Share

chapter 6

Author: Queen halu
last update Huling Na-update: 2025-06-12 21:59:50

Sepanjang perjalan menuju lobby, Richalle tak henti-hentinya mengoceh. "Hidup gue benar-benar sial! Baru saja dapat pekerjaan kenapa harus bertemu dengannya!" Ia benar-benar sebal.

"Dasar pria yang kasar dan narsis! Dia fikir dia Siapa sehingga gue harus mengikutinya?" Ia terus menggerutu, bejalan sambil menghentakkan kakinya sangking kesalnya.

"Aaaaa mengapa hidup gue begitu sulit!" Tanpa sadar ia berteriak sehingga menyita perhatian orang-orang disana.

Richalle menyadari tatapan semua orang pun hanya tersenyum ke arah mereka semua. Ia menghentikan langkahnya, mencoba menarik nafas dalam-dalam untuk mengontrol emosinya. Lalu, membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan.

Seorang wanita paruh baya turun dari mobil mewah, dengan wajah yang Tegas ia melangkah memasuki perusahaan itu dan langsung mendapat sambutan dari orang-orang disana.

"Nyonya besar, silahkan lewat sini." Dengan sigap para pengaman perusahaan mengawal perjalanan nya.

"Terimakasih," Ucap Fiona dengan ramah.

Akibat terlalu cepat bejalan membuat jantungnya berpacu cepat sehingga membuat dadanya sesak, tubuhnya hampir terjatuh jika tidak segera ditangakp oleh Richalle.

"Nenek, apakah anda baik-baik saja?" Tanya Richalle langsung membantunya untuk berdiri.

Melihat wanita paruh baya itu kesusahan membuka tasnya, Richelle segera membantunya. Ia mengambil alat kecil itu dan meletakkan nya di tangannya.

"Nenek, ini...." Richalle mengusap lembut punggung wanita itu, ia begitu cemas melihat wanita paruh baya itu menghirup udara dari alat tersebut.

"Bagaimana? Apakah anda merasa lebih baik, nenek? Saya akan melakukan panggilan darurat." Richalle Hendak menghubungi pihak rumah sakit namun segera Fiona menghentikan nya.

Fiona Mencoba mengatur nafasnya, "Tidak perlu nak, aku tidak sakit apapaun. Aku hanya terlalu bersemangat. sekarang sudah baik-baik saja," balasnya masih dengan nada yang lemah.

"Tapi.....Benarkah sudah baik-baik saja? Kenapa nenek berjalan sendirian?" Kekhawatiran terpancar jelas diwajahnya sambil membantunya berdiri.

"Saya disini untuk bertemu dengan cucuku,"

"Siapa nama cucu nenek? Biar saya bantu mencarinya." Hati kecilnya merasa tidak tega jika harus membiarkan nya sendiri.

Fiona Tersenyum mendengar keperduliannya. "Tidak perlu, saya sudah tahu dimana dia berada. Gadis, Terimakasih karna sudah menolong saya.” Ucap Fiona tulus.

"Oh ya, berikan saya nomor ponselmu agar saya bisa membalas Budi kamu hari ini." Ucap Fiona.

Richalle yang mendengar itu langsung menolaknya secara halus. "Tidak apa-apa nenek, anda tidak perlu melakukan nya. Anda baik-baik saja itu sudah cukup." Richalle terseyum tulus.

"Kalau begitu saya pergi dulu, Nenek hati-hati, jangan terburu-buru. Sampai jumpa," Seru Richalle sambil melambaikan tangannya.

Fiona terseyum melihat keramahan gadis itu, lalu kembali melanjutkan langkahnya. Kini Fiona sudah berada di ruangan Karel, ia mulai mengintrogasi pemuda itu.

"Kamu baru saja menyembunyikan cucu menantu perempuanku di kantor. Apa maksudmu?"

Karel menyanggah kepalanya dengan tangannya, sikapnya seolah tidak mendengar ucapan Fiona.

Hembusan nafas terdengar dari bibirnya. "Kenapa dia menjadi cucu perempuanmu? Aku sudah memberitahu nenek, sangat mustahil untuk bersamanya." Ucap Karel dengan nada malas.

Fiona menatap dengan sorot mata tajam penuh gemas. "Kamu sudah... kamu sudah berhubungan badan dengannya! Pria keluarga Bagaskara kami tidak pernah diajarkan untuk tidak bertanggung jawab! Kapan kamu belajar melakukan cinta satu malam?"

