Gavin menaikkan alis, terkejut mendengar nama wanita yang dicintainya disebut. "Iya, benar. Kenapa Ibu tahu?"Rita tersenyum tipis, sebuah rencana mulai terbentuk di kepalanya. "Tuan Gavin, sebenarnya ... saya adalah ibu yang membesarkan Livia. Dan Sandra ... Sandra adalah kakak tiri Livia."Gavin terdiam sejenak, matanya menatap Rita dengan tidak percaya. "Ibu ... membesarkan Livia?""Iya, Tuan. Dulu ayah Livia menikah dengan saya setelah ibu kandung Livia meninggal. Saya yang membesarkan Livia dari kecil bersama Sandra, anak kandung saya," jelas Rita dengan nada sedih yang dibuat-buat. "Saya tidak tahu kalau ternyata, Ibu kandung Livia masih hidup, suami saya tidak pernah bercerita."Gavin masih terdiam mencerna informasi ini. Livia tidak pernah menceritakan apapun tentang keluarganya, tidak pernah menyebutkan tentang Rita atau Sandra. Bahkan tentang ayahnya pun, Livia jarang bercerita."Tuan Gavin, saya mohon bantuannya," kata Rita sambil memegang tangan Gavin. "Sandra sekarang sen
Gavin tidak menjawab tuntutan orang-orang itu, fokusnya hanya pada Sandra yang masih tidak sadarkan diri. Ada rembesan darah yang keluar dari pelipis Sandra, membuatnya semakin panik.Suara sirine ambulans akhirnya terdengar dari kejauhan. Gavin langsung berdiri dan memberi instruksi pada paramedis yang datang."Dia hamil besar, mohon bawa ke rumah sakit terbaik!" kata Gavin sambil membantu paramedis memindahkan Sandra ke brankar.Gavin langsung mengikuti ambulans dengan mobilnya, meninggalkan kerumunan yang masih ribut membicarakan kejadian tersebut.©©©Di rumah sakit, Sandra langsung dibawa ke UGD. Gavin mondar-mandir di depan ruang UGD dengan wajah pucat dan cemas. Tangannya berkali-kali mengusap wajahnya, penyesalan memenuhi hatinya.Dokter keluar dari ruang UGD dengan wajah serius. "Anda keluarga pasien?""Saya ... saya yang menabraknya," jawab Gavin dengan suara bergetar. "Bagaimana kondisinya, Dok?""Kondisinya tidak sadarkan diri. Benturan di kepala harus diperiksa lebih lanj
Sandra duduk terdiam di sofa sambil mengelus perutnya yang sudah sangat buncit, air matanya masih mengalir perlahan. Tiba-tiba dia bangkit dengan susah payah."Aku akan mencari Evan," kata Sandra sambil meraih cardigan berwarna cream yang tergantung di sandaran sofa, tangannya sedikit bergetar saat mencoba mengenakannya.Rita yang melihat niat anaknya langsung berdiri dan menghadang jalan Sandra. "Tidak, Sandra! Kamu tidak boleh pergi kemana-mana! Kondisimu sedang tidak baik!""Ma, minggir!" Sandra mencoba menyingkirkan tangan ibunya yang menghalangi jalannya. "Aku harus mencari suamiku!""Sandra, dengarkan Mama!" Rita memegang kedua bahu anaknya dengan erat. "Kamu sedang hamil besar, jangan memaksakan diri mencari Evan!""MINGGIR, MA!" Sandra berteriak sambil mendorong tubuh ibunya dengan sisa tenaganya. "POKOKNYA AKU HARUS PERGI MENCARI EVAN!"Rita terhuyung ke belakang karena dorongan Sandra, matanya menatap tidak percaya pada anaknya. "Sandra, apa yang kamu lakukan?!"Sandra tidak
"APA?!" Sandra dan Rita berteriak bersamaan, mata mereka membelalak tidak percaya."Kenapa bisa?!" Sandra mencoba bangkit dari sofa tapi perutnya yang besar membuatnya kesulitan."Aku ketahuan menggelapkan dana perusahaan."Rita langsung berdiri dengan mata menyala marah. "KENAPA BISA KETAHUAN?! KAMU INI TELEDOR, TIDAK HATI-HATI!"Evan mengangkat kepalanya dengan mata yang merah dan menatap Sandra dengan tatapan penuh amarah."INI SEMUA GARA-GARA KAMU!" teriaknya sambil menunjuk Sandra. "BANYAK KEINGINANNYA! SELALU MEMINTA INI DAN ITU! KALAU TIDAK DITURUTI, MARAH!"Sandra tersentak mendengar tuduhan suaminya. Matanya berkaca-kaca dan suaranya bergetar. "Kenapa kamu jadi menyalahkan aku?!""KARENA KAMU SELALU MINTA DIBELIKAN PERLENGKAPAN BAYI YANG MAHAL-MAHAL!" Evan berdiri dengan wajah memerah. "Stroller import, box bayi, baju bayi branded!""Itu untuk anak kita!" Sandra menangis sambil memegang perutnya. "Aku ingin yang terbaik untuk bayi kita!""TERBAIK?!" Evan tertawa sarkastis. "
Tak hanya berita penangkapan Pak Sugeng yang menghebohkan, media massa kini mulai menggali lebih dalam tentang sosok Livia yang menjadi pusat perhatian publik. Reporter-reporter tangguh berlomba mencari eksklusivitas berita yang paling sensasional ini."PUTRI HILANG PEMILIK GEOVANY GROUP DITEMUKAN SETELAH 25 TAHUN!""LIVIA, CLEANING SERVICE - DARI PUTRI YANG HILANG MENJADI ISTRI KONGLOMERAT MUDA""KISAH CINTA SEGITIGA, ANTARA GAVIN LYSANDROS BELLA DAN LIVIA"Portal berita online dan media sosial dipenuhi dengan foto-foto Livia bersama Gavin, bergantian dengan foto Evita yang menggendong bayi keluar dari rumah sakit. Headline demi headline bermunculan dengan berbagai sudut pandang yang sensasional.Di kolom komentar, netizen berkobar dengan berbagai pendapat yang saling bertentangan:"Astaga! Ternyata Livia itu putri konglomerat juga? Pantas aja cocok sama Gavin!""Pelakor tetap pelakor meskipun kaya! Kasihan Bella!""Eh tapi kalau dipikir-pikir, mereka lebih cocok sih. Sama-sama tajir
Tetangga-tetangga di kompleks elite itu mulai berdatangan melihat keributan. Mereka berbisik-bisik sambil memotret dengan ponsel, membuat Pak Sugeng semakin malu dan marah."JANGAN FOTO! JANGAN FOTO!" teriaknya sambil mencoba menutupi wajahnya dengan tangan yang terborgol.Mobil polisi hitam terparkir dengan mesin menyala. Pak Sugeng didorong masuk ke kursi belakang dengan kasar karena dia masih memberontak."Saya akan membalas ini semua!" ancam Pak Sugeng dari dalam mobil sambil menatap tajam ke arah rumahnya yang kini sudah dikepung polisi. "Keluarga Lysandros akan merasakan akibatnya!"Bu Ami dimasukkan ke mobil polisi yang berbeda, masih terisak dan bergumam tidak jelas.Konvoi mobil polisi perlahan meninggalkan kompleks mewah tersebut, meninggalkan rumah megah keluarga Adiwibawa yang kini sepi dan dijaga ketat oleh petugas.©©©Di ruang tahanan, suasana pengap dan lembap menyambut kedatangan Pak Sugeng dan Bu Ami. Mereka dibawa melalui lorong-lorong sempit dengan cat dinding yang