Pagi itu seperti biasa Kalea membuat sarapan untuk dirinya dan suaminya yang akan berangkat kerja ke kantor, ia sudah menyajikan menu favorit suaminya seperti biasanya. Key datang dengan wajah datar, seakan ia bosan dengan suasana rumahnya.
"Apa kamu akan pulang terlambat lagi?" tanya Kalea dengan nada lembutnya. "Hem." Singkatnya. Kalea tak heran dengan sikap suaminya yang cuek dan berubah padanya, tapi Kalea sungguh menghindari perdebatannya karena tak mau rumah tangganya hancur atas sikap keegoisannya. Saat akan memulai sarapan tiba-tiba bell rumah mereka berbunyi, segera tanpa menunggu Kalea menuju ke pintu untuk membukakan pintu rumahnya. Plaaaaak! Baru saja membuka pintu rumah sebuah tamparan melayang ke wajahnya, wanita itu menatap Kalea dengan penuh kemarahan. Bukan pemandangan baru bagi Kalea, ia sudah terbiasa di perlakukan oleh Ibu mertuanya seperti ini. "Aku sudah sangat muak memiliki menantu sepertimu! Sudah empat tahun menikah kenapa belum memiliki anak, atau kamu wanita pembawa sial yang tak bisa memberikan keturunan pada putraku huh!" Amarah Ibu mertua Kalea yang selalu saja melampiaskan amarah pada menantunya itu. Kalea hanya diam, ia tak berani berkata-kata karena semuanya percuma tak ada yang mendengarkan dirinya, tak ada yang membela dirinya walaupun suaminya sendiri. Semuanya telah berubah sejak dua tahun lalu, Kalea selalu menjadi sasaran suami atau mertuanya jika ada hal yang menyangkut pautkan tentang keturunan. "Lebih baik aku meminta Kay untuk menikah lagi, dan harus membuang jauh wanita pembawa sial ini jauh dari kehidupannya!" Melangkah pergi meniggalkan Kalea yang tetap terpaku di tempat. Kay hanya menatap istrinya tanpa rasa welas asih, ia tak peduli lagi tentang Kalea wanita yang berstatus sebagai istrinya. Sungguh sangat mengenaskan kehidupan rumah tangganya, wanita itu bertahan di tempat yang begitu menyakiti dirinya bukan hanya batin tapi juga fisik. Wanita paruh baya itu berjalan masuk menghampiri putranya tanpa memperdulikan menantunya, beliau duduk untuk menyantap sarapan pagi yang sudah di sediakan di meja. Sedangkan Kalea berjalan menuju meja makan setelah menutup pintu, ia duduk di sebelah suaminya. "Kay, ibu akan mengatur pertemuan mu dengan putri teman ibu. Kau pasti akan sangat menyukai gadis itu," ujar ibu Kay yang terang-terangan ingin menjodohkan putranya dengan wanita lain. "Tidak, kali ini aku sudah memilih sendiri. Ibu tenang saja, pasti aku akan memiliki seorang anak," kata kay yang tak memperdulikan perasaan istrinya. "Bu-bukankah kamuberjanji untuk tidak menikah atau memiliki anak dari wanita lain selama pernikahan kita utuh," kata Kalea ingin membela dirinya. Kay dan Ibunya tertawa mendengar ucapan Kalea, keduanya menghentikan kegiatannya. Kay menatap ke arah istrinya, "Kita akan bercerai, segera. Karena aku sudah muak denganmu, kamu wanita pembawa sial yang tak bisa memberikan keturunan padaku." Dengan nada dingin. "Dan aku sudah sangat membencimu, tak ada lagi rasa suka atau cinta. Aku sangat menyesal menikahi mu waktu itu, sangat membuang-buang waktu dengan wanita yang tak bisa melahirkan anak untukku," imbuhnya. Deeeeeeg! Kalea sampai menutup telinganya, karena baginya kata-kata itu sangat menyakitkan untuknya walaupun sudah sering kali terdengar. Kali ini ia tak bisa lagi menahan emosinya, ia selalu diam ketika kata-kata itu di ucapkan oleh suami dan orang tuanya. "Cukup!" Teriak Kalea di depan suami dan ibu mertuanya untuk pertama kalinya. "Hei kamu, jangan jadi menantu ku ..." "Jangan panggil aku menantumu lagi Bu, bukankah putramu bilang akan