Share

Part 2. Ayo bangkit, Hana!

Author: TrianaR
last update Last Updated: 2023-04-07 12:09:42

Part 2

"Mas, tunggu, Maaas,!!" teriakku. Aku mengejarnya sampai ke mobil. "Mas, aku salah apa, Mas? Kasih tahu aku, apa salahku?"

"Sudahlah Hana, jangan seperti ini. Aku akan mengantar barang-barangmu yang lain nanti."

Seketika hatiku mencelos. Ah, kenapa rasanya perih sekali, diceraikan tanpa sebab?

Mas Bambang hampir saja masuk ke dalam mobil.

"Tunggu, Nak!" Suara bapak menghentikannya pergi. Mas Bambang kembali turun dan menatap bapak, hendak menyalami tangannya, tapi tiba-tiba ...

Buuugghhhtt ... sebuah pukulan melayang di perut Mas Bambang hingga ia terhuyung ke belakang.

"Neng, ayo masuk!" sergah bapak.

"Tapi, Pak--"

"Neng, masuk! Si Bambang sudah gak mau lagi sama kamu, Neng. Jadi buat apa dikejar lagi. Masuk, Neng!" sergah bapak.

"Pergi kau!! Jangan pernah datang kesini lagi! Mentang-mentang kaya, bisa seenaknya sendiri!" seru bapak. Terdengar emosi dalam nada suaranya.

"Maaf, Pak, saya permisi!" ujar Mas Bambang seraya meringis kesakitan. Ia masuk ke dalam mobilnya dan melesat pergi, menghilang dari pandangan.

Aku terduduk lesu di kursi ruang tamu, seraya memegang gelas berisi teh manis yang kembali dituang oleh ibu. Katanya biar aku tenang. Tapi boro-boro tenang, di hati ini sudah dipenuhi rasa sesak yang begitu menghimpit.

"Pak, si Bambang kenapa sih kok anter si Neng ke rumah? Jadi Neng diceraikan tanpa sebab?" Kudengar ibu berbicara pada bapak. Aku yakin, mereka sama shocknya denganku ini.

"Ya, namanya orang kaya, bersikap semaunya sendiri. Sudahlah Bu, kita harus sadar diri, keluarga kita itu miskin. Masih untung si Neng dikembaliin, dia gak disiksa ataupun dijadikan pembantu di rumah gedong itu," jawab bapak, ada rasa sesal pada tiap kata yang diucapkannya.

"Tapi kasihan si Neng, Pak."

"Ya harus diterima saja, sehari dua hari, nanti lama-lama juga akan terbiasa."

Terdengar helaan nafas ibu yang tampak kecewa dengan keadaan putrinya.

Aku terbaring lesu di tempat tidurku. Pandanganku berkabut. Banyak sekali pertanyaan yang hinggap di pikiran. Sangat banyak hingga menghantuiku.

Apa salahku? Kenapa Mas Bambang lakuin ini? Selama ini aku sudah berusaha menjadi istri yang baik. Melayaninya di rumah. Memang, aku tak bekerja karena Mas Bambang melarangku. Penghasilannya jauh lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan kami.

Pikiranku kembali melayang saat sebelum menikah dulu.

Seorang wanita berumur 47 tahun, datang menemuiku dengan gaya pakaian berkelas layaknya sosialita. Rambut digelung ke atas, kaca mata hitam dan bibir yang merona merah, lalu baju yang dikenakannya pun menandakan bahwa ia orang kaya. Tas gucci berwarna hitam, sepatu hak tinggi, raut wajahnya pun tampak lebih muda dari usianya.

Dia langsung memanggilku yang tengah bekerja jadi pelayan cafe. Bu Samira namanya.

"Hana?"

"I-ya saya, Bu," jawabku gugup.

"Saya ingin bicara denganmu sebentar saja. Duduklah di sini!"

"Ta-tapi saya sedang bekerja, Bu. Nanti--"

"Biar saya yang bilang pada bosmu. Saya minta waktumu beberapa menit saja," pungkasnya.

Aku mengangguk dan duduk di hadapannya dengan rasa gugup luar biasa.

"Hana, langsung saja ke pokok permasalahannya ya?" ujarnya seraya melepas kacamatanya.

Aku mengangguk lagi menatap wanita yang terlihat begitu elegan itu. Jantung berdegup dengan kencang.

Sebuah amplop coklat diangsurkannya ke hadapanku. "Ini 20 juta untukmu."

"Hah? Ini uang untuk apa, Bu?" keningku mengernyit.

