Share

Bab 3

Author: Kharamiza
last update Last Updated: 2025-01-04 20:18:22

Setelah beberapa saat, Damian kembali ke hadapan Inara dengan raut cemas. “Sayang, aku harus keluar sebentar.”

“Selena lagi?” Inara mencoba menebak. Dan, diamnya Damian membuatnya langsung bisa menyimpulkan kalau dugaannya memang benar. Selalu saja begitu, ‘kan?

“Anaknya Selena jatuh dari sepeda, Ra. Dia terluka dan butuh dibawa ke rumah sakit, tapi mobilnya masih di bengkel. Jadi, dia minta tolong aku untuk mengantarnya dulu,” jelas Damian, berharap sang istri memahaminya.

“Kenapa harus kamu?”

“Kamu tau sendiri kalau Selena sudah enggak punya siapa-siapa di sini, Ra.”

Inara menggeleng kuat-kuat. Tak habis pikir lagi dengan sikap Damian yang seakan-akan mementingkan membantu mantan kekasihnya daripada menghabiskan waktu bersama keluarganya sendiri.

“Kamu pikir aku dan Alma punya siapa-siapa di sini selain kamu? Putrimu hanya ingin menghabiskan waktu denganmu di hari libur, loh, Mas. Mau kamu merusak kebahagiaannya lagi? Kamu lupa tadi malam aku susah payah membujuknya, menyakinkan kalau hari ini kamu ada waktu untuk menemaninya jalan-jalan?”

“Aku hanya sebentar, Ra. Setelah mengantarnya, aku janji akan kembali dan menghabiskan waktu sama kalian.” Damian berkata tanpa sedikit pun merasa bersalah.

Senyum miris Inara tampak begitu jelas tercetak dari sudut bibirnya. Dia masih sedikit tak menyangka kalau Damian bisa berkata seperti itu.

Sepenting apa memang Selena dalam hidupnya?

Tidak tahukah dia kalau keputusannya sebenarnya sangat menyakitkan hati Inara?

Bukan egois atau tak memiliki empati, tetapi kenapa harus Damian, suaminya? Apakah hidup Selena begitu menyedihkan sampai-sampai setiap mengalami kesulitan harus meminta bantuan pada suami orang?

“Palingan juga luka kecil sampai segitu hebohnya,” ujar Inara nyaris tak terdengar meskipun tetap sampai di telinga Damian.

Mendengar itu, Damian seketika marah dan tak sadar membentak istrinya. “Tau apa kamu kalau lukanya hanya luka kecil? Aku tau kamu enggak suka Selena, tapi aku enggak suka kamu mengatakan seperti itu!”

Mereka saling beradu pandangan sengit. Tak ada pembicaraan yang terjadi hingga Damian menyadari kesalahannya.

“Ra, maaf. Aku enggak bermaksud bentak kamu.” Dia memelankan suara, hendak meraih tangan Inara sebagai bentuk permohonan maafnya, tetapi wanita itu justru mundur selangkah seakan-akan enggan untuk disentuh.

“Jadi, kamu lebih memilih menemui Selena daripada menemani kami? Di sini yang istrimu, aku atau selena?” Suara Inara bergetar, bahkan kaca-kaca di matanya kini sudah terlihat jelas.

“Ra, kamu jangan terlalu berlebihan seperti ini, dong.”

“Berlebihan dari mananya, Mas?!” Nada suaranya meninggi. Tak terima dengan perkataan Damian yang makin seenaknya. “Alma hanya butuh ditemani papanya, tapi kamu lebih peduli pada orang lain yang tidak ada hubungan apa-apa denganmu. Kalau begitu, pergilah! Selena lebih butuh kamu, ‘kan?”

Raut wajah Damian berubah seketika. Bingung, juga mungkin merasa bersalah. Namun, itu semua terlalu samar untuk ditafsirkan.

Inara memandangnya sekilas lalu tanpa berkata apa-apa lagi, ia berbalik dan meninggalkan Damian sendirian di ruang tamu.

Pagi itu, taman kota dipenuhi dengan gelak tawa anak-anak. Alma berjalan di samping Inara dengan rambut kepangnya yang manis, menggenggam tangan ibunya erat.

Langkah kecilnya sempat melambat ketika pandangannya menangkap pemandangan di salah satu sudut taman, ada anak kecil sedang bermain dengan kedua orang tuanya. Sang papa mengangkat anak itu tinggi-tinggi, sedangkan ibunya tertawa melihatnya.

Raut wajah Alma berubah. Matanya yang tadi berbinar penuh semangat perlahan meredup. Langkahnya pun terhenti sejenak, memandangi pemandangan itu dengan tatapan sendu.

Inara yang berjalan di sisi putrinya menyadari perubahan Alma. “Sayang, ada apa? Kenapa berhenti?”

Alma menggeleng pelan. Namun, sorot matanya tak lepas dari keluarga kecil di kejauhan.

Setelah beberapa detik, gadis kecil itu akhirnya mengangkat kepala, menatap ibunya. “Bunda ... kenapa Papa enggak mau jalan-jalan sama kita? Aku juga mau kayak mereka.”

