Share

Bab 6

Claude melihat surat cerai dan beberapa kartu di tangannya, hatinya menjadi gusar. Awalnya dia mengira Lillia hanya marah sesaat, tak disangka wanita itu ternyata berani melakukan hal seperti ini!

"Kamu serius?" tanya Claude sambil menahan amarahnya.

Lillia mengangkat alisnya dengan tak acuh, "Tentu saja serius. Setelah tanda tangan, kita cari waktu untuk mengurus berkasnya."

Claude memandang istri yang berada di hadapannya ini dengan lekat-lekat. Dalam tiga tahun pernikahan ini, Lillia adalah Nyonya Hutomo yang sangat baik. Dia selalu bersikap patuh dan memperlakukan keluarga Claude dengan baik. Terlebih lagi, dia sangat baik terhadap Claude. Namun, kini wanita itu seolah-olah jadi orang yang berbeda.

Melihat ekspresi Lillia yang mulai tidak sabaran dan nada bicaranya yang ketus, kelihatannya Lillia memang sudah tidak sabar ingin meninggalkannya. Claude merasa sakit hati. Dia menarik kembali pandangannya, lalu berjalan ke ruang tamu. Setelah itu, dia berkata, "Nggak usah cari waktu lagi, jam 9 besok pagi kita ketemu di depan kantor catatan sipil."

Lillia tadinya mengira dirinya sudah melakukan persiapan mental. Namun saat benar-benar menghadapi hal ini, Lillia baru menyadari betapa perih hatinya. Setelah itu, entah bagaimana Lillia akhirnya kembali ke studio. Dia berbaring di atas ranjang, lalu merasakan lambungnya yang mulai kesakitan.

Lillia berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan semua makanan dan minuman, tetapi lambungnya tetap tidak merasa baikan. Sebaliknya, maagnya malah semakin parah. Lillia memang punya sakit maag selama ini.

Setiap kali kambuh, rasa sakitnya sangat dahsyat. Mungkin karena sudah lama tidak kambuh, dia sudah lupa dengan rasa sakit tersebut. Bahkan saat keluar dari rumah pun dia tidak mengambil obatnya. Berjalan dari kamar mandi hingga ke ranjang, punggung Lillia bercucuran keringat dingin. Dia menahan rasa sakit sambil menelepon Moonela.

Di sisi lain, Moonela sudah tertidur pulas. Dia sama sekali tidak mendengar ponselnya berdering. Karena khawatir akan terus kesakitan seperti ini, Lillia akhirnya menelepon Claude setelah ragu-ragu sejenak.

Pada panggilan pertama, tidak ada yang mengangkat teleponnya. Saat panggilan kedua, baru terdengar suara yang sangat lembut menjawab telepon itu. Dari suaranya, jelas sekali ini adalah Nikita. "Halo, dengan siapa?"

Saat di rumah tadi Claude masih seorang diri. Baru berselang tidak lama saja pria itu sudah bersama Nikita. Lillia merasa dirinya benar-benar bodoh karena ingin meminta bantuan Claude. Melihat tidak ada jawaban, Nikita bertanya, "Ini Lillia, ya? Kamu mau cari Claude?"

Lillia tidak ingin mendengar omong kosong seperti Claude sedang mandi. Dia langsung mematikan teleponnya dan meringkuk di karpet. Setelah mendengus, Lillia memutuskan untuk memblokir semua nomor kontak Claude. Setelah meletakkan ponselnya, Lillia langsung tak sadarkan diri karena kesakitan.

....

"Lillia?" Keesokan harinya, Lillia dibangunkan oleh Moonela. Moonela masih mengenakan piama. Jelas sekali dia buru-buru datang sebelum sempat mengganti pakaiannya. Dia merasa sangat bersalah. "Sakit maagmu kambuh lagi? Semua ini salahku, aku tidur terlalu nyenyak sampai nggak kedengaran bunyi ponsel."

Lillia tiba-tiba terduduk dan bertanya, "Jam berapa sekarang?"

"Jam 9," jawab Moonela.

Lillia terperanjat. "Gawat, aku janji ketemu dengan Claude di kantor catatan sipil untuk mengurus prosedur perceraian."

Claude paling benci dengan orang yang telat. Lillia mengambil ponselnya yang terjatuh, lalu menelepon Claude. Setelah nada sambungnya berbunyi sekali, tiba-tiba panggilannya langsung terputus. Dia baru ingat telah memblokir Claude semalam.

Lillia buru-buru menghapus blokir Claude, lalu meneleponnya. Setelah panggilannya tersambung, Lillia bertanya dengan nada sopan, "Apa kamu masih di kantor catatan sipil? Aku ke sana sekarang juga."

Terdengar suara Claude yang dingin menjawab, "Maksudmu, kamu menyuruhku menunggumu di sini setengah jam?"

Lillia sadar bahwa ini adalah kesalahannya, sehingga dia tidak memberi penjelasan lagi. Sambil mengganti pakaian, dia meminta maaf pada Claude, "Maaf, aku usahakan secepat mungkin. Dua puluh menit, bisa?"

Claude menjawab dengan marah, "Kamu kira waktuku sama nggak berharganya dengan waktumu?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status