Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier (19)Permintaan Gila Mantan Suamiku (2)Aku tersentak. Dadaku bergemuruh. Bila kuikuti egoku, aku ingin segera meraih benda itu dan kulempar ke tong sampah. Nyatanya aku tak tega, melihat bagaimana kedua anakku terlihat menyukai mainan barunya. Tanpa menunggu lama, segera kudekati ibu yang duduk tak jauh dari kami. Matanya menatapku penuh tanya. "Bu, Mas Galih tadi ke mari?" tanyaku sambil menjatuhkan bobot di sampingnya. Ibu menoleh dan mengangguk. Aku menarik napas cukup dalam, berharap sesak di dalam sana lekas terurai. "Sendiri?" lanjutku. "Iya," jawab ibu. Awalnya aku ragu, menyampaikan atau tidak maksud kedatangan keluarga Mas Galih ke tempat usahaku tadi siang. Tetapi kupertimbangkan dengan cepat, aku menceritakan detail kejadian tadi siang. Aku tidak ingin Mas Galih mendapatkan peluang untuk mengambil anak-anakku. Kurasa aku membutuhkan bantuan ibu, mengingat Mas Galih pasti akan sering ke mari saat aku sedang mengawasi warung makank
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karir ( 20 ) Pak Rafli[ Kudengar Soraya bertengkar hebat di rumah orang tuanya. Bahkan suaranya terdengar cukup jelas, kurasa ada hal buruk menimpa keluarga itu] Aku menarik sudut bibir, tertawa sinis dan miris dalam waktu bersamaan. Meski tak mengamini kalimat Melda, nyatanya ada kelegaan tersendiri mendengar keburukan menimpa keluarga para pecundang itu. Akhirnya kuputuskan meminta tolong Melda untuk menyelidiki apa yang terjadi dengan Soraya. Bukan ingin mengetahui urusan orang lain, hanya saja ini menyangkut anak-anakku.Kuceritakan pula tentang keinginan Mas Galih yang ingin mengambil Zoya dari pengasuhanku. Menurut Melda, hal itu tidak bisa dilakukan mengingat Zoya masih berusia di bawah dua belas tahun. Anak korban perceraian yang masih di bawah umur akan diasuh ibunya. Kecuali, didapati kenyataan bahwa sang ibu tidak dapat memenuhi hak-hak anak atau bahkan melakukan tindakan amoral yang bisa memberikan dampak buruk bagi perkembangan anak. M
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier (21)Pak Rafli (2)"Mbak. Pagi-pagi sudah ada yang ngapel. Edaaann emak-emak satu ini!" ledek Putri saat aku memarkirkan motorku di parkiran karyawan. Aku yang masih menggunakan mantel menatapnya bingung. Anak itu berlalu sambil cengengesan. "Mbak Vinda." Aku celingukan mencari arah sumber suara. Kupastikan mataku tak salah melihat. Pak Rafli duduk di meja yang letaknya di ujung dekat wastafel. Dia melambaikan tangan ke arahku membuatku cepat mendekat. "Saya tunggu dari tadi, Mbak." Kalimatnya membuatku tersenyum sungkan. "Lho, Pak Rafli. Ada yang bisa saya bantu?" tanyaku pada laki-laki itu. Aku menarik kursi di depannya. Senyum laki-laki itu mengembang. "Saya hanya mampir kebetulan lewat sini. Sambil memastikan Anda baik-baik saja setelah kejadian semalam, Mbak," ucap laki-laki di depanku. Entah apa yang terjadi, aku agak canggung dengan perlakuannya. Bukankah tadi malam sudah kujelaskan bahwa tak ada masalah apa pun? "Saya baik-baik saja,
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karir ( 22 ) Fakta Mencengangkan Hari ini aku berjanji bertemu Melda melalui pesan di aplikasi hijau. Beberapa kali kami gagal bertemu karena kesibukan masing-masing. Aku tak sabar bertemu dengan anak itu. Selama ini kami hanya berhubungan melalui dunia maya. Saat aku berada di balik meja kasir, seseorang kuhapal suaranya memanggil namaku. Aku segera menemui dan memeluk Melda dengan sangat erat. Sahabatku semasa kuliah itu terlihat makin berseri. Rambutnya yang dicat fresco itu nampak sangat sesuai di wajahnya. Terakhir bertemu dengannya beberapa bulan sebelum aku berpisah dengan Mas Galih. Kalau tidak salah kami bertemu di pernikahan Siska, teman kuliah kami juga. Kulihat Melda memindai tubuhku dari atas sampai bawah. Matanya menyipit tajam melihat penampilanku kali ini. Siap-siap kudengar dia mengoceh mengomentari penampilanku. Mulutnya memang sangat tajam, meski kutahu itu karena bentuk kepeduliannya. "Memang kalau sudah jadi ibu benar-benar ngga