"Nenek... ini tidak seperti yang nenek pikirkan," ujarnya sambil memijat pelipisnya yang berdenyut hebat.

Karel mencoba meredakan keresahan yang terasa menyesakkan di dalam dadanya, tetapi tatapan nenek sama sekali tidak melunak.

"Kamu... dasar bocah nakal!" katanya lagi, dengan ekspresi yang hampir membuatnya terlihat siap menjewer Telinganya kapan saja.

"Kalian keluar dari kamar hotel bersama—bagaimana bisa tidak seperti yang nenek pikirkan? Wanita dan pria berada di satu kamar, apalagi yang bisa terjadi?"

Karel menarik napas panjang, berusaha menahan emosi yang mulai meluap, sekaligus merasa frustasi karena tidak tahu bagaimana cara menghentikan neneknya yang selalu berpikiran liar ini. Apa perlu menjelaskan setiap detail kejadian agar dia percaya padaku? Tapi dia tahu betul, menjelaskan hanya akan membuka ruang lebih besar untuk nenek menyerangnya dengan argumen-argumennya yang tak terbantahkan.

"Setidaknya," nenek melanjutkan dengan tatapan menusuk, "aku tidak perlu khawatir lagi kalau kamu tidak tertarik pada wanita!"

karel menghela nafas panjang, rasa prustasi semakin besar. Lagi-lagi nenek membawa kepercayaan lamanya tentang dirinya yang tidak ingin menikah karena dianggap tidak memiliki ketertarikan pada wanita. Karna berita palsu itu membuat nya begitu obsesi menjodohkan nya ke sana ke mari demi ‘meluruskan’ keyakinannya sendiri. Entah kapan aku akan benar-benar bisa lepas dari pengawasan ketatnya ini.

"Karna sudah memiliki pacar, maka segera saja menikah." Sebelum Karel memotong ucapan nya, Fiona melanjutkan ucapannya dengan tegas. "Ini peringatan terakhir! Jika kamu tidak membawanya bertemu dengan nenek, maka kamu harus menerima perjodohan dengan sahabat lama nenek."

"Nenek!" Karel semakin prustasi dengan desakan itu. "Kami belum merencanakan pernikahan, dan aku juga belum mau menikah!"

"Aku tidak ingin mendengar apapun, besok nenek harus sudah melihat buku nikah kalian! Jika tidak, maka bersiaplah untuk menerima perjodohan ini!" Ucap Fiona tanpa ingin di bantah.

Fiona kembali menatap tajam cucunya itu, dia sangat tahu jelas watak cucu laki-lakinya ini. "Ingat! Jangan menindas cucu menantuku. Pernikahan bulan sebuah permainan, kamu harus menjadi laki-laki yang bertanggung jawab!" Ucapnya tegas memperingati cucunya itu.

"Nenek, Anda harus mengurangi menonton drama percintaan," ucapnya dengan nada penuh sarkasme, mencoba mengalihkan perhatian dari percakapan yang semakin menyudutkannya.

Fiona bangkit dari kursinya dengan ekspresi penuh tekad. Matanya menatapnya tajam, memberikan peringatan yang lebih menyerupai ancaman.

"Ini adalah peringatan! Kali ini aku tidak main-main!" katanya dengan nada serius.

Karel mencoba menahan diri agar tidak membalas dengan komentar apapun, tetapi sebelum pergi, ia mendekatkan wajahnya untuk berbisik, "Menikahlah cepat, aku pergi dulu, hah." Senyumnya menghiasi wajahnya, senyum kemenangan yang membuatnya merasa kalah dalam percakapan ini.

Dengan langkah anggun namun penuh otoritas, Fiona meninggalkan ruangan tanpa sedikit pun keraguan.

"Nenek, apa perlu diantar?" tanyanya lemah, berharap setidaknya pertanyaan ini bisa mengakhiri dialog yang melelahkan ini.

Namun, seperti biasa, jawabannya malah semakin membuatnya terpojok. "Tidak perlu. Ingat? Bawakan cucu perempuanku malam ini," katanya tegas. Lagi-lagi, ia tidak bisa menemukan jawaban yang tepat untuk membantahnya.

"Nenek...." Karel merengek, merasa semakin terjebak dalam rencana yang jelas-jelas tidak ia setujui.

