Part 34 Putra tersenyum dan lantas merengkuh Hana dalam dekapannya. "Mas, sebentar, aku bereskan sisa makan kita dulu.""Iya, Sayang. Aku siap menunggu."Hana tersenyum simpul. Ia pun segera membereskan piring-piring kotor dan hidangan di atas meja.Sebenarnya hatinya merutuk, kenapa sang suami tak bilang-bilang pesan makanan sebanyak ini. Kan mubadzir kalau gak habis.Tapi Hana berinisiatif menyimpannya ke kulkas yang tersedia di sana. Ia berpikir akan menghangatkannya untuk besok pagi.Ia meregangkan tubuhnya sejenak usai mencuci piring. Lanjut menggosok gigi agar napasnya kembali segar.Ia berjalan menuju kamar, rupanya sang suami sedang menunggunya di sana. Namun Putra tampak sibuk dengan ponselnya hingga tak menyadari kedatangan Hana.Hanaa sempat menelan ludahnya sendiri melihat Putra bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana training. Dadanya yang sixpack terlihat menawan. Bila mengingatnya, Hana jadi malu sendiri.Jantungnya berdebar dengan kencang, semburat merah di pip
Part 35Mariana menyenggol lengan Bambang yang masih memfokuskan pandangannya pada Hana. Perempuan itu tampak begitu cantik usai menjadi pengantin baru."Kenapa lihatinnya begitu? Terpesona?" sindir Mariana, dengan tatapan sinis.Bambang terkesiap, lalu menggeleng pelan. "Tidak sayang. Hanya heran aja, dia yang dulu jadi babu kini jadi nyonya," sahut Bambang menutupi salah tingkahnya."Emang kenapa dari BABU JADI NYONYA? Bukankah hal itu biasa? Roda kehidupan kan berputar, tidak selamanya di bawah dan tidak selamanya di atas! Selagi di bawah kita harus banyak bersyukur dan saat di atas jangan pernah sombong," timpal Putra yang menanggapi ucapan Bambang.Seketika mulut Bambang terkatup rapat dan mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia tak berani menatap Hana lagi, takut Mariana cemburu. Hana hendak bersalaman dengan mereka semua, tapi semuanya terdiam tak menyambut uluran tangan Hana.Putra langsung meraih tangan Hana lalu mengecupnya lembut dan pelan, membuat desir cemburu pada hati Bamba
Part 36Putra menatapnya dengan ekspresi dingin. "Kenapa? Kau merasa terganggu? Hana adalah istriku, tak ada salahnya aku bermesraan dengannya!" Bambang terdiam. Dia beralih menatap Hana yang seakan tak menganggapnya ada di sana. Dia fokus kembali ke masakannya. "A, coba ini sayurnya cicipin dulu, kurang apa?" tanya Hana dengan lembut. Ia mengambil kuah sayur dengan sendok, lalu meniupnya sejenak dan menyuapkannya pada sang suami."Sudah pas, Sayang. Alvaro juga pasti akan doyan masakanmu," ucap Putra.Ck! Bambang berdecak kesal sendiri. Ia pergi begitu saja meninggalkan dapur dengan perasaan bertabur emosi. "Kamu berani memanas-manasiku, Hana! Awas saja kau!" gumamnya."Apanya yang awas, Mas?" Tiba-tiba Mariana berada di hadapannya dengan tangan bersidekap di dada. "Kamu kelihatan kesal sekali. Ada apa sih?" tanya Mariana lagi penuh selidik."Tidak apa-apa," sahut Bambang singkat."Mas?!" "Ada apa, Mariana?""Kenapa kau ketus padaku? Kenapa sikapmu sekarang berubah?""Aku sudah me
Part 37Hana tertawa mendengar celotehan sang suami."Kenapa tertawa?" tanya Putra sembari menaikkan sebelah alisnya.Hana menggeleng pelan."Kenapa tertawa?" Putra mengulangi pertanyaanya."Haha, lucu aja. Dulu kan Tuan Putra adalah sosok yang dingin dan juga kaku. Ternyata sekarang udah bisa merayu dan menggombal," sahut Hana.Putra memegang dagu sang istri dan menatapnya lekat. "Ini semua karena kamu.""Karena aku?""Hhmmm ...""Alhamdulillah, asal bukan orang lain saja!"Putra tersenyum simpul. Semua kekakuan hatinya luntur, semua kebekuan hatinya mencair itu karena Hana. Gadis sederhana, tak banyak tingkah, penurut. Ia jadi sangat menyukainya."Selama aku bekerja, kamu jangan melakukan pekerjaan apapun. Semua sudah tugasnya para pelayan. Cukup temani Alvaro saja ya.""Iya, A.""Jangan dengarkan omongan siapapun ya. Kalau kamu merasa terganggu, cukup berdiam diri saja di kamar bersama Alvaro. Atau pergi sekalian jalan-jalan, biar nanti aku hubungi supir.""Iya, Aa tenang aja. Aku
