“Aku hamil anak Mas Alby.”
Tubuh Kalea mendadak kaku, seolah waktu seketika berhenti ketika kata-kata yang diucap wanita di depannya itu baru saja terdengar.
Sandra wanita yang merupakan mantan Alby menatap penuh keyakinan. Kalimat yang keluar tidak ada keraguan.
Sementara Kalea, tidak tahu harus percaya atau tidak.
“A-pa mak-sud-mu?” Kelea sedikit terbata, suaranya serak, terbungkus kemarahan yang mulai membakar dirinya. Berharap yang baru saja didengarnya itu salah atau hanya prank seperti di film-film.
Sandra menatap Kalea dengan tatapan dingin. “Baiklah, aku akan jelaskan lagi. Aku hamil anak Mas Alby, dan sekarang usianya sudah dua bulan.” Embusan napas pelan pun mengiringi setiap kata yang keluar.
Tubuh Kalea terhuyung, sampai-sampai dia harus memegang pintu agar tubuhnya tidak jatuh. Hatinya benar-benar terasa tertusuk duri. Bagaimana bisa semua ini terjadi? Alby, suaminya adalah laki-laki yang dia cintai. Kalea menaruh ribuan kepercayaan pada suaminya itu, tapi ternyata dia selingkuh selama ini, dan parahnya wanita itu kini tengah hamil darah dagingnya.
“Kamu pasti sendang berbohong?” Kalea masih berusaha mencari celah jika yang baru saja diucapkan itu bukan kenyataan.
“Untuk apa aku berbohong?” Sandra tersenyum menyeringai, seolah sedang meledek Kalea yang memberikan tuduhan itu. “Aku benar-benar sedang hamil anak Mas Alby. Sengaja aku datang memberitahumu, karena dia tidak berani memberitahumu sendiri.”
Tubuh Kalea bergetar. Tanpa berpikir panjang, dia segera berbalik dan mengayunkan langkahnya ke ruang keluarga. Satu hal yang harus dia lakukan adalah bicara pada Mas Alby. Memastikan kebenaran itu.
“Mas Alby,” teriaknya. Langkahnya yang tergesa-gesa membuatnya sedikit terengah.
“Ada apa kamu berteriak?” Alby melihat jelas jika wajah istrinya penuh dengan amarah. Hal itu membuat Alby yang sedang duduk di sofa, terkejut.
Kalea masih memandangi wajah suaminya itu. Wajah polos dan begitu tampak penyayang itu ternyata hanya topeng. Karena sebenarnya, dia adalah penipu handal.
“Apa benar jika Sandra-mantan kekasihmu itu hamil anakmu?” Air mata Kalea tumpah juga seiring kalimat tanya yang diucapkan. Perasaannya kali ini campur aduk, marah, kecewa, dan sedih.
Alby langsung menelan salivanya ketika mendengar pertanyaan itu. Wajahnya seketika pucat, sampai-sampai remote yang berada di tangannya itu pun terjatuh.
Tidak ada jawaban dari Alby, membuat Kalea tahu jika suaminya itu benar-benar melakukan hal itu, yaitu menghamili mantan kekasihnya.
“Kalea, aku bisa jelaskan.” Alby yang sejak tadi berada dalam posisi duduk, segera berdiri.
Melihat jarak yang begitu dekat dengan suaminya, Kalea langsung memundurkan langkahnya, menjauh dari suaminya itu. “Jelaskan apa? Jelaskan jika kamu selama ini selingkuh? Jelaskan jika wanita itu hamil? Jelaskan jika semua yang kita jalani ini hanya kebohongan?”
“Kalea, dengarkan aku dulu. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan.” Alby menghela napas panjang, sedikit gusar dengan apa yang terjadi.
Kalea hanya menatap malas pada suaminya itu. Masih bisa suaminya mengelak padahal wanita yang menjadi selingkuhannya sudah hamil.
“Kalau begitu jelaskan. Sejak kapan kamu menjalin hubungan dengan mantan kekasihmu itu? Berapa lama kamu membohongi aku?” Kalea menodongkan pertanyaan itu pada Alby.