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier (23)Fakta Mencengangkan (2)Sebelumnya, aku tak pernah ingin tahu bahkan mengulik urusan pribadi orang lain. Tapi kini, aku benar-benar penasaran mengapa orang seperti Mas Galih dan keluarganya tidak mengetahui bagaimana wajah asli wanita pilihan mereka itu. Dari cerita Melda, aku akhirnya tahu bahwa Soraya adalah 'gadis rusak' dari semenjak sekolah menengah atas. Beberapa kali dia pindah sekolah karena orang tuanya yang tak kuat menanggung malu akibat tingkah liar putri mereka. Orang tua Soraya adalah orang terpandang yang ayahnya menjabat staf pemerintah kabupaten tempatku tinggal. Ibunya menuruni bisnis hotel keluarga milik kakek dan nenek Soraya. Memang jika dibandingkan denganku yang hanya anak pemilik toko kecil di sudut pasar, tentu tidak berarti apa-apa. Tapi kini, aku tak akan membiarkan wanita itu menginjak-injak harga diriku. Fakta bahwa moralnya tak lebih baik dariku membuatku yakin bahwa Mas Galih dan keluarganya akan kehilangan m
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karir ( 24 ) Perdebatan (1)[ Vinda, Bapak akan ke rumahmu sore nanti. Sebaiknya kita bicarakan masalah ini bersama, dengan kepala dingin ] Kembali pesan masuk ke gawaiku melalui aplikasi hijau. Kali ini bukan dari Mas Galih, melainkan dari Pak Tanu, mantan bapak mertuaku. Baiklah. Mulutku sudah gatal untuk mengoyak sifat sombongmu yang sangat kuat, Pak. ***Kulipat mukena setelah selesai sholat ashar di mushola kecil di sudut restoranku. Aku sudah berkata pada Putri akan pulang lebih awal hari ini. Putri yang sudah tahu mengenai urusan runyamku dengan keluarga mantan suami langsung sigap kutugasi menghandle urusan restoran hingga tutup jam sembilan malam nanti. Aku sudah memberitahu perihal kedatangan mantan bapak mertuaku pada ayah dan ibu. Sudah kujelaskan pula keinginan pihak Mas Galih mengenai Zoya. Kulihat ayah yang biasa mampu meredam emosi, tadi pagi terlihat sangat marah. Gurat-gurat di wajahnya bahkan terlihat sangat jelas. Kutepikan moto
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier (25)Perdebatan (2)Kulihat kedua orang tua Mas Galih duduk berhadapan dengan ayahku. Sedangkan ibu bermain dengan Zoya yang tak henti-hentinya berjalan kesana kemari. Kulihat dua buah kardus pizza ukuran jumbo tergeletak di atas meja tamu. Kurasa mantan mertuaku sengaja membelikannya untuk cucu mereka. Sayangnya mereka lupa atau bahkan tak tahu anak-anakku alergi dengan sosis yang sering dijadikan toping dalam makanan tersebut. "Siapa yang mengantarmu, Vin?" tanya Bu Mirna. Aku yang baru duduk langsung menjawab pertanyaannya. "Teman, Bu." Jawabanku membuatnya mengangguk tanda mengerti. Tak lama, kulihat Pak Tanu menegakkan punggungnya. Aku bersiap, laki-laki itu pasti akan memulai serangan pertamanya. "Begini, Vin. Maksud kedatangan kami kemari ingin meneruskan pembicaraan tempo hari. Kami harap kamu tak egois dengan menahan Zoya tinggal bersamamu. Ingat, Galih juga orang tuanya. Tolong, lepaskanlah Zoya. Biarkan kami merawatnya. Kami bisa ja
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karir ( 26 )Zoya Akan Tetap Bersama Kami (1)"Kalian pikir Zoya barang yang bisa ditukar uang? Tolong, Bapak dan Ibu berpikir selayaknya manusia sebelum mengucap sesuatu hal. Pertanyaan Vinda tadi belum dijawab, mengapa tak kalian minta istri Galih melahirkan anak mereka?" tanya ayah pada mantan mertuaku lagi. Ayah menaikkan suaranya yang menyiratkan kemarahan. Lagipula siapa yang akan tahan menghadapi manusia tak tahu diri seperti mereka? "Apakah Soraya tak mau merawat anak, tak pantas punya anak atau … memang tak mampu punya anak?" Pertanyaan ayah berhasil membuat wajah kedua manusia sombong itu pucat. Bibir mereka bergetar menahan gejolak emosi akibat sindiran itu. "Apakah kali ini kalian salah lagi memilih menantu?" "Apa maksud Anda berkata demikian?" Pak Tanu mengacungkan telunjuknya pada ayah. Terlihat sekali dia amat tersudut dengan pertanyaan ayah tadi. "Selama ini saya diam mengetahui perlakuan kalian berdua terhadap anak saya selama menja