"Jangan panggil aku nenek, sebelum kamu membawa cucu menantuku ke rumah." Nada suaranya yang dingin menusuk telinganya, membuat kepalanya terasa semakin berat.

Karel hanya bisa menghela napas panjang, mencoba mencari ketenangan di tengah tekanan yang tak pernah berhenti. Dengan tubuh lelah, ia menjatuhkan diri ke kursi dan memijat pelipisnya yang mulai berdenyut. Akhirnya, ia meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.

Suaranya terdengar serius saat memberi instruksi, "Periksa identitas Richalle untukku, semakin detail semakin baik." Sebelum orang itu sempat menjawab, ia sudah memutuskan panggilan.

Perasaan frustrasi menyelimuti dirinya. Neneknya memang selalu punya caranya sendiri untuk membuatnya tidak memiliki alasan untuk membantahnya. Ia memejamkan matanya, berharap bisa mengosongkan pikiran dan menemukan jalan keluar dari tuntutan absurd ini.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Dicampakkan Tunangan, Dinikahi CEO Tampan    35

    Dua tahun Pagi di Taman Rumah Karel dan Richalle Pagi itu cerah. Rumput basah oleh embun.Aline yang kini berusia 1 tahun 3 bulan, berlari kecil di taman dengan sepatu mungil bergambar kelinci.“Amaaa! Tu yam na telbang!” teriak bocah perempuan dengan rambut di kuncir dua sambil menunjuk burung merpati yang lewat.Richalle yang duduk di bangku taman tertawa pelan. “Itu bukan ayam, sayang. Itu burung.”Aline mendekat sambil membawa bunga rumput. “Nih wat Mamaaa…”Tangannya yang mungil menyodorkan rumput liar yang jelas bukan bunga—tapi Richalle menerimanya seperti menerima karangan bunga paling mahal di dunia. “Terima kasih, princess mama.”Di dalam rumah, Karel sedang tiduran di karpet ruang tengah.Aline langsung naik ke punggungnya sambil tertawa.“Papah! Kuda! Jalan!”Karel tertawa, pura-pura jadi kuda. “Oke, baiklah nona kecil. Tapi jangan pakai sepatu ya! Ayah belum diasuransiin!”Aline menjambak rambut Karel pelan sambil tertawa.“Ngeeng ngeengg!”Richalle merekam dari jau

  • Dicampakkan Tunangan, Dinikahi CEO Tampan    34.

    Beberapa Minggu Setelah Sidang KeluargaKehidupan Richalle dan Karel mulai stabil. Reputasi mereka perlahan membaik.Media mulai lupa. Investor kembali percaya.Keluarga mulai membuka hati.Tapi justru saat semuanya terasa tenang...Elira bergerak dari balik jeruji.~Elira berdiri di ruang kunjungan khusus.Di hadapannya duduk seorang pria berpakaian rapi, dengan lencana petugas, tapi mata penuh amarah tersembunyi.Adik tiri Elira.Elira membisikkan sesuatu.Pri itu menatapnya setelah mendengarkan rencana elira. “Apa kamu yakin ingin pakai cara ini?”Elira menegakkan tubuhnya, “Dia sudah merebut milikku. Sekarang aku hanya ingin dia tahu...bahwa apa yang sudah menjadi milikku tidak boleh dimiliki orang lain.” Ucapnya dengan penuh kebencian.~Hari itu, Richalle sedang sendirian. Karel ada di luar kota untuk urusan perusahaan.Bodyguard pribadi sempat diganti dengan alasan “perintah ayah Richalle”.Padahal, semua itu bagian dari skenario Elira.Richalle diculik secara halus. Tidak dis

  • Dicampakkan Tunangan, Dinikahi CEO Tampan    33.

    Sebuah file tersebar ke media dan platform internal perusahaan Athisa Group dan Adistya Corp: “Pernikahan CEO Karel Adistya dan Richalle Athisa diduga hanyalah KONTRAK!” “Bukti dokumen didapat dari sumber anonim. Masyarakat kini bertanya: apakah pasangan ikonik itu hanyalah sandiwara?” Wartawan mulai memenuhi gerbang kantor. Saham Adistya Corp dan anak perusahaan mulai bergejolak. Investor bertanya. Elira tertawa pelan di balik jeruji penjara, saat melihat berita itu dari televisi kecil di sel isolasi. "Kartu terakhir sudah dimainkan. Lihat bagaimana dunia mereka runtuh sendiri..." Scene: Ruang Meeting Dewan Direksi Karel berdiri di depan jajaran direksi. Wajahnya tenang, tapi tegas. “Iya. Pernikahan kami berawal dari kontrak. Tapi tidak pernah sekalipun ada penipuan dalam urusan bisnis.” “Semua keputusan kami sebagai pasangan—baik di perusahaan maupun keluarga—dibuat secara profesional dan legal.” Salah satu direktur bertanya tajam: “Lalu bagaimana kami tah

  • Dicampakkan Tunangan, Dinikahi CEO Tampan    32.