Seketika hening ketika pertanyaan itu terlontar. Alby tak sanggup untuk menjawab karena sadar itu akan melukai hati istrinya. Namun, beberapa detik kemudian dia mulai bersuara.
“Sejujurnya sudah sejak awal pernikahan kita.”
Kalea membeku mendengar jawaban itu. Jawaban itu terasa seperti pukulan yang menghantam ke dada. Untuk sesaat dadanya terasa sakit, dan membuatnya sulit untuk bernapas.
“Apa maksudmu? Kamu selingkuh sejak awal kita menikah?” Kalea mencoba memastikan kembali.
Sejujurnya Alby ragu mengakui itu, tetapi kini dia tidak bisa lari ke mana-mana. Jadi mengaku memang jalan keluarnya.
“Aku tidak pernah meninggalkannya saat menikah denganmu.”
Ingatan Kalea berputar pada bagaimana pernikahan yang mereka jalani begitu bahagia. Kalea pikir cinta sudah tumbuh di pernikahan mereka, walaupun pernikahan mereka dipaksakan karena perjodohan.
Salah! Mungkin lebih tepatnya hanya Kalea. Hanya Kalea yang merasakan cinta, sedangkan Alby tidak.
Pernikahannya yang begitu haromis dengan satu anak perempuan itu pun seketika runtuh.
“Jika kamu tidak pernah mengakhiri hubunganmu dengannya, lalu apa aku ini?” Suara Kalea bergetar, air matanya pun mulai mengalih di pipinya.
Alby berusaha mendekati Kalea, meraih tangan istrinya itu, tetapi dengan gerakan cepat, Kalea menolaknya. Saat mendapati penolakan itu, Alby hanya bisa pasrah.
“Bukan begitu, Lea.” Alby berusaha menjelaskan pada istrinya. “Aku benar-benar mencintaimu. Saat kamu mulai merasakan cinta, aku pun merasakannya.”
Senyuman getir tergambar di sudut bibir Kalea. Merasa lucu dengan jawaban suaminya itu. “Cinta? Kamu bilang mencintai aku? Jika kamu mencintai aku, tidak mungkin kamu bersama dia juga!” Suara Kalea naik satu oktaf dan membuat lebih kencang.
Melihat kemarahan Kalea, Alby terdiam. Tidak tahu harus bagaimana menjelaskan. Hubungannya dengan Sandra adalah kesalahan yang terus berlanjut, tapi dia terlalu takut untuk mengakhiri semuanya.
“Kalea, ini hanya kesalahan saja, tolong mengertilah.”
Kalea menatap suaminya penuh dengan kebencian, penjelasan yang diberikan tidak berarti apa-apa. “Kesalahan kamu bilang? Kesalahan yang kamu nikmati, begitu maksudmu? Kesalahan yang mengantarkanmu memiliki anak darinya?”
Alby benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Kebenaran yang terungkap, tak lagi bisa diperbaiki, dan tentu saja sudah membuat hati istrinya terluka.
“Lea, aku mohon percayalah padaku jika aku benar-benar mencintaimu.”
Gelengan kepala Kalea, menandakan jika dia tidak percaya. “Aku sudah tidak percaya lagi padamu, Mas.”
Suara ruangan kini hanya terdengar isak tangis Kalea. Wanita itu hanya bisa menunduk, menyembunyikan wajahnya yang sudah penuh dengan air mata. Hatinya begitu hancur mendapati kenyataan pahit itu. Pernikahan yang diimpikan bersama Alby seketika berubah jadi mimpi buruk.
“Lea, aku mohon berikan kesempatan aku untuk memperbaiki semuanya.”
Kalea tak bisa berlama-lama berdebat dengan suaminya itu. “Sudah terlambat, Mas. Kamu sudah menghancurkan semuanya.”
Dalam situasi berada di antara dua wanita, Alby tak berkutik.
“Kamu tahu jika bukan hanya pengkhinatanmu yang membuatku terluka, tapi kebohonganmu selama pernikahan ini juga membuat aku terluka. Cinta lamamu yang belum usai itu mengantarkan kita pada kehancuran.”