"Saya tahu kamu butuh uang. Terimalah uang itu, tapi tinggalkan anak saya," ujarnya tegas. Pandangannya tajam kala menatap membuatku tak bisa berkutik.

Deg, jantungku makin berdegup dengan kencang. Seketika hatiku sakit seolah diremas-remas. Jadi, beliau datang agar aku dan Mas Bambang berpisah?

Aku tahu, aku dan Mas Bambang terlahir dari keluarga berbeda. Tapi sejauh ini Mas Bambang selalu meyakinkanku bahwa ia sangat mencintai dan serius denganku.

Bahkan rencananya, Mas Bambang akan mengenalkanku secara resmi pada keluarganya.

“Ma, apa-apaan Mama seperti ini?” Tiba-tiba Mas Bambang datang mengejutkan kami.

Lelaki itu sedikit murka pada ibunya mengambil amplop uang yang ada di meja. “Mama sungguh keterlaluan, bukan begini caranya, Ma! Mama terlalu licik, ingin memisahkanku dan Hana dengan uang ini? Apa mama tidak menghargai perasaanku?” serunya kesal.

“Bambang, dia itu gak pantas buat kamu, dia itu—“

“Aku tahu, Mama gak merestuiku karena Hana dari keluarga biasa saja. Tapi apapun itu, aku tidak mau berpisah dengan Hana. Aku sangat mencintai Hana, Ma!”

“Mas—“

Tangan Mas Bambang dilayangkan ke udara berharap agar aku tak bicara.

“Pokoknya biarpun mama menolak, aku akan tetap menikahi Hana, Ma. Dengan atau tanpa restu kalian, aku akan tetap menikah dengan Hana!” ujar Mas Bambang dengan mantap kala itu, membuat beberapa pengunjung menatap ke arah kami bak tontonan sandiwara.

Bu Samira tampak kesal, langsung bergegas pergi tanpa basa-basi lagi setelah mengambil kembali amplop itu dari tangan anaknya. Usai kepergiannya, Mas Bambang beralih ke hadapanku.

“Hana, tolong jangan goyah, aku akan tetap menikahimu bagaimanapun keadaanmu.”

“Tapi orang tuamu tidak setuju, Mas, aku takut ini akan jadi ganjalan kita ke depannya.”

“Tidak, Hana, percayalah padaku, aku yakin suatu saat mereka akan luluh.”

Berhari-hari bahkan berganti bulan, Mas Bambang terus meyakinkanku, membuatku luluh dan akhirnya mau menerimanya. Selama menjadi istrinya pun aku selalu diperlakukan istimewa, tapi entah kenapa tiba-tiba dia berubah ...

***

Beberapa hari berlalu sejak Mas Bambang menceraikanku, hidup terasa tak bersemangat. Makan tak enak, tidur pun tak nyenyak. Hambar juga hampa, bahkan rasanya hidup sudah tak berwarna lagi. Hanphone pun senyap tanpa suara, tak ada lagi pesan-pesan mesra maupun panggilan dari Mas Bambang. Dia benar-benar meninggalkanku tanpa alasan.

“Neng, ada mobil tuh di depan,” ujar ibu di ambang pintu.

“Mobil? Mobil apa, Bu?”

“Mobil bawa barang, Neng.”

Aku terlonjak dan segera berlari ke depan, melihat mobil pick-up yang tengah menurunkan barang-barang. Lemari, meja rias bahkan kompor dan gas yang aku gunakan selama di rumah Mas Bambang, serta baju-bajuku yang masih tertinggal di sana.

Saat ditanya, sang sopir hanya menjawab menjalankan tugas saja dari Pak Bambang.

***

“Sudahlah, lupakan Bambang, Hana! Jadi janda bukan berarti akhir dari segalanya. Kamu harus bangkit! Ayo kau ikut aku saja ke kota. Kita cari pekerjaan di sana!” seru Dita yang selalu memberiku semangat dan kekuatan baru.

Akhirnya akupun nekat untuk mencari pekerjaan di kota. Berbekal restu dari ibu dan bapak, aku akan berjuang lagi mencari rezeki dan kebahagiaan.

“Apa benar ini rumahnya?” tanyaku pada Dita seraya menatap rumah bak istana di seberang jalan. Dita hanya mengangguk ragu. Ia bilang katanya ada lowongan disini, pemilik rumah yang mewah itu tengah mencari ART.

