“Belakangan ini tekananku juga besar. Kamu malah nggak mengizinkanku untuk main di Mindara?” ucap Lillia dengan acuh tak acuh.“Oke, main sana. Kamu nggak usah khawatirin masalah di sini.” Moonela juga tidak bertanya lagi. Lagi pula, dia tahu Lillia bisa menjaga dirinya dengan baik.Pada saat ini, Lillia mendengar suara Louis, dia pun langsung memutuskan panggilan.Astaga!….Setibanya di bandara Mindara, Lillia melihat Frederick yang menggoyangkan kipasnya dari kejauhan.Bulan Maret di Mindara sangatlah panas. Jika dibandingkan dengan cuaca di ibu kota, boleh dikatakan satunya adalah musim panas dan satunya lagi adalah musim dingin.Lillia meletakkan jaket putihnya di atas lengan sembari berjalan ke sisi Frederick. Dia berkata dengan kepanasan, “Tempatmu ini panas sekali. Baru bulan Maret saja, kenapa malah mirip seperti musim panas?”“Kamu datangnya nggak tepat pada waktunya. Beberapa hari ini suhu berkisar di antara 28-29 derajat Celsius. Minggu depan suhu baru akan turun ke sekitar
Setelah panggilan diakhiri, Frederick mengingatkan Claude dengan tidak puas.“Yang cepat! Dia sudah menunggu dari tadi!”Claude terpaksa menyerahkan terusan krim kepada pramuniaga. “Yang ini dibungkus juga.”Selesai membeli pakaian, Frederick spontan menyindir, “Tingkat estetikamu memang nggak bisa diandalkan. Gimanapun, Bu Lillia adalah seorang desainer, kamu malah beliin pakaian kampungan seperti ini buat dia.”“Kenapa kamu nggak bilang sewaktu di toko tadi?” Claude memiringkan matanya.Frederick mendengus. “Sepertinya pendapatku nggak berguna? Semua yang aku pilih nggak kamu terima. Jangan-jangan kamu cemburu?”Claude tidak menghiraukannya. Dia melempar kantongan belanjaan ke diri Frederick. “Antarkan pakaian ini sana. Mobilmu aman untuk sementara ini.”“Apa? Sementara? Sepertinya kamu bukan manusia!” Frederick emosi hingga mengentakkan kakinya.Claude tidak meladeninya, lalu berjalan pergi.Frederick memaki sesaat, baru bergegas mengantar pakaian untuk Lillia.….Ketika Lillia mene
Seketika muncul bekas telapak tangan di atas kaki putih Claude.Claude menunduk untuk melihat sejenak, lalu berkata, “Tenagamu besar juga.”Begitu membalikkan tubuhnya, Lillia bisa langsung melihat Claude. Hanya saja, dia tidak bersedia untuk melihat Claude. Jadi, Lillia memilih untuk membelakanginya.Frederick mencari kru yang bekerja untuk memindahkan meja. Claude juga pergi membantunya.Saat ini, Frederick berbisik kepada Claude. Sebenarnya Lillia merasa penasaran, hanya saja dia tidak bisa mendengar percakapan mereka sebab suara ombak terlalu besar. Suara mereka pun ditutupi ombak.Setelah meja dan kursi sudah dipersiapkan, Claude memanggil Lillia, “Ayo ke sini, pesan makanan dulu.”Lillia membangkitkan tubuhnya dengan malasnya. Ketika kepikiran kemungkinan pakaian yang dikenakan adalah hasil pembelian Claude, dia pun merasa ada yang aneh.Setelah duduk di depan meja, Lillia mengambil buku menu, lalu membukanya. Tetiba Lillia merasa syok ketika melihat harga makanan di atas buku me
Claude menyambung, “Maksudku setidaknya butuh uang 600 miliar, bisa jadi lebih.”Frederick melihat Lillia dengan tersenyum getir. “Aku cuma punya uang 100 miliar saja. Semua itu adalah seluruh simpananku, Kak.”Jujur saja, Lillia sungguh sebal dengan Claude yang suka ikut campur. Dia memelototi Claude, lalu berkata, “Apa bisa kamu jangan takuti dia?”“Aku nggak lagi takuti dia. Periwinkle adalah merek legendaris yang pernah terkenal dulu. Tanpa uang sebesar itu, kamu nggak akan bisa mengakuisisinya.” Usai berbicara, Claude menyesap alkoholnya.Lillia mengerutkan keningnya dan tidak berbicara.“Apa kamu mesti mengakuisisi Periwinkle?” tanya Frederick yang merasa sakit hati.Seandainya Frederick memberikan semua uangnya kepada Lillia, dia pun tidak memiliki simpanan lagi. Frederick memang masih bisa hidup senang-senang, tapi bagaimana dengan koin gimnya? Biasanya dia akan menghabiskan setidaknya miliaran dalam gimnya. Seandainya teman-temannya tahu dia tidak memiliki uang untuk membeli k