Rasa sesak menyergap dada Kalea begitu saja. Setelah pengkhianatan ini, tentu saja kehidupannya tidak akan pernah kembali seperti dulu.
Tanpa menunggu jawaban dari suaminya, Kalea segera mengayunkan langkah ke kamar. Meninggalkan sepasang kekasih yang tidak tahu diri itu.
Alby masuk ke kamar mengejar Kale. Dia harus bicara dengan Kalea. Menyelesaikan permasalahan ini.
Saat membuka pintu, Alby melihat Kalea yang duduk di tempat tidur. Istrinya itu masih menangis. “Lea,” panggil Alby.
“Aku mau bercerai.”
“Menurutmu kita ke mana?” tanya dr. Derran.Dari jalanan yang dilalui, tentu saja dia tahu ke mana arah mobil. Namun, dia memang ingin memastikan saja.Benar saja. Akhirnya mobil berhenti di depan rumah milik dr. Derrran. Sudah tidak tampak pembangunan sama sekali di rumah tersebut.“Apa sudah jadi?” tanya Kalea menatap sang suami.“Ayo kita lihat saja.”Kalea segera turun sambil menggendong Davi, sedangkan Kyna tampak asyik berjalan bersama dengan sang daddy.Mereka masuk bersama. Saat masuk pekarangan, Kalea dibuat terkejut karena fasad depan benar-benar berubah sekali. Ternyata tidak hanya bagian dalam saja, tapi bagian depan juga yang dirubah. Dindingnya berwarna putih dengan aksen kayu di beberapa sudut, atapnya berwarna abu-abu gelap, dan jendela-jendela besar yang memungkinkan cahaya matahari masuk dengan leluasa. Di depan rumah, ada taman kecil yang dipenuhi bunga berwarna-warni—mawar, melati, dan beberapa tanaman hijau yang tumbuh subur. Sebuah bangku taman berwarna cokelat
Alby mengalihkan pandangan pada pemilik suara itu. Tampak dr. Derran berjalan dengan langkah pasti-menghampiri.“Apa yang terjadi karena Tuhan ingin kamu sadar akan apa yang sudah kamu lakukan. Sehingga ke depan kamu tidak akan melakukan kesalahan lagi.” Dr. Derran kembali melanjutkan ucapannya.Senyum tipis menghiasi wajah Alby. Dr. Derran adalah lelaki yang bijak. Maka memang pantas Kalea mendapatkan pria itu.“Fokuslah pada keluarga. Karena keluarga adalah tempat ternyaman.” Dr. Derran menepuk bahu Alby. “Anak-anakmu adalah keluargamu. Jadi jagalah mereka dengan sepenuh hati.”Alby mengalihkan pandangan ke arah Kyna dan Alysa yang berada di stroller. Dua anaknya adalah hal berharga untuknya.“Kamu memang harus fokus pada anakmu yang sakit, tapi bukan berarti kamu melupakan anak pertamamu. Bagilah kasih sayangmu. Jangan sampai kamu kehilangan seperti dulu kamu kehilangan banyak hal di hidupmu.”Kata-kata yang diucapkan dr. Derran memang ada benarnya. Memang seharusnya Alby membagi w
“Mama.” Kyna langsung memegangi baju Kalea.Kalea tahu persis jika anaknya takut, karena itu dia berusaha untuk menenangkan. “Tidak apa-apa.”Alby yang berjalan sambil mendorong stroller pun langsung menghampiri Kalea dan Kyna.“Kyna.” Alby memanggil sang anak.Kyna takut saat papanya memanggil.“Kyna, tidak apa-apa.” Kalea berusaha meyakinkan sang anak.Kyna yang awalnya takut, akhirnya maju untuk menghampiri sang papa. Alby segera merentangkan tangan menyambut sang anak yang sedang menghampiri.Sebuah pelukan diberikan Alby pada Kyna. Kerinduan yang terpendam saat Alby memeluk anaknya. Rasa bahagia menyelimuti karena dapat melepaskan kerinduan pada anaknya.Kyna merasakan kehangatan sang papa, karena dia cukup lama tidak bertemu dengan papanya.“Kyna, apa kabar?” Alby melepaskan pelukan dan menatap sang anak.“Kyna baik Papa.”Alby membelai lembut wajah Kyna. Merasa benar-benar sedih sudah mengabaikan anaknya cukup lama. Selama ini Alby sibuk mengurus anaknya yang sedang sakit. Haru
