Share

Tuduhan Michael

Penulis: NihayatuZain
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-06 18:17:00

"Tidaaaak! Lepaskan!" pekik Sandrina dengan suara yang lantang dan panik.

Jika dulu dia sangat bahagia dipeluk dan dimanja oleh Michael, tapi sekarang justru sebaliknya. Sandrina sangat takut dan membenci pelukan Michael. Mereka sudah resmi bercerai, tidak ada ikatan dan kewajiban lagi di antara keduanya. Sandrina tahu perkara haram dan dosa. 

"Kamu juga masih cinta 'kan sama aku, Sandrina? Jangan munafik," ucap Michael sembari menatap lekat wajah Sandrina yang tegang dan panik.

Sandrina merengkuh tubuhnya sendiri. Dia sangat jijik dengan tindakan Michael padanya. Sekarang, tidak ada lagi tatapan manis dari Sandrina untuk Michael. Teringat kelakuan bejat lelaki itu, Sandrina merasa mual dan muak. 

"Jangan mimpi!" bentak Sandrina, "Saat kamu mengkhianati aku, maka saat itulah cintaku lenyap untukmu," lanjutnya dengan rahang mengeras dan tatapan penuh kebencian.

Michael merasa terhina dan disepelekan. Padahal dia sangat tahu bagaimana Sandrina begitu mencintainya sebelum perselingkuhan itu terjadi. Maka Michael merasa jika Sandrina tidak akan mudah melupakan dirinya. 

"Aku tidak percaya! Aku bisa lihat dari tatapan matamu, Sandrina. Kamu ingin bercerai denganku hanya karena kamu cemburu, bukan? Oh, atau karena kamu tahu kalau aku mandul!?" desak Michael sembari melangkahkan kaki mendekati Sandrina. 

Sandrina melangkah mundur. "Jangan mendekat!" Kini dia semakin ketakutan. Jujur saja, Sandrina takut Michael akan melakukan sesuatu padanya. Entah itu sebuah ci*man, atau justru melukai tubuhnya. 

Michael tidak peduli. Dia kini justru berseringai jahat dan seperti seorang psikopat yang hendak mengeksekusi korbannya. Rasa kehilangan dan kecewa berat telah membuat Michael terobsesi untuk mendapatkan Sandrina kembali. Bagaimana pun caranya. 

"Dengar, aku tidak terima atas tindakan kamu yang meninggalkanku karena kekurangan yang ada pada diriku. Aku merasa terhina, Sandrina!" ucap Michael yang berhasil membuat Sandrina terperanjat kaget.

"Jangan asal bicara! Kamu yang tidak sadar atas perbuatan kamu padaku, Michael!" sentak Sandrina yang benar geram atas tuduhan Michael padanya.

Michael tersenyum miring. "Hng! Seandainya aku tidak mandul, kamu pasti akan bertahan denganku. Aku tidak menyangka kamu seperti ini, Sandrina. Ternyata kamu seorang istri yang tidak menerima kekurangan suami. Kamu istri yang hanya fokus pada kebahagiaan dan kelebihan ku saja!" Lagi, Michael menuding Sandrina dengan segala statementnya.

Sandrina melotot semakin lebar. Apa yang Michael katakan padanya, sukses membuat darahnya mendidih dan otaknya terasa panas. Michael jelas kurang ajar dan tidak tahu diri. Bagaimana bisa dia melontarkan kata-kata seperti itu pada Sandrina yang jelas-jelas telah dia khianati. Tidak ada satu pun wanita yang ikhlas dikhianati, ditikung, diselingkuhi oleh suaminya sendiri. Kalaupun ada, itu karena memiliki berbagai macam alasan. 

"Lelaki tidak tahu diri!" maki Sandrina, "Kamu tidak pernah sadar atas perlakuanmu padaku. Sekarang kamu malah nuduh aku yang tidak-tidak. Asal kamu tahu, ya, walaupun kamu tidak mandul, tapi aku pasti akan tetap memilih bercerai denganmu. Aku tidak pernah menormalisasi perselingkuhan! Aku jijik berbagi dengan wanita lain. Apa yang kamu tuduhkan padaku, sama sekali tidak benar!" lanjutnya dengan suara yang lantang dan tatapan penuh amarah.

Michael mengepalkan dadanya dan kini dia semakin tidak terima. Mendengar jawaban menyebalkan yang keluar dari lisan Sandrina, membuat Michael gelap mata. Lelaki itu kini berjalan cepat mendekati Sandrina lalu memeluknya dengan erat. 