Tiba-tiba seorang anak kecil berlari dengan kencang keluar dari pagar yang terbuka sedikit sepertinya hendak kabur dari kejaran dua orang di belakangnya, yang kuduga itu pengasuh anak tersebut.

Aku menatap bocah laki-laki itu hendak menyeberang jalan, sementara dari arah berlawanan tampak mobil melaju dengan kencang.

“Dek, awaaasss ...!” teriakku seraya berlari menyambar anak itu. kami terjatuh bersamaan di bahu jalan.

Aku langsung duduk dan menggendong anak kecil yang kini sedang menangis karena shock. Beberapa orang mendekati dan ingin meraih bocah laki-laki ini, tapi sayangnya, ia makin mengeratkan pelukannya padaku.

“Terima kasih sudah menyelamatkan putraku,” ujar seorang pria.

Aku mendongak melihat pria jangkung yang berpakaian rapi, wajahnya begitu tegas dan rupawan. Ia mengulurkan tangannya hendak meraih bocah laki-laki ini dariku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Ratih Rohaeni
semoga awal yang bahagis
goodnovel comment avatar
Catri Wati
bagus, menarik ceritanya
goodnovel comment avatar
Nahirah Ira
Alhamdulillah semoga laki laki ini bisa menjadi suami Hana dan laki laki yg baik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 115

    Part 115 "Bagaimana aku melanjutkan hidup, Tante? Aku kehilangan semuanya! Aku kehilangan semuanya!!" teriak Mariana saat Reni masuk ke kamarnya. Ia berusaha menenangkan sang keponakannya itu."Tenang sayang, kamu gak sendirian. Kamu masih punya Tante di sini."Mariana masih menangis histeris. "Tapi, aku merasa dunia ini gak adil buat aku, Tante. Ini gak adil! Bukankah lebih baik aku mati saja, Tante? Hiks hiks!"Reni memeluk Mariana penuh kasih, mengusap punggungnya dengan lembut."Tante tau, ini pasti berat bagi kamu. Tapi kamu harus kuat, hidup akan terus berjalan. Kamu masih muda, Sayang. Perjalanan hidupmu masih panjang. Semua yang berlalu biarlah berlalu, semua yang pergi takkan mungkin kembali. Ayo kita perbaiki semuanya. Ayo kita mulai lembaran baru lagi! Jangan menyerah, Nak. Tante yakin, akan ada kebahagiaan setelah ujian bertubi-tubi ini."Mariana terdiam, pikirannya terus berkecamuk. Sedih, marah, rasa sesak dan ingin menyerah semua bercampur padu jadi satu. Sementara it

  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 114

    Part 114Mariana duduk di kamarnya dengan di bawah cahaya lampu temaram, menatap televisi tanpa benar-benar memperhatikannya. Malam itu terasa sepi, lebih sepi dari biasanya. Ia merasa khawatir saat menerima pesan sang suami bahwa ia tak bisa pulang, situasinya sedang gawat. Memangnya apa yang sedang terjadi?Kekhawatirannya semakin menjadi-jadi ketika ponselnya berdering.Mariana melirik jam dinding, menunjukkan pukul sebelas malam. "Siapa yang menelepon malam-malam begini?" gumamnya. Dengan tangan gemetar, dia mengangkat gagang telepon."Halo?" suaranya terdengar lemah dan penuh kecemasan."Apakah ini dengan Ibu Mariana?" suara di seberang terdengar serius dan resmi."Ya, saya sendiri. Siapa ini?""Ibu Mariana, ini dari Kepolisian. Saya harus memberitahukan sesuatu yang sangat penting. Suami Anda, Bapak Wijaya, mengalami kecelakaan. Mobilnya jatuh dan terbakar."Deg! Jantung Mariana berdebar dengan kencang. Sejenak, dunia terasa seperti berhenti berputar. Suara dari telepon seperti

  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 113. Musibah

    Part 113"Aaarrghh! SIAAALL!"'Hari apesku sepertinya mulai datang, ck!' gumam Wijaya. Belum sempat turun dari mobil, Wijaya segera berputar arah sebelum petugas polisi menyadarinya. Tapi sayang, salah seorang polisi memergoki mobilnya. "Ada mobil lain yang datang, tapi dia langsung pergi lagi!" "Kejar dia! Itu pasti komplotannya!"Di bawah langit yang gelap dan sebentar lagi turun huhan, pohon-pohon di samping kiri dan kanan jalan menjadi satu-satunya saksi dari kecepatan mobil hitam yang melaju dengan cepat di jalan raya yang sepi. Di dalam mobil itu, Wijaya duduk dengan tegang di kursi pengemudi. Tatapan cemasnya terpaku pada cermin belakang saat ia menyadari bahwa mobil polisi sedang mengejarnya.Saat ini, ia benar-benar terjerat dalam situasi yang sulit. "Yolanda kabur, lalu Om Heri tertangkap?! Astaga, lalu apa yang akan terjadi padaku?! Ini benar-benar di luar dugaan!" rutuknya sendiri.Wijaya mengambil ponseknya di dashboard lalu mengirimkan pesan suara pada sang istri.