Seminggu sudah dr. Derran tidak bekerja. Dia memilih fokus untuk menjaga anaknya. Pagi ini dia mulai praktik lagi. Sengaja dr. Derran berangkat pagi-pagi, karena ada yang ingin dilakukannya.Rumah sakit masih terlihat sepi. Perawat juga baru datang beberapa. Dr. Derran segera ke ruangannya. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat seseorang keluar dari ruangannya.“Kamu sudah apa, Olda?” tanya dr. Derran.Olda yang baru saja keluar dari ruangan dr. Derran seketika panik. Seperti maling yang ketahuan mencuri.“Saya hanya merapikan ruangan dr Derran.” Olda memberanikan diri untuk menjawab.Dr. Derran menatap dengan penuh curiga. Masih belum yakin jika Olda benar-benar merapikan ruangannya. Dengan segera, dia membuka pintu. Dilihatnya bunga segar terdapat di vas yang berada di atas meja.“Kamu yang menaruh bunga itu?” tanya dr. Derran penuh selidik.“Iya, Dok.” Olda tidak bisa mengalak lagi.Bunga yang terdapat di atas meja sama persis dengan yang ada di mejanya beberapa waktu lalu. Pik
“Dr. Derran.” Mayra yang melihat dr. Derran memanggilnya, karena ini masih di lingkungan rumah sakit, tentu saja Mayra harus sopan.Dr. Derran menghentikan langkahnya. Padahal dia berniat ke parkirkan untuk mengambil sesuatu di mobilnya.“Ada apa?” tanya dr. Derran dengan sikap dingin.“Bagaimana keadaan istrimu?” tanya Mayra penasaran.“Dia sudah melahirkan. Bayi kami selamat.”“Syukurlah. Aku ikut senang mendengarnya.” Mayra kemarin harus pulang karena ada urusan, karena itu dia langsung meninggalkan Kalea setelah wanita itu dirawat.Saat bersama Mayra, dr. Derran teringat akan sesuatu. “Aku sudah dengar cerita dari Kalea. Maaf jika aku menuduhmu ingin mendekati aku.”“Tidak masalah. Yang terpenting masalahnya sudah diluruskan.” Mayra ikut senang jika ternyata semua sudah tidak ada kesalahpahaman. “Apa kamu sudah menemukan siapa pelakukanya?” tanyanya penasaran.“Belum, aku akan segera mencarinya.”Mayra mengangguk. Itu sudah ranah dr. Derran. Jadi tidak mau ikut campur.Usai berb
“Aku tahu, pasti itu jadi pertanyaan.” Mayra tersenyum. “Waktu itu direktur rumah sakit cabang meminta aku ke rumah sakit pusat. Aku sempat menolak, tetapi dia mengancam akan memecat aku, karena itu aku tetap memilih pindah.”Kalea hanya bisa mengembuskan napasnya kasar.“Jadi dapat atau tidak izin dari Derran, sebenarnya aku tetap akan bekerja di rumah sakit. Aku hanya menghargai dia, karena itu aku berniat meminta izin.”Urusan pekerjaan memang tidak selayaknya dicampur adukkan dengan urusan pribadi. Kalea tahu pasti itu.“Aku sudah tidak mau berhubungan dengan Derran sebenarnya, karena aku tahu seberapa salah aku pada Derran, tapi aku butuh pekerjaan.” Mayra menatap Kalea lekat.Kalea pernah dengar cerita dari suaminya jika dia dan Mayra bercerai karena Mayra memilih pria lain. Saat dipindah tugaskan ke rumah sakit cabang, Mayra menjalin hubungan dengan pengusaha di sana. Hingga akhirnya memilih menikah dengan pengusaha itu dan sejak itu mereka mengakhiri semuanya.Ingin rasanya