"Jangan banyak bicara! Kembalilah padaku dan lupakan semua yang telah terjadi. Aku tidak akan pernah membiarkan kamu jauh dariku," ucap Michael.

Sandrina mencoba melepaskan diri dari pelukan Michael. Namun, kekuatannya kalah jauh oleh seorang lelaki dewasa seperti Michael. Dia kini berusaha mendorong tubuh mantan suaminya itu, tapi lagi-lagi Michael justru semakin memeluknya erat.

"Lepaskan aku! Menjauh dariku jika tidak ingin menyesal," bentak Sandrina.

"Kamu yang akan menyesal!" balas Michael yang tak kalah sengitnya.

Michael kini menggenggam kedua tangan Sandrina lalu mengangkatnya dan ditempelkan pada dinding. Sandrina semakin merasa ketakutan. Wajah sangar dan mesum Michael berhasil membuat Sandrina panik dan tubuhnya gemetar hebat. 

"Jangan macam-macam!" ancam Sandrina dengan suara serak tertahan. Tatapannya begitu ketakutan. 

Michael tidak peduli. Dia justru semakin mendekatkan wajahnya pada pipi Sandrina. Dalam keadaan ini, Sandrina memalingkan wajahnya dan bergidik ngeri serta jijik. Mereka memang pernah menikmati tubuh satu sama lain. Namun, sekarang Sandrina sangat benci pada Michael dan tidak sudi disentuh apalagi sampai disetubuhi olehnya.

"Kamu biasanya suka diperlakukan seperti ini, sayang," bisik Michael sembari mengusap lembut wajah cantik Sandrina.

Sandrina memejamkan mata dan berekspresi ketakutan. Tangannya tidak bisa mendorong tubuh Michael karena ditekan pada tembok di atas kepalanya. Sementara kakinya, ditahan oleh kaki Michael yang jauh lebih besar dan kekar. 

"Michael, jangan lakukan apapun. Ingat, kita bukan siapa-siapa lagi. Kamu tidak berhak melakukan ini padaku," ucap Sandrina dengan suara serak dan gemetar. Ketakutannya kini semakin meninggi. Dia bahkan sudah gemetar sejak tadi dan air mata telah membasahi pipi. 

"Tapi aku sangat mencintaimu, sayang," balas Michael yang kemudian membuka satu persatu kancing baju Sandrina.

Sandrina semakin lemas tak berdaya. Hatinya hancur dan merasa sudah tidak punya harga diri lagi. Michael seperti iblis jahat di hadapannya sekarang. 

Sandrina menatap tajam dan penuh api kebencian. Muak rasanya dia mendengar kata cinta yang keluar dari mulut Michael. "Cinta? Tidak ada cinta yang menyakitkan seperti ini, Michael. Cinta itu saling membahagiakan. Bukan berani menyakiti pasangannya." Ia bicara dengan deraian air mata. 

Michael membuang napasnya berat. "Kemarin itu aku khilaf, Sandrina. Lagipula Clara ternyata membohongiku. Aku berani menceraikan kamu karena Clara mengaku sedang mengandung anakku. Tapi ternyata ... dia hanya berbohong agar aku berpisah denganmu." Kali ini ia bicara dengan nada rendah dan tenang.

"Ya, itu karena kamu tidak pernah memikirkan apa yang harus kamu lakukan. Kamu terlalu ceroboh dan mudah terprovokasi, Michael," ucap Sandrina.

Michael menatap lekat wajah cantik Sandrina. Ada harapan untuk bisa kembali dengan mantan istrinya itu. "Maka dari itu tolong beri aku kesempatan, Sandrina. Izinkan aku memperbaiki semuanya jika memang kamu bercerai denganku hanya karena pengkhianatan ku padamu."

Sandrina menatap jengah. "Aku tidak bisa! Tidak ada yang bisa memperbaiki pecahan kaca yang sudah berantakan."

"Kalau begitu, itu artinya kamu memang berpisah denganku karena aku mandul!" ucap Michael dengan suara dingin dan tatapan tajam.

"Tidak! Aku mungkin akan tetap bersamamu jika kamu tidak mengkhianati aku!" ujar Sandrina yang kemudian melepaskan tangannya dari genggaman Michael. 