Pertanyaan itu membuat Inara terpaku. Hatinya seolah-olah diremas. Dia menarik napas panjang, berusaha tetap tenang di depan sang putri meskipun dadanya cukup sesak.

Dia mensejajarkan tinggi dengan Alma, kemudian mulai menggenggam kedua tangan kecilnya dengan lembut. “Papa enggak ikut karena sedang sibuk kerja, Sayang.” Suaranya pelan, berusaha terdengar meyakinkan meskipun sejatinya ia juga sangat kecewa pada Damian yang berulang kali melukai perasaannya.

Alma menunduk, mengembuskan napas sedikit kasar. Bibir mungilnya mengerucut. “Kenapa Papa selalu sibuk, Bunda? Apa Papa lebih suka kerja daripada bermain denganku?”

“Sayang ....” Suara Inara nyaris bergetar. “Papa kerja keras supaya Alma dan Bunda tetap bahagia. Papa suka, kok, bermain dengan Alma. Papa itu sayang Alma.”

“Tapi Papa udah enggak pernah lagi menemani Alma bermain.” Suara lirih Alma seperti pukulan keras bagi Inara.

Wanita 28 tahun itu memeluk buah hatinya erat, berusaha menenangkan.

Di satu sisi, dia ingin melindungi Alma dari rasa sakit karena sikap papanya. Namun, di sisi lain, ia sendiri bertanya-tanya berapa lama lagi mampu bertahan? Damian benar-benar telah melukai perasaan, bukan hanya dirinya, tetapi juga putri mereka.

“Bunda selalu di sini untuk Alma, kok,” bisik Inara lembut. Berusaha mengalihkan perhatian Alma, “sekarang, kita beli es krim atau naik perahu di danau. Gimana?”

Alma mengangguk kecil, tersenyum meskipun masih tampak dipaksakan.

Begitu hari menjelang siang, Inara memutuskan membawa Alma ke pusat perbelanjaan. Dia ingin membuat hari putrinya lebih berwarna dengan membeli beberapa mainan baru.

Setelah keluar dari toko boneka, Alma sibuk dengan kelinci lucu yang baru saja ia pilih, sedangkan Inara menggenggam tangan putrinya erat-erat, membawanya menuju area bermain di tengah mal.

Akan tetapi, langkahnya mendadak terhenti. Matanya terpaku pada sosok yang familiar di kejauhan.

Damian?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dicampakkan Suami Setelah Mantan Kekasihnya Kembali    Extra Part

    Balon warna-warni yang dipadukan dengan dekorasi lain khas anak-anak terlihat menghiasi halaman belakang rumah megah bertingkat itu. Meja panjang berisi hidangan dan beberapa macam snack tertata dengan rapi, sementara musik riang anak-anak juga sudah mengalun pelan. Alma tampak berdiri diapit kedua orang tuanya dengan gaun putih selutut. Di kepalanya bertengger mahkota mungil yang membuatnya terlihat seperti seorang peri kecil. Senyum cerianya tak pernah berhenti terpancar. Cukup menjelaskan kalau ia sangat senang karena tepat hari ini adalah hari ulang tahunnya yang keenam. Tentu, bukan semata karena ulang tahun itu yang membuatnya senang, tetapi karena acara ulang tahunnya kali ini berbeda dari biasanya. Dulu, dia hanya merayakan bersama kedua orang tuanya, terkadang keluarga dari sang papa juga ikut merayakan, kadang juga merayakan bersama teman-teman sekolah dan para anak-anak tetangga rumahnya. Sekarang, keluarga dari sang bunda juga turut serta di hari pentingnya ini, be

  • Dicampakkan Suami Setelah Mantan Kekasihnya Kembali    End

    Karena tidur terlalu larut, akhirnya Inara dan Damian masih terlelap di atas ranjang ketika pagi telah menyingsing. Saling mendekap erat seakan takut kehilangan. Hingga beberapa saat kemudian, Inara mengerjap pelan. Hendak melepaskan diri dari rengkuhan sang suami, tetapi Damian justru makin merapatkan pelukan, seolah enggan membiarkan istrinya pergi. “Tidurlah kembali. Biarkan aku memelukmu sebentar lagi.” Damian mengatakan itu dengan suara serak, bahkan matanya masih setengah terpejam. Tak bisa berbuat banyak, Inara terpaksa kembali bergelung di dada pria itu. Hanya saja, ketika berusaha mencari posisi ternyaman, dia tak sengaja menoleh ke depan ranjang. Tepat saat itu, ia nyaris terlonjak begitu pandangannya tertumbuk pada bocah yang berdiri di sana dengan kedua tangan di pinggang. Wajah mungilnya cemberut. Pipinya mengembung, menunjukkan kalau ia sedang kesal, meski ekspresinya justru terlihat begitu menggemaskan. Inara langsung mendorong Damian agar melepas peluk

