Share

BAB 9

Author: Yuli Sutarni
last update Last Updated: 2022-08-10 13:50:03

BAB 9

Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier

Bertemu Mantan (2)

Aku mendorong troli dan melewati display susu di sebuah swalayan. Kuambil dua karton susu UHT untuk si kembar. Kualihkan langkah ke arah makanan bayi untuk Zoya. Beberapa dus pasta khusus untuk bayi kupindahkan ke troli di depanku. Aneka puff juga kuambil, mengingat gigi Zoya yang mulai tumbuh membuatnya sedang aktif-aktifnya menggigit sesuatu. 

Langkahku terhenti saat melihat sejoli mantan pasangan selingkuh itu tengah asyik bercanda sambil memilih snack ringan. Hatiku berdesir saat melihat barang belanjaan mereka yang kebanyakan bukan bahan makanan pokok. Hanya makanan-makanan ringan yang tentunya kalah penting dengan kebutuhan anak-anak. 

Kutegakkan tubuhku agar tak terlihat menyedihkan. Tak ada lagi duka yang harus diingat. Aku hanya butuh mental yang kuat agar tak terpancing emosi melihat ketidakadilan di sini. Aku berjalan dan pura-pura tak melihat mereka disini. 

"Wah… bisa belanja banyak juga ya?!" tanya Soraya dengan wajah meremehkan. Pakaian dan riasan yang dia kenakan terlalu 'niat' hanya dipakai untuk berbelanja. Suaranya yang kencang membuat beberapa pengunjung mulai memperhatikan kami. Tak ada niat untuk membalas kalimatnya. Aku tetap sibuk dengan pilihan yang ada di depanku. 

"Jangan bilang minta uang ke suamiku!" imbuhnya dengan pongah. 

Uang suamiku? Aku menghembuskan napas dengan kasar. Aku jengah, apalagi mulai terdengar kasak kusuk di belakangku. 

"Uang suamimu? Memangnya cukup untuk membeli kebutuhan anak-anaknya? Bukankah selama ini dia bilang uang gajinya kamu kuasai hingga tak ada sisa?" Pertanyaanku membuat wajah Soraya pucat. Mas Galih terlihat menahan malu. Istrinya yang cantik masih kurang cerdas berhadapan denganku. Bahkan dengan mudahnya dia mempermalukan diri sendiri. 

"Apa kau bilang?" 

Wajah cantik itu menampilkan mata yang hampir mencolot keluar. Aku tak peduli jika kalimatku akan membuat banyak pasang mata tertuju pada kami. Lagi pula Soraya dulu yang memulainya. Aku hanya menanggapi apa yang wanita itu lakukan. 

"Tenang. Tak perlu kuminta nafkah anak-anak pada suamimu itu. Aku tahu berapa gaji pegawai negeri yang istrinya adalah pemuja kemewahan. Aku tak akan menjatuhkan harga diri demi uang tak seberapa itu. Bahkan uang penjualan rumah tak ada yang masuk ke rekeningku sama sekali. Kalau tidak salah… kau gunakan juga untuk membeli kado motor mewah untuk istri barumu. Atau...pergi berlibur satu keluarga ke Pulau Bali? Menginap di hotel mewah yang semakin menguatkan anggapan orang bahwa kalian adalah keluarga bahagia dengan harta berlimpah? Menghabiskan waktu di tepi pantai tanpa memikirkan uang apa yang kalian gunakan? Rumah yang kalian jual itu hasil kerja keras kami berdua. Dan kalian menolak memberi bagian untukku. Apakah seluruh keluarga terhormat memiliki tingkah seperti kalian?" Mas Galih membelalakkan mata. Mungkin dia tak percaya aku mengetahui semua itu. Bahkan dengan rinci menyebutkan agenda mereka di Pulau Dewata. 

"Jangan ngarang. Aku beli sendiri dari uang tunjangan sertifikasiku. Aku punya penghasilan yang cukup besar, tak perlu mengemis pada suamiku untuk membelikan sebuah motor. Memangnya kamu! Dan soal liburan kami ke Pulau Bali, itu adalah hadiah dari mertuaku. Ini adalah bentuk rasa syukurnya karena mendapatkan menantu yang selama ini mereka inginkan!" 

"Wah…Wah… Bagaimana kalau orang-orang tahu bahwa statusmu waktu itu hanya status palsu? Jadi kamu membeli motor itu sendiri menggunakan uangmu, tetapi kau katakan bahwa itu hadiah dari suamimu. Biar apa? Biar semua orang tau, kalau suami hasil malingmu itu perhatian dan sayang padamu? Menyedihkan sekali hidupmu. 

Dan soal kado dari mertuamu, coba telusuri dengan baik. Darimana uang yang dia gunakan itu. Apakah murni uang mereka, atau uang hak anak-anakku!" Soraya meremas troli di depannya. Mas Galih menatap nyalang, bersiap memuntahkan amarah jika tak ingat dimana dia sekarang. 