"Bohong! Kalau benar begitu, harusnya kamu bersedia kembali denganku karena aku akan memperbaiki semuanya," ucap Michael sembari mencengkram erat pipi Sandrina.

Sandrina menatap sengit. "Tidak akan! Kamu tidak akan bisa mengubah bubur menjadi beras. Begitu pun dengan hatiku. Aku telah kecewa dan membencimu. Sebaiknya sekarang kamu lanjutkan hidupmu tanpaku!" ujar Sandrina yang kemudian mendorong tubuh Michael lalu bergegas dia menutup pintu. 

Michael mengepalkan kedua tangannya dan membusungkan dada karena menahan emosi. Sandrina benar-benar telah menolak kehadirannya. "Sandrina, kamu pasti akan menyesal!"

 

Sementara itu, Sandrina kini sedang menangis sedih sekaligus benci pada Michael yang telah menyentuh kulitnya. Untung saja tidak sampai melakukan hal lebih dari itu. Seandainya Michael berani melakukannya, Sandrina pasti akan nekat mengakhiri hidupnya. 

"Dia benar-benar sudah gila! Jelas-jelas aku pergi karena kesalahannya padaku. Dia malah tidak menyadarinya dan justru menuduhku yang tidak-tidak," celoteh Sandrina di tengah-tengah isak tangisnya.

Bersambung...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Happy Ending

    Kabar kehamilan Sandrina sudah sampai ke telinga kedua orang tuanya. Mendengar kabar itu, mereka berdua sangat bahagia dan bersyukur. Sejak putri mereka menikah dengan Michael, sejujurnya keduanya sangat menantikan sosok seorang cucu, tapi mereka tidak berani mendesak atau memaksa putri mereka untuk segera memberikan cucu pada mereka. Sekarang, tanpa diminta pun Sandrina sudah dipercayai oleh Tuhan untuk mengandung anaknya. "Alhamdulillah, anak kita benar-benar sehat dan subur, Yah. Berarti memang rezeki dia bersama Hurraim. Tuhan memang tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya," ucap Marlinda penuh syukur. Sang suami mengangguk pelan diiringi senyuman kemenangan. Mereka juga sudah tahu kalau nanti malam di kediaman Pristilla akan mengadakan acara syukuran atas kehamilan Sandrina. Jadi, keduanya akan hadir untuk ikut mendoakan, serta memberikan ucapan selamat dan support terhadap Sandrina juga Hurraim. "Semoga Tuhan selalu menjaga mereka. Menjaga Sandrina dari hal buruk. Menjaga calon

  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Hurraim Pingsan

    Hurraim berlari ke loteng. Mendengar hal yang mengkhawatirkan tentang istrinya, dia langsung menemui Sandrina di sana. Jantungnya berdetak kencang. Hurraim takut Sandrina kenapa-kenapa. Saat ini, Sandrina tengah duduk sembari memegangi perutnya. Ekspresinya membuat Hurraim semakin panik. Tentu saja Sandrina mulai berakting. Perempuan cantik itu seolah sedang merasakan sakit di bagian perutnya. "Arrgggh!!" pekik Sandrina."Sayang, apa yang terjadi padamu?" tanya Hurraim dengan kekhawatiran yang semakin mendalam. Ditangkapnya tubuh sang istri. Kemudian dia mengelus perut rata Sandrina yang tanpa disadari tengah mengandung sang buah hati. Sandrina meringis seperti kesakitan. Pristilla dan Fery hanya menonton saja. Begitu juga dengan Eleanor. Mereka diam-diam sedang menunggu waktu untuk memberikan surprise pada Hurraim."Perutku, sayang...." Sandrina mengeluh. "Ayo kita ke rumah sakit! Ini tidak bisa dibiarkan," ucap Hurraim tampak panik. Hampir saja dia menggendong tubuh Sandrina, ta

  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Suprise

    "Awas, hati-hati. Jangan sampai jatuh," ucap Pristilla dengan sangat antusias. Begitu tahu bahwa menantunya sedang mengandung, Pristilla sangat menjaga ketat Sandrina. Tentu saja dia takut Sandrina dan juga calon bayi dalam perutnya kenapa-kenapa. Sandrina digandeng oleh dua asisten rumah tangga. Ini terlalu berlebihan, tapi Sandrina tidak bisa menolak. Sebenarnya dia juga bisa berjalan sendiri sampai kamarnya. Namun, kekhawatiran sang mertua telah membuatnya seperti seorang ratu. "Kita akan mempunyai cucu!" seru Pristilla pada Fery. Sontak hal itu membuat Fery melebarkan kedua mata dan menatap setengah tidak percaya. "Hah, yang benar? Maksudnya Sandrina hamil?" Fery bertanya dengan raut wajah kaget serta penasaran. Pristilla mengangguk cepat. "Iya! Kita harus merayakan ini. Secepatnya kita atur acara perayaan kehamilan Sandrina.""Bun, itu terlalu berlebihan," protes Sandrina sedikit tidak setuju. "Apanya yang berlebihan? Kita akan mengadakan syukuran atas kehamilan kamu, Sandri