  • Dicampakkan Suami Setelah Mantan Kekasihnya Kembali    Bab 187 - Janji

    Inara yang saat ini tengah duduk santai di sofa, sesekali meneguk air minum sambil mengutak-atik ponsel ketika dikejutkan dengan sebuah sebuah lengan kekar yang tiba-tiba melingkar di pinggangnya, memeluknya erat. Dia menoleh sedikit, melihat suaminya sudah duduk di sebelahnya dan meletakkan dagu di bahunya. Embusan napasnya yang hangat bisa dirasakan menyapu kulit lehernya. “Bagaimana performaku barusan, Sayang?” suara Damian berat, sesekali mengecup bahu Inara. “Lumayan,” jawab Inara santai, sambil menahan senyum. “Lumayan?” Damian bertanya dengan nada suara yang terdengar tak terima. Ia langsung melepas tangan dari tubuh istrinya itu, lantas merebut ponsel Inara dan meletakkannya ke meja kecil di sisinya. “Kamu ini tega sekali, Sayang. Masa cuma lumayan. Padahal, aku sudah berusaha keras agar kamu merasa puas. Tau respons kamu begitu, aku bikin kamu tidak bisa jalan sekalian.” Melihat ekspresi cemberut sang suami membuat Inara menyemburkan tawanya pelan. Ia memutar

  • Dicampakkan Suami Setelah Mantan Kekasihnya Kembali    Bab 186 - Tergila-Gila (21+)

    “Sayang ....”Mendengar itu, Inara yang berdiri di dekat dinding kaca kamarnya langsung berbalik. Sudut bibirnya tertarik, membentuk sebuah senyuman manis ketika melihat Damian masuk ke kamar dan melangkah ke arahnya.Pria itu langsung memeluk dengan dagu diletakkan di bahunya seakan melampiaskan rindu.“Mereka baru membiarkanku menemuimu,” lirih Damian.“Mereka siapa?”“Ayah, Rafiq, dan Rafa. Mereka terus mengajakku mengobrol, padahal aku sudah ingin menghabiskan waktu bersama istriku.” Nada suara Damian terdengar setengah kesal.Ya, mereka sudah sepakat kembali menjadi suami istri semenjak beberapa jam lalu. Akad dilangsungkan di mansion keluarga Inara.Meskipun begitu, sebelumnya Damian dan ayah Inara sempat bersitegang. Di mana Pak Baskara marah pada Damian yang sudah menyia-nyiakan putrinya di masa lalu. Damian mengakui kesalahan dan menyesal, bahkan sampai berlutut di hadapan orang tua Inara meminta maaf.Ia juga berjanji untuk menebus dan memperbaiki semuanya. Ia sadar, selam

  • Dicampakkan Suami Setelah Mantan Kekasihnya Kembali    Bab 185 - Ingin Rujuk

    Brak! Pintu ruangan kantor Pak Baskara dibuka dengan keras oleh Inara. Ibunda Alma itu melangkah masuk menghampiri sang ayah yang duduk di kursi kebesarannya. “Inara apa-apaan kamu ini? Kenapa kamu seperti tidak punya sopan santun? Setidaknya, ketuk pintu dulu sebelum masuk?” Pak Baskara protes dengan sikap Inara yang menurutnya sudah kelewat batas kurang ajar. Hanya saja, putrinya itu tidak menjawab. Justru langsung meletakkan ponsel ke atas meja, tepat di hadapan sang ayah dengan gerakan sedikit kasar. “Sekarang, Ayah jelaskan ini apa?” tanyanya dengan sorot mata yang tajam. Pak Baskara mengernyit heran, tidak sepenuhnya mengerti ada apa? Namun, tetap mengambil ponsel di hadapannya itu dengan gerakan perlahan. Layar ponsel seketika menampilkan sebuah rekaman video yang diambil dari kamera CCTV dashboard yang sengaja dipasang Damian di mobilnya. Rekaman itu memutar ulang adegan yang terjadi beberapa saat lalu. Pak Baskara tentu mengetahui kejadian dan orang dalam rekaman itu

  • Dicampakkan Suami Setelah Mantan Kekasihnya Kembali    Bab 184 - Butuh Kamu

    Damian masih diam, ketika Inara bangkit dari duduknya. Tangannya bergetar menahan sesak yang membuncah dalam dadanya.Pandangannya sengaja dialihkan karena merasa tak sanggup menatap wajah pria yang pernah dan masih menjadi penghuni tetap di hatinya itu. “Aku harus balik ke kantor, jaga dirimu baik-baik setelah ini, Mas Dam,” ucapnya lirih, nyaris tak terdengar.Ada perasaan sedih saat mengatakan kalimat itu, seolah baru saja mengucapkan kalimat perpisahan.Inara hendak beranjak, tetapi baru satu langkah, Damian langsung mencekal tangannya. Tidak begitu kuat, tetapi juga seperti tidak ingin melepaskan.Inara menoleh cepat. Di saat yang bersamaan, Damian ikut berdiri.Ada sepercik kekecewaan yang tak dapat disembunyikan dalam raut wajahnya itu.“Aku ... tidak bisa, Ra,” katanya akhirnya, “aku tidak mau jaga jarak darimu. Dan, mungkin memang aku tidak akan sanggup untuk melakukan hal itu.”Deg.Inara ter

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status