Part 26"A-apa? Me-meniikah?""Apa kamu udah gak waras, Putra? Kau akan menikah dengan seorang pembantu?" seru Reni tak percaya.Bahkan Bambang pun sampai kesulitan menelan makanan. Mendadak hatinya diliputi perasaan cemburu. Kenapa bisa sang mantan istri justru akan menikah dengan Putra? "Sudah, jangan ribut. Lanjutkan makan kalian. Setelah ini, kita perlu bicara, Putra," ucap Mahesa tegas.Putra menanggapinya dengan santai. Tak peduli dengan tatapan penuh tanya para saudaranya, terlebih Mariana yang tampak begitu shock. Putra melanjutkan makannya lalu minum air putih tanpa ragu lagi.Baik Reni maupun saudara yang lainnya menatap Putra dengan heran. Masa sih seorang majikan menikah dengan pembantu, seperti cerita dongeng saja!Pagi ini diwarnai dengan ketegangan yang luar biasa, bagi yang lain, bila Putra sampai menikah dengan Hana, itu artinya sebuah musibah. Mereka tak mau keluarga Mahesa direndahkan oleh yang lain, baik partner bisnisnya maupun keluarga besan dan semua keluarga
Part 27Putra tertegun mendengar jawaban ayahnya. Ia tak percaya semudah itu mendapatkan persetujuan dari sang ayah. Dia memang tahu, almarhumah ibunya memang dari kalangan tak berada, tapi ia pikir ayahnya akan menolak seperti saudaranya yang lain. Ternyata sang ayah justru merestui, mungkin karena beliau mengingat kisah cintanya dulu dengan wanita yang menjadi ibu bagi mereka. "Terima kasih atas kebijakanmu, Ayah. Jadi, apakah Ayah bersedia menjadi saksi pernikahanku nanti?" "Kapan kau akan menikah?""Secepatnya, Ayah. Kami sudah mendaftarkan diri di KUA setempat."Mahesa dibuat terkejut oleh anaknya. Ia benar-benar tak menyangka akan menggelar pernikahan secepat itu. "Tunggu, tunggu, kenapa kamu terkesan buru-buru ingin menikah? Apa kau sudah pernah menidurinya?" tanya Mahesa dengan pertanyaan menohok. "Tidak, itu tidak benar, Ayah.""Lalu kenapa mendadak sekali?"Putra justru tersenyum. "Iya, Ayah. Aku sudah tak sabar ingin punya istri lagi. Ditemani olehnya dan--"Mendadak s
Part 28Putra tersenyum menatap Bambang yang tampak gelisah. Pria itu tak berkutik. Tubuhnya membeku, ia tak pernah menyangka Hana akan membocorkan ini semua. Seketika rasa pusing meledak di kepala. Ia takut Mariana mengetahui rahasianya. Bisa habis dia nanti."Kenapa heran? Hana sudah cerita semua tentangmu juga tentang keluargamu. Kau yang tiba-tiba menceraikannya tanpa sebab lalu tiba-tiba menikah dengan cucu orang kaya," tandas Putra sembari tersenyum kecut.Bambang hanya bisa menelan ludahnya sendiri. Karena tak ingin permaalahannya bertambah, Bambang akhirnya pamit keluar dari ruangan. Meski jantungnya berdebar dengan kencang, takut istrinya yang pencemburu itu tahu. Ia menggelengkan kepalanya perlahan. 'Tidak, masalah ini tidak boleh bocor sampai ke telinga Mariana. Aku harus menyimpannya rapat-rapat.'"Tunggu!" cegah Putra saat Bambang hendak membuka pintu. Pria itu mendekati suami sang keponakannya. "Wanita yang sudah kau ceraikan akan kubahagiakan sepanjang hidupku. Jadi,
"Hentikan ucapanmu, Reni. Namanya juga jodoh, kita tak bisa menghalangi itu!" sahut Mahesa tegas. "Tapi kan, pernikahan ini bisa dibatalkan""Tidak ada pembatalan pernikahan. Kalau Putra saja mau menjalaninya kenapa kalian mau menghalangi?"Semua terdiam, memandang sang ayah yang tampak begitu tegas. "Apa kau lupa dari mana asal usul ibumu? Mendiang ibumu yang ayah cintai juga dari keluarga sederhana, tapi ayah bisa bahagia bersamanya bahkan ibumu mempersembahkan putra putri seperti kalian. Ingat, Nak, harta ataupun tahta hanya bersifat sementara. Jangan serakah, Nak. Jangan serakah."Mahesa sebenarnya kecewa dengan anak-anak yang yang terlalu mendewakan harta. Sebenarnya itu fitrah manusia yang gampang terlena karena harta. "Kaya ataupun miskin itu sama. Asalkan dia baik dan mau menerima kekurangan dan kelebihan pasangan masing-masing. Ayah paham apa yang dirasakan Putra sekarang. Tujuannya mulia dia ingin menikah, bukan berzina. Jadi kalian harus dengar ini, tak ada lagi yang me
