi juga merasa sangat iri sekali. Ia juga ingin berada di posisi tersebut. Meski pastinya akan sangat sulit sekali untuk bisa benar-benar berada di posisi Nana. Lizy perlu perjuangan yang besar sekali.“Lizy!” seru Nana yang memanggilnya.“Ya?” Lizy membalasnya saat ia sedang mem

  • Dibuang Suami Egois, Dikejar CEO Bucin   Ibu Sebenarnya Menyukaimu

    Nana mau makan dengan lahap setelah Lizy menyuapinya dan takkan berhenti apabila makanannya belum habis. Nana memang sakit, tapi Lizy tidak mau sakitnya malah merambat pada anak dalam kandungannya, dan akan membuat sakit Nana lebih besar nantinya.“Kamu sangat baik, Lizy. Bahkan suamimu juga baik,” ucap Nana.“Haha, terima kasih. Aku akan tetap baik kalau orang lain juga memperlakukanku dengan cara yang sama,” balas Lizy.Tampak Nana memandangi Lizy dengan tatapan yang membulat dan juga seperti hendak mengatakan sesuatu kepada Lizy. Lizy menyadarinya, jadi ia langsung melihat ke arah Nana dengan tatapan yang bertanya.“Ada apa? Apa masih ada yang mengganjal dalam hatimu?” tanya Lizy sambil merapikan semua wadah yang ia bawa.“Aku penasaran…, bagaimana caranya diterima di keluargamu. Suamimu juga tampaknya sangat diterima baik sekali,” tanya Nana yang merasa sangat iri dan juga bisa dilihat bahwa dia seperti merasa tak tega sama sekali.Lizy terdiam sejenak sambil hendak menyiapkan jaw

  • Dibuang Suami Egois, Dikejar CEO Bucin   Mengertilah

    Lizy yang mendengar ibunya mengeluh itu sebenarnya merasa sangat jengkel sekali. Dia juga seorang ibu dan sama-sama seorang wanita juga. Tapi bisa-bisanya sang ibu malah berkata begitu.Di depan ruangan igd sang ibu mengomeli Loz berkali-kali meski sudah sangat diabaikan. Sayangnya suara ibu itu seperti menusuk ke dalam telinga. Karena Lizy juga merasa sangat kesal meski hanya dengan mendengarkannya.“Ibu tidak mengerti, padahal ini hari pentingnya, kenapa dia bisa-bisanya-““Bu!” Lizy menggertak karena merasa kesal sekali.Orang-orang yang ada di sana langsung menoleh ke arah Lizy dengan Ibu yang langsung terdiam dari omongannya yang tidak berarti sama sekali saat ini. Lizy merasa kesal meski hanya dengan mendengarkan saja.“Aku mengerti ibu kesal sekarang ini. Tapi, ibu tak pantas berkata begitu. Nana juga tidak mau hari pentingnya berada di rumah sakit. Apa ibu memikirkan bagaimana perasaannya kalau mendengar ibu mengatakan hal itu padanya?” Lizy mulai mengoceh karena tak bisa mena

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status