menceraikan ku? Dan Ibu juga bilang sendiri akan mencarikan dia wanita lain yang bisa memberikan keturunan, baik aku terima semuanya. Karena aku sudah cukup menderita dengan hinaan dan sikap kasar kalian yang semena-mena terhadapku, aku akan menerima perceraian ini karena aku juga sudah tahu jika Kay selingkuh dariku. Mengkhianati pernikahan yang sakral," ucap Kalea dengan berani. Kalea bangkit dari duduknya, dan langsung meninggalkan area meja makan. Namun Kay bicara dengan lantang, hingga membuat langkah wanita itu terhenti. "Kamu! Wanita tak tahu di untung, bersyukur aku tak menceraikan mu dua tahun lalu! Bagus jika kau tahu aku selingkuh, aku tak akan menutupinya lagi darimu!" Teriak Kay sembari menatap tajam ke arah Kalea. "Aku tunggu surat cerai yang perlu aku tandatangani." Kalea pergi menuju kamarnya, memang sudah satu bulan ini mereka pisah kamar karena Kay tak mau lagi sekamar dengan istrinya itu. Ibu kay merasa senang karena akhirnya putranya mendengarkannya, bagi beliau Kalea wanita yang tak punya arti apapun karena tak bisa memberikannya cucu. "Cepat ceraikan dia, Ibu sudah tak tahan dengannya. Dan bawa kerumah wanita yang kau maksud tadi, Ibu ingin bertemu." Senyum beliau. "Baiklah, aku akan membawa kerumah nanti. Dan akan aku urus perceraian dulu dengannya, karena aku sudah sangat muak," ujar Kay yang seraya menyimpan kebencian pada istrinya. Sementara itu ... Sementara Kalea berada di kamarnya, ia berada di sudut ranjangnya dimana tengah meredam tangisnya agar suaranya tak terlalu keras. Hati wanita mana yang tak hancur dengan sebuah perceraian dalam rumah tangganya, tapi ia tak mampu lagi menahan semuanya tanpa ada tempat ia bersandar. "Kenapa aku yang selalu mereka salahkan, apa mereka tahu yang sebenarnya. Aku bisa memiliki keturunan, tapi memang Tuhan belum mengijinkan itu padaku. Kenapa hanya aku yang tersiksa disini, kenapa Kay tak mau berjuang bersama." Dengan sesenggukan. "Baiklah jika perceraian yang dia inginkan, karena sudah memliki wanita lain. Tak apa, aku bukan wanita lemah aku hanya terluka oleh pria yang salah," ucapnya lagi. "Tapi bagaimana jika Ayah bangun dan bertanya tentang pernikahanku, apa yang harus aku katakan padanya." Kalea bingung jika Ayahnya pulih nanti, namun hatinya tak bisa berbohong jika ia juga sudah tak ingin bertahan lagi dengan rumah tangga ini. "Ayah, maafkan aku. Maafkan puteri mu ini, aku akan kembali kerumah. Maafkan aku Ayah, Ibu, mungkin aku belum menjadi istri yang baik." Wanita itu bangkit menuju ke kamar mandi, dan membasuh wajahnya dari derasnya air mata untuk beberapa menit lalu. Setelahnya ia mengambil koper besar miliknya, menuju ke arah lemari untuk mengemasi pakaiannya, dan juga beberapa barang miliknya. "Aku tak akan membawa barang yang dia berikan padaku, aku hanya akan membawa barang yang aku beli dari hasil uangku." Mulai mengambil pakaian juga barang-barang miliknya saja, dan meninggalkan pemberian dari Kay selama pernikahannya. Jika ia membawanya pasti sudah jelas Ibu Kay akan mengomel, bahkan bisa merendahkan Kalea dengan kalimat yang sangat menyakitkan lagi. Ia akan pulang kerumah orang tuanya, walaupun di sana lama tak di tinggali atau kosong. Karena Ibu Kalea meninggal satu tahun lalu, sedangkan Ayahnya masih koma dan tengah di rawat dirumah sakit. Kalea adalah anak tunggal, dia tak memiliki saudara atau bahkan keluarga. Karena orang tuanya adalah warga pendatang, dan sedikitpun Kalea tak pernah tahu keluarga dari kedua orang tuanya. Namun ia tak pernah mengeluh sedikitpun tentang kehidupannya, seakan ia menjalaninya seperti