Part 29Tangan Mariana mengepal ia merasa kesal karena disindir oleh Hana.Mahesa tertawa lirih untuk mencairkan suasana yang tampak canggung."Maafkan cucu saya ya, dia sepertinya kurang jalan-jalan. Hahah.""Kakek! Bahkan jalan-jalanku itu ke luar negeri bukan pelosok desa seperti ini!" protes Mariana cemberut. Reni menepuk-nepuk paha Mariana biar dia berhenti berdebat. Karena orang-orang yang berada di luar tampak memperhatikannya. "Jaga sikap, Mariana. Kita orang kaya harus kelihatan anggun dan elegan!" bisik Reni di telinganya."Sudah, sudah, ayo kita makan hidangan dari tuan rumah. Menghormati mereka yang sudah susah payah dan sibuk menyambut kita," ujar Mahesa menengahi. Lelaki tua yang masih gagah dan tegas itupun mengambil salah satu kue nagasari. Dibukanya bungkus daun pisang itu lalu mengunyahnya. Ia tampak menikmatinya.Begitu juga dengan Putra. Ia mengambil salah satu kue dan memakannya. Alvaro langsung beralih dari pangkuan Hana ke pangkuan sang ayah.Mereka pun akhi
Part 30"Hei, kamu siapa tiba-tiba datang dan ingin menghalangi pernikahan ini?" tanya pak RT. Ia berjalan menghampiri lelaki itu dan bermaksud untuk mengusirnya keluar lebih dulu.Tapi bukannya takut, lelaki itu justru datang mendekat menghampiri Hana. Ia berjongkok di samping Hana. "Tanyakan saja pada Hana, siapa aku," ujar lelaki itu lagi serius dan memandang Hana lekat-lekat.Baik Hana dan Putra hanya menatap lelaki itu lalu beralih ke sekitarnya yang juga tampak bingung. Karena memang tak mengenal siapa lelaki asing dan misterius itu."Hana, katakanlah siapa aku ini pada mereka. Apa perlu aku yang mengatakan semuanya?" Ucan pria itu makin membuat terheran-heran."Maaf, anak muda, kami tidak mengenal kamu. Bila ada urusan, silakan tunggu saja di luar sampai acara akad ini selesai," sela Pak Irwanto.Lelaki itu hanya tersenyum. "Tidak Pak Irwanto, saya juga mengenal bapak. Bapak adalah calon mertua saya. Dan urusan saya dengan Hana belum selesai, dia tidak bisa bersikap seenaknya
Part 31"Hana, kamu mendengarku? Saat ini aku sudah menjadi suamimu, jadi jangan panggil Tuan lagi," tandas Putra. Ia pun menganggukkan kepalanya pelan. "Lalu Tuan--, maksudnya suamiku ini mau dipanggil apa?""Terserah, panggilan kesayanganmu saja.""Aa Putra?""Boleh, itu tidak buruk!" ujar Putra seraya tersenyum. Lelaki itu menggenggam tangan sang istri. Ia pun membisikkan sebuah kalimat yang membuat Hana tersipu mendengar ucapan suaminya. Setelah acara akad nikah selesai, langsung dilanjut acara makan bersama keluarga. Ya, seperti yang direncanakan sebelumnya, hanya akad dan syukuran saja, itupun terasa begitu khidmat meski tadi sempat ada insiden tak terduga."Tante, jadi acara pernikahannya cuma begini doang? Gak ada acara lain-lain lagi?" bisik Mariana saat ia mengambil makanan yang sudah disiapkan. "Iya, namanya juga acaranya orang miskin! Putra aja yang bego, mau-maunya nikahin pembantu!" sahut Reni lirih. Mereka mengobrol tapi saling berbisik agar tak terdengar yang lain.
Part 32Malam PengantinLelaki itu berjalan mondar-mandir dengan perasaan resah. Gimana jadinya kalau Hana kembali ke rumah ini tapi dengan status yang berbeda? Dia bukan seorang pembantu lagi, melainkan istri dari Putra Mahesa, seorang pengusaha muda yang terkenal dalam dunia bisnis.Bambang Wijaya mengusap wajahnya dengan kasar. Ia harus cari cara agar Hana tidak betah tinggal di sini. Karena cara sebelumnya dia sudah gagal.Klunting ... Terdengar notifikasi di ponselnya. Sebuah pesan masuk ke aplikasi whattsappnya.[Sayang, malam ini aku sampai di rumah. Kami sedang dalam perjalanan]Pesan dari Mariana cukup membuatnya berdebar.[Kamu pulang, Sayang?] Balas Bambang Wijaya.[Iya, aku sudah kangen berat sama kamu] Bambang Wijaya tersenyum membaca pesan Mariana. [Aku juga kangen sama kamu. Bagaimana tadi acara pernikahan Om Putra?] balasnya basa-basi.[Ya, mereka sudah resmi menikah, meski tadi sempat ada insiden kecil yang mengganggu tapi bisa diatasi][Jadi mereka sudah menikah?]