    Sudah tiga hari sejak Richalle dan Elira bertemu di taman. Dan sejak hari itu, Richalle mulai merasa... ada yang berubah. Pagi-pagi, asistennya mengantar buket bunga ke rumah. “Untuk Bu Richalle. Dari pengagum rahasia,” ucap sang kurir. Richalle mengernyit. Buket itu berisi mawar putih, bukan melati. Tak ada kartu nama. Hanya satu kertas kecil dengan tulisan tangan: "Seputih ini cintamu padanya? Atau sebutan ini hanya topeng?" Richalle mengabaikannya. Tapi hari-hari berikutnya... semakin banyak hal janggal terjadi. Di kantor, file proyek penting milik Richalle menghilang, lalu muncul lagi dengan data yang berubah. Seseorang menghubungi HR dan menyebar rumor bahwa Richalle menikah dengan Karel hanya demi warisan. Bahkan di rumah, Richalle merasa diawasi. Ponselnya pernah dalam keadaan terbuka padahal dia tak memakainya. --- Karel duduk di ruang kerja, membuka laporan dari perusahaannya. Tiba-tiba, ia menemukan sesuatu di email: “Laporkan istrimu ke kepolisian. Di

  • Dicampakkan Tunangan, Dinikahi CEO Tampan    31.

    Pagi itu, matahari mengintip malu-malu dari balik tirai jendela. Udara terasa lebih hangat dari biasanya. Tapi tidak dengan hati Richalle. Ia duduk di meja makan, menatap sepiring roti panggang yang belum disentuh. Tangannya menggenggam cangkir cokelat panas yang mulai kehilangan hangatnya. Karel masuk dengan kemeja setengah dikancing, rambutnya masih sedikit basah. Wajahnya seperti biasa: tenang, dewasa, dan sulit ditebak. "Udah siap ke kantor?" tanyanya sambil mengambil jas di gantungan. Richalle mengangguk pelan, tanpa menoleh. "Iya… sebentar lagi." Richalle menjabat sebagai sekretaris Karel. Karel memperhatikannya. Ada sesuatu di mata istrinya yang tidak seperti biasanya. “Chelle…” “Hm?” “Kamu masih kepikiran Elira?” tanyanya, langsung. Richalle tidak menjawab. Ia hanya memutar cangkir di tangannya. “Bukan dia,” akhirnya ia berkata. “Aku cuma takut... nanti aku jatuh terlalu dalam. Dan kamu berubah pikiran.” Karel mendekat, duduk di hadapannya. Ia meraih tang

  • Dicampakkan Tunangan, Dinikahi CEO Tampan    30

    Langit malam menangis pelan. Hujan turun rintik-rintik, menyentuh jendela dengan ritme yang tenang. Di ruang tengah, lampu temaram menyinari dua sosok yang duduk bersebelahan di sofa. Richalle dan Karel. Tidak ada TV menyala. Tidak ada musik. Hanya keheningan yang terasa berat—bukan karena tak nyaman, tapi karena terlalu banyak yang ingin diungkapkan. Richalle melipat kakinya, memeluk lutut. Kepalanya bersandar di bahu Karel, seperti sore itu. Tapi malam ini terasa berbeda. Lebih... dalam. “Om...” bisiknya. Karel tidak menjawab. Hanya mengangguk kecil sebagai tanda ia mendengar. “Kalau kontrak pernikahan kita berakhir... Apa kita akan bercerai sesuai perjanjian?” Karel menoleh pelan, menatap wajah Richalle dari samping. “Aku nggak akan pernah ceraikan kamu. Selamanya, kamu tetap istriku.” Richalle menatapnya. “Tapi….” Karel menggenggam tangannya. Hangat. Erat. “Chelle...” “Hm?” “Kalau kamu masih ragu, lihat mataku. Aku serius.” Richalle menoleh perlahan. Hujan t

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status