aliran air yang mengalir saja. "Baiklah, semuanya sudah beres. Aku akan segera pergi, semakin cepat akan semakin baik." Meyakinkan dirinya sendiri. Dengan pakaian rapih Kalea keluar dari kamarnya, ia menarik koper besar bersamanya. Kay melihat istrinya itu membawa koper, senyum lebar menghiasi bibirnya karena ia senang dengan kepergian Kalea. "Sudah mau pergi, pergilah karena aku tidak ingin melihatmu lagi di sini. Dan akan ada surat perceraian datang kerumah orang tuamu, aku akan melakukannya dengan cepat," ucapnya. "Bagus." Singkat Kalea, tanpa menatap atau menoleh sedikitpun pada suaminya yang tadinya ia kira sudah berangkat ke kantor. Dia lalu mengambil langkah menuju pintu untuk segera keluar dari rumah itu, Kay tak menyangka Kalea setegar itu dengan perceraian diantara mereka. Karena ia pikir hal itu akan semakin menyiksa wanita yang sudah empat tahun menjadi istrinya, tapi sayangnya Kalea menunjukkan ketegarannya. "Dasar wanita pembawa sial! Sudah jelas dia yang mandul dan tak bisa memberikan aku anak, aku harap dia akan menyesalinya. Mana ada pria yang mau dengan wanita yang mandul,huh!" Umpatnya dengan nada kesal setelah kepergian istrinya.Kalea menoleh ke arah suaminya dan wanita yang memanggil sayang pada suaminya, dia curiga jika keduanya memang saling dekat hingga wanita itu memanggil sayang."Kamu mengenalnya?" tanyanya."Iya, dia wanita perusuh. Dulu dia membuatku malu, bahkan mefitnahku sudah melecehkannya. Tapi tidak ada bukti yang valid, jadi dia yang kena hukumannya." Jelas Rigel."Tenang sayang, aku tak akan tergoda wanita manapun. Bahkan aku sangat membenci wanita ini," menunjuk ke arah Mona."Wowo, benarkah? Tapi aku sangat mencintaimu sayang, dan aku akan merebutmu dari istrimu." Dengan berani Mona mengatakan itu langsung di depan Kalea."Jadi kamu sebagai istri sahnya, jangan pernah merasa sudah menang. Lihat saja, perlahan aku akan menarik suamimu ke ranjangku." Dengan berbisik ditelinga Kalea."Oh, benarkah? Lakukan sekarang didepanku, apa kamu mampu?" Memiringkan kepalanya senyuman dingin, dan seolah menantang Mona.Deeeeeg!Mona merasa jika lawannya kini bukanlah wanita yang mudah dijatuhkan, dia perl
Banyak ucapan selamat datang dari berbagai kalangan untuk kehamilan Kalea, bahkan beberapa rekan bisnis Rigel mengirim berbagai hadiah untuk sang istri sebagai tanda persahabatan juga kerjasama mereka yang panjang.Rigel juga di wawancarai tentang istrinya, disini Alora sudah merencanakan sesuatu untuk membuat Kalea terluka. Namun apakah Alora bisa menemukan celah untuk menghancurkan rumah tangga Kalea kembali, atau dia sendiri yang akan hancur."Tuan, ada seorang wanita yang ingin bertemu dengan Anda." Kata Kelvin ragu."Siapa? Aku tak memiliki janji dengan siapapun." Rigel bingung."Tuan, i-itu ..."Belum sempat membritahu wanita yang datang tak ada undangan juga janji menerobos masuk kedalam ruang kerja Rigel, wanita itu tak lain adalah Mona yang pernah mencintai Rigel bahkan bukan cinta melainkan terobsesi."Hai sayang, lama tidak berjumpa. Apa kabar denganmu?" mendekati Rigel yang ada dimeja kerjanya."Kenapa kamu kemari? Mau membuat fitnah lagi? Apa masa lalu tidak cukup membuat