"Cukup, Vin!" Mas Galih akhirnya bersuara. Kutatap wajah yang selalu kukasihi beberapa waktu lalu. Rahangnya mengeras, menyiratkan kemarahan yang amat besar. Jika dulu aku begitu takut saat dia menampilkan emosi seperti ini, kini justru aku menyukainya. Aku ingin tahu sebesar apa nyalinya ribut denganku di depan umum. 

"Kau keterlaluan, Vinda!" teriak laki-laki itu. 

"Tak perlu berteriak. Tadinya aku tak ada niat untuk mengusik kalian. Bahkan dengan berbesar hati aku tak ingin membuat keributan karena pasti kalianlah yang akan berada di posisi memalukan. Hanya saja istri barumu ini tak bisa diam. Mulutnya tak bisa dikondisikan dengan benar. Rasanya dia tak punya malu barang secuil pun, hingga berniat mempermalukanku padahal sekujur tubuhnya penuh dengan b*rok menjijikkan." 

"Vinda. Aku minta maaf, tolong segera pergi dari sini!" Kalimat Mas Galih melemah. Ucapan permohonan maafnya membuat istrinya bereaksi keras. 

"Mas.Kok minta maaf, dia yang salah kok minta maaf!" ujar Soraya sambil merajuk. Menjijikkan sekali tingkahnya. 

"Lihatlah. Bagaimana wanita yang menyebut dirinya berkelas bahkan tak punya rasa malu sama sekali." Aku mendecih sinis. Kudorong troli hingga tepat persis di sampingnya. 

"Belum juga hamil, Soraya? Kukira kalian cepat-cepat mendepakku karena kamu sudah terlanjur hamil. Ternyata belum ya?" Pertanyaanku sukses membuat mereka terdiam. Makin banyak orang yang mendekati kami. Tak kubiarkan aku menjalani peran yang menyedihkan lagi sekarang. 

"Kudoakan lekas hamil, kudoakan pula kamu tak perlu merasakan sakitnya terusir sambil mendekap bayi tiga bulan di pelukanmu!" 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Azizah Dullah
...️...️...️...️...️
goodnovel comment avatar
Ochinae Kinah
Vinda gitu dong tegas n berani buat bikin malu mantan + istri barunya , klu mmng kenyataannya sprt itu . Ttp semangat vinda smg usahamu maju n berkembang .........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 231 PERNIKAHAN

    PERNIKAHAN Pernikahan yang cukup sederhana itu digelar di halaman belakang rumah Soraya yang megah. Tak ada pesta seperti kebanyakan orang dari kalangan atas, kali ini yang terlihat justru kesakralan yang tidak dapat disangkal oleh siapapun. Soraya mengenakan baju pengantin berwarna putih dengan penutup kepala yang terlihat cantik menutupi rambutnya. Wanita itu tersenyum hangat pada kerabat yang datang menemuinya untuk memberi selamat.Tak ada keangkuhan sama sekali dari wajahnya. Wanita itu seolah terlahir sebagai sosok yang baru dalam kehidupannya. Sang Ibu, berkali-kali menyusut air mata yang mengalir tanpa henti di pipi. Dia tak menyangka anaknya akan menemukan tambatan hati dengan cara yang tak terduga sebelumnya.Laki-laki yang kini duduk sambil menggenggam tangannya itu pun terlihat bahagia. Salman, laki-laki yang merupakan teman sekolah anaknya saat duduk di bangku SMA itu ternyata diam-diam menyimpan perasaan khusus pada Soraya. Dokter yang pernah merawat luka-luka Soraya sa

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 230 SALMAN

    SALMAN "Apakah aku menganggu?" "Langsung saja. Kau membuntutiku? Bagaimana bisa kau tahu aku di sini sedangkan aku tak memberitahu siapapun." Kuberanikan membalas tatapannya. Aku ingin mendengar jawaban darinya. Kota ini luas. Amat luas. Itulah yang membuatku yakin bahwa pertemuan kami kali ini bukanlah sebuah kebetulan. Amat sangat dipaksakan jika aku percaya seandainya Salman beralasan bahwa kedatangannya ke kafe ini hanya sebuah kebetulan semata. "Aku tidak suka dibuntuti seperti ini. Jangan beralasan bahwa kedatanganmu kemari hanya sebuah kebetulan. Aku tidak sebodoh itu ,dokter Salman." Sengaja kutekan kata 'dokter Salman' di akhir kalimatku. Kami memang berteman sudah cukup lama. Meski selepas Sekolah menengah atas aku tak pernah tahu lagi bagaimana kabarnya. Pertemuan kami diawali kembali sejak dia sudah bertugas sebagai seorang dokter di rumah sakit yang kudatangi. Sejak itulah aku seringkali bertemu dengannya. "Kenapa tak balas pesan dariku? Kau hanya membacanya tanpa be