Part 38Mariana tersenyum licik melihat ekspresi wajah Hana yang tampak shock melihat kemesraan Putra dan Sasya di foto itu.Ia yakin, Hana pasti akan mengamuk saat Putra pulang nanti. Namun kali ini dia masih bisa menahannya.'Semoga aja wanita kampung ini gak bodoh-bodoh banget. Ngamuk kek, kalau bisa minta pisah dari Om Putra. Biar dia jadi janda dan keluar dari rumah ini. Aku muak sekali liat muka polosnya, padahal licik ingin menguasai harta.' Batin Mariana bermonolog sendiri."Gimana Hana, jadi kamu sudah tahu kan posisimu sekarang? Kamu itu hanya pelampiasan nafsu saja, tidak lebih dari itu. Om Putra itu nggak benar-benar cinta sama kamu! Dia itu cintanya sama Tante Sasha. Ya kali kalau gak cinta gak mungkin punya anak. Lihatlah Alvaro, dia ganteng sekali. Kalo sama kamu nanti jadinya seperti apa ya? Hahaha."Mariana masih tertawa terbahak, seakan belum puas menghina Hana yang seharusnya ia hormati.Hana mencoba menghubungi nomor Putra. Tapi sebelum itu, Mariana mencegahnya. "
Part 39Putra tertawa melihat ekspresi wajah sang istri. Ia mengacak rambut Hana sejenak, lalu mendaratkan ciuman di kening."Aku mandi dulu ya." Putra hendak melangkah menuju ke kamar mandi, tapi Hana langsung memeluknya dari belakang."Kenapa hmmm?""Maafkan aku soal yang tadi. Aku tahu Aa dan Sasya hanyalah masa lalu. Tapi entah kenapa hatiku rasanya sakit."Putra menggenggam tangan Hana yang melingkar di perutnya. Lalu ia pun berbalik. "Kamu cemburu?"Hana hanya memanyunkan bibirnya, membuat Putra makin gemas. "Emh, tenanglah sayang, aku akan buat pelajaran pada mereka."Hana mendongak menatap sang suami. "Sekarang jangan pikirkan lagi hal yang membuatmu khawatir."Hana mengangguk."Gimana tadi Alvaro? Dia gak nakal kan?""Enggak A, Alvaro sangat lucu dan menggemaskan.""Secepatnya, aku akan membawa kalian pindah dari rumah ini.""Benarkah?""Ya, biar gak ada yang mengganggu keluarga kecil kita. Aku ingin hidup damai bersamamu dan anak-anak."Hana mengangguk lagi sembari tersenyu
Part 40"Om, kok tega banget sih sama aku sekarang? Aku kan keponakan Om Putra!?""Karena kamu yang mulai duluan, Ana! Andai saja kau tidak pernah mengusik atau mengganggu Hana, aku tidak akan bertindak seperti ini!""Ck! Kenapa sih Om berubah? Kenapa Om lebih membela Hana yang hanya orang lain?!""Orang lain? Kamu sadar gak Mariana, Hana sudah resmi menjadi istriku. Dan sekarang dia prioritasku! Sekarang tanda tangani surat pernyataan ini, kalau kau melanggarnya aku akan--""Iya, iya. Ini aku tanda tangani. Awas aja kalau sampai Om pecat suamiku! Padahal itu kan perusahaan milik kakek! Dan Mas Wijaya gak ada sangkut pautnya dengan ini! Om sungguh menyebalkan!"Dengan wajah yang bersungut kesal, Mariana terpaksa menandatangani surat pernyataan yang baginya tak penting itu. Seistimewa apa hingga Hana diperlakukan seperti itu! Putra tak peduli dengan kerabat atau kolega yang menentangnya. Keputusannya sudah bulat. Bila ada yang mengganggu istrinya, dia takkan segan-segan untuk membala
Part 41Putra membangunkan Hana dan Alvaro. "Kalian gak apa-apa, Sayang?" tanyanya. Hana hanya mengangguk sembari membelai kepala Alvaro."Mommy, aku takut ..." lirih Alvaro yang makin mengeratkan pelukannya."Masuklah ke kamar, Hana. Tenangkan Alvaro dulu. Dia, biar aku yang urus."Hana mengangguk, ia pun bergegas masuk ke dalam rumah. Sasya masih berusaha mengejarnya, tapi Putra langsung pasang badan menghalanginya. "Takkan kubiarkan kau menyakiti istri dan anakku!" serunya. Dengan amarah yang sedari tadi membuncah."Jangan halangi aku bertemu dengan anakku, Putra! Dia bayi yang sudah kulahirkan dari rahimku!""Kau memang melahirkannya! Tapi apa kau pernah merawatnya dengan baik hah? Kau sudah mebelantarkannya, dan kau inginkan dia sekarang?" Putra menarik tangan Sasya agar menjauh dari rumahnya. "Pergi dari sini! Jangan pernah datang lagi! Alvaro tanggung jawabku! Kau tak usah khawatir, dia takkan kekurangan apapun! SECURITYYY!" "Lepaskan aku, Putra! Lepaskan aku!!" "Lepaskan