Hari berganti minggu, hingga minggu berganti bulan kini usia kandungan Kalea menginjak empat bulan atau enam belas minggu. Hari ini Rigel memutuskan untuk memberikan kabar bahagia ini pada semua orang, lewat rekaman video bersama sang istri. Keduanya membuat foto maternity juga video untuk dikhususkan memberikan kabar bahagia ini, tentunya RIgel menyasar pada mantan suami Kalea beserta keluarganya. “Tuan, apa harus sekarang saya kirim ke salah satu stasiun televisi?“ tanya Kelvin. “Kirim saja, aku ingin lihat bagaimana reaski Kay dan keluarganya. Dia sudah membuat Kalea menderita selama empat tahun, aku ingin melihat mereka menyesal atas tuduhannya pada Kalea.“ Dengan tatapan dingin menatap ke arah layar. “Baik Tuan, akan saya lakukan seperti `yang Anda inginkan. Dan saya ingin melaporkan ini, hubungan antara istri Kay dan pria yang berstatus selingkuhannya. Pria itu adalah Ayah dari anak si istri Kay, jadi dia bukan darah daging Kay. Istri Kay bernama Alora sepertinya menyembuny
Mereka menoleh lagi bersamaan pada kejutan tersebut, Ibu Rigel merasa tak percaya dia sampai menitikan air matanya."A-apa kamu hamil sayang?" tanya Ibu Rigel yang masih meragukan dengan maksud kejutan dari menantu serta putranya."Iya Bu, aku hamil. Walaupun masih sangat rentan, tapi aku yakin bisa melewatinya. Dokter bilang ini masih terlalu dini, karena kehamilan menginjak minggu ke tujuh." Jelas Kalea."Jadi sebenarnya Kalea sudah tidak bekerja satu pekan, aku memintanya berhenti bekerja dan fokus pada kehamilannya." Timpal Rigel.Tanpa berkata Ibu Rigel dan Tuan Yama langsung memeluk Rigel dan Klasa bergantian, mereka bersyukur karena kehamilan Kalea yang pertama kali. Tak menyangka akan secepat ini, karena rumor yang tersebar tentang Kalea oleh Ibu Kay."Sayang, kamu harus jaga kesehatan. Jika ingin apapaun bilang pada kami, jangan sampai kamu menahan sesuatu." Pesan sang Ibu mertua."Kehamilanmu adalah kebahagiaan untuk kami semua, seperti saat Aurelia hamil anak pertamanya. Te
Kalea begitu sibuk, dia resmi tidak bekerja lagi dikantor suaminya. Dan semua devisinya di pindah ke ruang kantor yang baru, dan tentunya jauh dari dari ruangan Rigel. Kelvin mengangkat seseorang menjkadi ketua tim pengganti Kalea sesuai dengan saran yang diberikan oleh Kalea, karena dia lebih tau siapa yang pantas menggantikannya.Kalea di bantu Clara sahabatnya, karena dia ingin memberitahu keluarga suaminya malam ini. Jadi semua dekorasinya dibuat olehnya sendiri, bibi yang bekrja besama Kalea juga membantu dengan cekatan. Karena beliau tidak mau Nyonya nya sampai terlalu lelah sesuai pesan dari Tuannya Rigel.“Clara, apa semuanya yang aku pesan sudah sesuai?“ tanyanya.“Tentu sudah, sore akan datang. Tapi maaf, sepertinya aku tidak bisa ikut hadir. Aku harus membantu suamiku di restauran, karena besok weekend jadi kami sellau sibuk malamnya.“ jelas Clara.“Tak apa, aku tau. Dan terimakasih sudah mau membantu,” kata Kalea pada temannya.“Oh iya Kalea, apa kamu tidak mau pamer keham
Setelah selesai pemeriksaan, dan mendapatakn beberpa vitamin Ibu hamil akhirnya mereka memutuskan untuk pulang ke rumah dari pada kembali ke kantor. Dalam pikiran Rigel sudah bermacam-macam, dia akan meminta asisten rumah tangga kepercayaannya untuk menjaga sang istri. Dan meminta Kalea untuk berhenti bekerja demi kandungannya, karena dokter sudah memberikan pesan jika Kalea tidak boleh terlalu lelah di trimester pertama.“Sayang, bisakah belikan aku yogurt dan buah kesemek?“ Tanya Kalea, dia menginginkan buah kesemek.“Tentu, kita berehnti di supermarket. Apa ada lagi yang ingin kamu beli?“ tanya rigel penuh perhatian seperti biasanya, namun kini dia akan lebih over perhatian karena menjaga dua nyawa sekaligus.“Tuan, jangan lupa susu untuk Ibu hamil.“ kelvin mengingatkan hal yang penting.“Astaga, hampir saja aku melupakannya. Terimakasih Kelvin,” ucapnya.“Sama-sama Tuan, sebaiknya Anda menulisnya agar tidak lupa.“ Meledek Rigel.“Suka kali kamu meledekku, aku tidak akan lupa.“ Teg