  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 112

    Part 112"Tu-tuan Putra?""Ya, ini aku," sahut Putra singkat, padat dan jelas. Ia menatap tajam perempuan muda di hadapannya.Yolanda mendekat dan bersimpuh di hadapan pria tampan itu. "Tuan, tolong saya. Lepaskan saya dari sini, Tuan. Saya ingin pulang," rengeknya sambil menangis."Saya ingin pulang, Tuan.""Tidak semudah itu. Apa kau tahu kenapa aku membawamu kesini?"Yolanda menggeleng pelan."Apa kau tidak tahu apa kesalahan yang sudah kamu perbuat?"Seketika perempuan muda itu terdiam. Ia menyeka butiran air matanya sekilas dan tertunduk, tak berani menatap pria di hadapannya.Cukup lama terdiam, tak ada satu patah kata apapun yang keluar dari mulutnya."Ehemm ...! Sampai kapan kamu diam? Mau sampai kapan kamu tutup mulut." tanya Putra penuh penekanan."Ma-ma-af Tuan, a-apa maksud Anda?" Dia bertanya dengan nada gemetar.Pria itu tersenyum sinis, melihat kelakuan Yolanda. Apakah dia memang b0doh, tak tahu kesalahannya sendiri?"Ohooo ...! Haruskah aku mengingatkan semuanya? Bah

  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 111

    Part 111"Tuan, kami sudah menemukan keberadaan Yolanda!" ucap sebuah suara di seberang telepon."Oh ya? Dimana dia sekarang?" "Dia tinggal di rumah kerabatnya Tuan Wijaya, Tuan.""Hmmm ...""Tapi sepertinya dia di sini cuma dijadikan pembantu, Tuan. Kami liat dia tengah melakukan pekerjaan rumah tangga," jelasnya lagi."Bawa dia ke tempat biasa, aku ingin dia menghadapku. Tapi ingat, jangan sampai orang-orang tau, bawa dia saat mereka semua lengah!" tukas Putra di ujung telepon."Baik, Tuan, kami mengerti.""Pastikan juga orang-orang yang terlibat dengan Herry untuk segera ditangkap! Aku tidak mau masalah ini makin berlarut-larut!""Baik, Tuan."Putra mematikan panggilan teleponnya. Pria itu menghela napas dalam-dalam sembari menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya.Masalah-masalah besar yang membelitnya sungguh hal itu membuatnya sangat penat. Banyak sekali kejadian rumit, yang tak bisa dicerna oleh akal pikiran.Kenapa musuhnya harus orang-orang terdekatnya sendiri. Untuk apa? Ap

  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 110

    Part 110Putra keluar dari ruangan dan mencoba menghubungi orang rumah."Hallo, dengan kediaman keluarga Mahesa, ada yang bisa saya bantu?" ucap sebuah suara di seberang telepon."Hallo, Bi, ini Putra.""Oh, Tuan Putra. Ada apa, Tuan?""Bi, Mbak Reni apakah ada di rumah? Tolong panggilkan saya ingin bicara sebentar dengannya.""Maaf Tuan, tadi pagi Nyonya Reni pergi sama Tuan Heri. Nyonya Mariana sama Tuan Wijaya juga pergi.""Pergi? Kemana?""Saya kurang tau, Tuan. Nyonya Reni diam saja saat pergi. Kalau Nyonya Mariana pergi ke dokter, katanya mau check-up.""Ya sudah, baiklah. Tolong nanti kabari kalau Mbak Reni sudah pulang.""Baik, Tuan."Panggilan itupun berakhir. Pria itu tak kembali masuk ke dalam ruang perawatan ayahnya. Ia justru pergi dan menghubungi Derry.***Sementara itu, sejak pagi ... Mariana dan Wijaya bersiap-siap, akan check up ke dokter. Semalam, Mariana mengalami flek, maka dari itu, ia merasa sangat khawatir."Sayang, sudah tenang saja, aku akan antar kamu ke dok

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status