  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Sandrina Sakit

    Hari demi hari terus berlalu. Sandrina dan Hurraim sudah menjalani rumah tangga selama satu bulan. Hari demi hari mereka lalui dengan penuh kebahagiaan. Tidak ada satu pun orang yang berani mengganggu kebahagiaan mereka. Dalam satu bulan ini, Sandrina masih tinggal bersama mertuanya. Hal itu dikarenakan keinginan Pristilla yang merasa masih belum siap berpisah jauh dengan Hurraim. Hurraim sendiri sudah ingin pindah rumah. Bahkan sebelum menikah pun, Hurraim sudah membeli rumah untuk dihuni dengan istrinya. Namun, saat ini dia belum bisa meninggalkan rumah orang tuanya itu. Padahal Hurraim sudah membujuk Pristilla berulang kali. Namun, Pristilla tetap kekeuh belum siap dan tidak mengizinkan Hurraim untuk pindah rumah. Pagi ini, Sandrina terbangun dalam keadaan lemas. Dia yang sudah tidak menjadi sekretaris Hurraim, hanya melakukan tugasnya sebagai seorang istri sekaligus owner San Kitchen. Selain itu, Sandrina juga mulai menekuni bisnis perhiasan media online. Hal ini sengaja dia lak

  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Tidak Ingin Memberatkan

    Hurraim mengelus lembut perut rata Sandrina. Perasaannya senang tak menentu. Telah terpikirkan olehnya bagaimana jika di dalam perut rata itu ada janin sang buah hati mereka. Tentu saja Hurraim sangat tidak sabar. Dia menikah, tujuan menikah memang tidak melulu tentang anak. Akan tetapi, memiliki anak setelah menikah adalah suatu kebahagiaan. Hurraim sendiri tidak pernah berniat untuk menunda-nunda punya anak. Jika Tuhan berkehendak, maka dia berharap Sandrina segera diberi momongan. "Semoga secepatnya kamu mengandung anak kita, sayang," ucap Hurraim dengan suara lembut. Sandrina tersenyum tipis. Waktu itu dia dengan Michael pun mengharapkan hal yang sama. Setiap saat menanti kehadiran sang buah hati mereka. Namun, takdir tidak sampai membuat mereka memiliki anak. Bahkan Sandrina sempat dituding wanita mandul oleh mertuanya sendiri. Semoga saja kali ini tidak. Sandrina sebenarnya sedikit trauma jika seandainya Tuhan sedikit lama memberikan anak padanya. Khawatir mertuanya mengira di

  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Aku Milikmu

    Selesai pesta pernikahan, Hurraim membawa kabur Sandrina ke sebuah hotel mewah yang sudah dipesannya. Segenap keluarga melepas dengan penuh kebahagiaan. Senyuman mengembang di sudut bibir kedua mempelai pengantin pria dan wanita. Taburan bunga mengiringi kepergian mereka. Sorak sorai keceriaan menambah kesan bahagia di sana. "Kamu milikku sayang!" ucap Hurraim. Pria tampan itu membopong tubuh ramping Sandrina dari luar hingga ke dalam hotel. Nuansa honeymoon terasa kental di sana. Taburan bunga dan gemerlapan lampu menyambut mereka. Belum lagi aroma harum dari berbagai sudut pun tercium menyengat indera penciuman mereka. "Malam ini aku tidak akan menahan diri lagi," ucap Hurraim lagi. Pria tampan itu nampak perkasa. Dia bahkan tergesa-gesa dan tidak sabaran. Maklum, Hurraim adalah sosok pria dewasa yang tidak pernah melakukan hubungan intim dengan wanita mana pun. Maka saat dia telah menikahi wanita pujaan hatinya, jangan heran jika Hurraim begitu semangat dan tidak sabar. Sekaran

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status