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 229 MENEPI

    MENEPI Perceraian Ayah dan Ibu membuat kabar mengejutkan semua orang. Siapa yang tak mengenal ayah, dia anggota dewan yang cukup disegani di kota ini. Bahkan dia sudah bersiap mencalonkan di bursa pemilihan kepala daerah tahun besok. Berita tersebut mewarnai pemberitaan lokal kota ini. Aku tak ambil pusing lagi. Penghianatan Ayah sudah tak bisa dimaafkan. Bagaimana dia setelah ini, aku berusaha tak peduli. Itu urusannya bersama Linda. Wanita yang dia gadang-gadang sebagai wanita idaman yang sesuai dengan impiannya. Aku hanya berkewajiban menjaga Ibu agar kejiwaannya tidak terguncang akibat perceraian ini. Sementara hidupku, aku sudah mulai menerima kenyataan bahwa sekolahku sungguh berbeda dengan sekolahku sebelumnya. Aku terbiasa melihat anak-anak berlarian saat guru sudah ada di dalam ruangan.Aku mulai berdamai dan bertekad memperbaiki hidupku. Aku belajar dari kesalahan-kesalahanku. Aku tak ingin mengulangi semua itu. Sekali waktu aku masih mendengar bagaimana kabar orang-ora

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 228 DUKUNGAN

    “Apapun itu, Soraya. Aku tetap mendukungmu untuk meminta kedua orangtuamu berpisah. Mereka tak akan menjadi keluarga yang utuh, terlebih ayahmu amat menyayangi wanita itu. Ada anak pula di antara mereka. Aku hanya kasihan pada ibumu jika terus-menerus bertahan dalam pernikahan yang sudah tak sejalan.” Akhirnya Kiran mengurai pendapatnya yang sama denganku. Wanita itu menatapku lekat-lekat. “Dukunglah ibumu, Soraya. Kau memang gagal menjadi wanita dan istri yang baik, tetapi aku yakin kau tak akan pernah gagal menjadi anak yang baik untuk kedua orangtuamu.” Hatiku bergetar mendengar kalimat bijak Kiran. Benar, aku memang sudah gagal menjadi seorang wanita. Aku gagal menjaga dan mempertahankan harga diri. Saat menjadi istri Mas Galih pun aku jauh dari kata sempurna. Aku pun mendapatkannya dengan cara yang amat hina. Bodohnya lagi, aku pun mengulangi hal yang sama terhadap Mas Arya dan Mbak Cintya. Aku berusaha menghancurkan rumah tangga mereka meski awalnya aku tak berniat sampai ke

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 227 RAHASIA LINDA

    Aku sudah mewanti-wanti pada ARTku agar tak memberi akses Ibu keluar rumah dengan alasan apapun. Dari semalam wanita itu bungkam tak menjawab semua pertanyaan dariku. Aku sungguh khawatir dia akan melakukan hal yang membahayakan dirinya lagi. Aku juga khawatir dia tengah menyiapkan rencana untuk membalas dendam pada Ayah dan istri mudanya. Kupakai sweater warna coklat yang kurasa cocok dengan acara pertemuanku dengan Kiran sore ini. Rintik hujan di luar tak menghalangi niatku untuk untuk segera bertemu dengan temanku itu. Beberapa saat yang lalu Kiran sudah mengabari bahwa dia sudah sampai di kafe baru yang sudah kami sepakati. Ada hal yang sudah kutugaskan untuknya dan kali ini saatnya dia memberikan laporan. Segila apapun dia, aku tahu untuk hal-hal tertentu dia cukup bisa diandalkan. Tak butuh waktu lama, aku sudah berhasil sampai di parkiran kafe. Entah efek gerimis yang membuat beberapa orang malas keluar atau memang kebetulan sedang sepi hingga membuatku tak perlu mencari pa

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 226 PERTOLONGAN SALMAN

    Salman membantuku membawa Ibu ke mobil. Laki-laki itu sigap saat melihat Ibu terlihat lemah tak berdaya setelah pengusiran yang dilakukan Ayah. Tadinya aku hampir meledak menanggapi kata-kata kasar dari Ayah untuk ibuku. Tetapi kesadaranku bahwa rumah sakit ini butuh ketenangan, aku mengurungkan niatku. Apalagi Ibu memang pihak yang bersalah dalam hal ini. Semarah apapun dia,tak seharusnya dia menyerang Linda dan mengacau di tempat anak wanita itu dan ayah dirawat. "Pastikan dia aman di rumah dan tidak bepergian. Ayah khawatir dia akan mengulangi hal ini. Ingat, Soraya. Mudah sekali pencari berita menjadikan ini sebagai bahan untuk gorengan mereka di media. Ayah tak akan memaafkan Ibumu jika hal ini sampai terjadi." Aku menghentikan langkah dan memutar tubuhku. Kubiarkan Salman mengambil alih wanita itu dan membawanya keluar terlebih dahulu. "Ayah, tidakkah Ayah sadar orang yang tengah Ayah bicarakan adalah ibuku? Dia istri ayah. Istri pertama Ayah. Dialah wanita yang menemani pe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status