“Tentu saja sudah. Aku bahkan membelikan busana untuk temanku. Tenang saja, aku sudah berkontribusi besar dalam pembagian dividenmu!” Frederick memang jago menghamburkan uang.Lillia menepuk-nepuk pundaknya. “Terima kasih atas kontribusimu.” Lillia memang berbicara seperti ini, tetapi dia sendiri juga tidak tahu berapa besar dividen yang akan dia dapatkan dalam gim ini.Biasanya Lillia jarang membaca laporan keuangannya. Semuanya dikelola oleh Moonela.“Nggak usah berterima kasih. Sekarang kamu sudah tahu seberapa besar makna dari membeli koin, ‘kan?” Frederick malah merasa bangga.Lillia merasa sulit untuk mengomentarinya. Hanya saja, hobi orang kaya memang adalah menghambur-hamburkan uang.Lillia kembali menyandarkan tubuhnya di atas bangku panjang. Dia sedang mendengar suara ombak dengan santainya, berencana untuk tidur siang sejenak.Frederick yang sedang bersandar di bangku juga tak berhenti mengoceh, “Gimana kalau kamu main bareng aku? Aku akan isi koin 2 miliar buat kamu. Gim in
Frederick menunduk, lalu membaca komentar di layar ponsel. Emosinya seketika membara.“Sejak kapan Lorraine mendesain kostum khusus buat aku? Sembarangan saja!”[ Jangan berdalih lagi. Tadi kamu sendiri yang bilang mereka itu majikanmu, itu berarti kamu itu bawahan mereka berdua. ][ Iya, benar, bukannya kamu buka siaran langsung demi kedua pasangan bisa tidur nyenyak. Kamu itu hanya seorang bawahan. Mereka habisin duit buat rekrut kamu jadi bawahan mereka. ]“Bukannya aku sudah bilang masalah nggak seperti yang kalian kira. Lagi pula, Claude dan Lillia juga bukan pasangan. Sejak kapan mereka berdua mengumumkan mereka sudah bersama? Kalian jangan asal bicara!” Saking emosinya, kepala Frederick terasa sakit.“Memangnya kalau nggak umumkan, kami bukan pasangan lagi? Ada banyak orang yang menyembunyikan hubungan mereka,” balas Claude dengan perlahan.Frederick menarik napas dalam-dalam. “Aku akhiri dulu siaran langsungnya. Nanti malam baru lanjut lagi!”[ Ternyata bawahan lagi sakit hati.
Lillia kembali ke perusahaan. Dia menyadari ternyata Moonela sedang bekerja. Lillia mengangkat-angkat alisnya, lalu mendekati Moonela dengan niat tersembunyi.Saat ini, Moonela sedang sibuk mengutak-atik laptopnya. Dia juga sudah mendengar ada yang membuka pintu. Hanya saja, dia mengira asisten datang untuk mengantar dokumen saja.Saat Lillia bersandar di meja kerja Moonela, tubuhnya spontan merinding. “Kamu kagetin aku saja. Liburanmu cuma 2 hari saja?”“Masih ada yang perlu disibukkan besok.” Kedua mata Lillia berkilauan. Dia menatap Moonela sembari berkata, “Selama aku nggak ada di sini, gimana perkembangan kamu dengan Louis?”“Masih di tahap ranjang. Apa mungkin aku bisa hamil hanya dalam waktu 2 hari ini?” balas Moonela dengan blak-blakan.Lillia hampir saja tersedak. “Apa kalian menggunakan alat kontrasepsi?”“Sudah makan obat. Kamu tenang saja.” Moonela tersenyum. “Dia sudah segede itu, tapi masih pertama kali, nggak ada pengalaman.”“Sudahlah, aku nggak ingin dengar secara rinc
Lillia tidak berbicara. Dia harus menunggu perbincangan Claude dengan Periwinkle besok. Moonela menyadari Lillia tidak berbicara. Dia pun berkata, “Kita bicarakan lagi setelah nominal pajak yang harus disetorkannya keluar. Sekarang kita makan di rumahmu, ‘kan? Untuk apa bahas masalah pekerjaan?”Louis tersenyum tipis. “Oke, kita jangan bahas masalah pekerjaan lagi.”Mobil melaju beberapa saat, lalu berhenti di depan lampu merah. Pada saat ini, tetiba Lillia berkata, “Aku suruh Moonela untuk memasang kamera tersembunyi di kamar Kelly. Aku sudah berpikir selama 2 hari ini. Aku merasa perbuatanku ini nggak benar.”Louis masih belum merespons.Moonela menatap Lillia dengan sangat kaget. Dia sungguh tidak menyangka Lillia akan menanggung akibat dari perbuatannya. Dia menggigit erat bibirnya, menoleh menatap Lillia dengan tatapan bingung.Louis terdiam beberapa saat. Setelah lampu hijau, Louis baru bertanya pada Lillia, “Apa kamu masih punya bias dengan Kelly?”“Gimana aku menjelaskannya ya