Anjani akhirnya memutuskan untuk meminta jemput supir saja. Untungnya sang supir selalu standby dan selalu siap jika dimintai untuk dijemput. Saat makan tadi tidak banyak yang diobrolkan oleh Anjani dan Andreas, Yudistira yang lebih banyak berbicara dan aktif bertanya ini dan itu. Meski ingin sekali menanyakan hal yang mengganggu Anjani, Yudistira berusaha sekuat mungkin untuk tidak membuat Anjani tidak nyaman. Sesampainya di kediaman orang tua Anjani, ia langsung disambut hangat oleh ibunya. Kepulangan Anjani selalu membuat hati Bu Aulia bahagia. Berbeda dengan Pak Sanjaya yang justru langsung curiga dengan kepulangan anaknya lagi. Bagaimana tidak? Untuk datang ke rumahnya sebulan sekali saja, sulit untuk Anjani. Tapi bulan ini dia pulang bahkan sudah tiga kali termasuk sekarang. Kecurigaannya langsung diperkuat dengan tidak ada kehadiran menantunya disana. "Kenapa gak bilang dari siang kalau kamu lagi dia sekitar sini? Tahu gitu kan mama samperin kamu dan temenin kamu belanj
Baskara yang terlanjur dikuasai amarah, langsung meminta Anjani untuk keluar dari rumah. Tanpa penolakan dan tanpa merasa keberatan, Anjani menuruti kemauan suaminya. Bu Lili yang melihat kepergian menantunya sedikit merasa lega. Kali ini dia tidak takut kehilangan Anjani, karena ada Melati yang akan menjadi menantunya. Sudah hampir magrib Anjani pergi. Dia menangis sendiri sambil berjalan tanpa arah. Anjani keluar dari area rumah mertuanya. Ketua RT yang melihat kepergian Anjani dengan wajah sembab dan langkah lemas langsung menghampirinya. "Neng... Neng Anjani…?" panggil pak RT. Anjani mengusap ujung matanya dan menarik napas sesaat, kepalanya menoleh dan tersenyum kepada pak RT. "Iya pak RT... Ada apa?" tanya Anjani dengan sopan. Pak RT langsung menghampiri, "Mau kemana neng? Tumben mau magrib kaya gini masih di luar..." ucapnya. Matanya terlihat biasa saja, tapi kenyataannya Pak RT menelisik dalam diam. "Emmm... Itu pak, saya ada urusan tadi kelupaan, jadinya saya pergi sek
Keputusannya... Mas gak bisa selesaikan hubungan mas dengan Melati," Hati Anjani yang awalnya tenang itu langsung hancur seketika. Hatinya kembali berdesir merasakan luka yang kembali ditoreh oleh suaminya. "Mas gak bisa, Jan... Mas dengan kesadaran penuh meminta kamu mengizinkan hubungan mas dengan Melati sekaligus mas mau minta izin... Mas mau mempersunting Melati untuk menjadi istri kedua mas," lanjut Baskara. “Apa?” Tubuhnya seperti tersambar petir, Anjani meremas mukenanya dengan kencang menyalurkan keterkejutannya mendengar penuturan suaminya. "Mas harap kamu mengizinkan, mas yakin kamu paham dalam agama kita, seorang laki-laki bisa memiliki istri lebih dari satu dan itu diizinkan oleh agama," lanjutnya lagi tanpa mau tahu bagaimana perasaan Anjani saat ini. Anjani menyunggingkan senyum getir, senyuman dengan sirat kesakitan. "Alasan apa yang mendasari kamu untuk memilih dia menjadi istri kedua kamu mas?" tanya Anjani tanpa menatap Baskara. Baskara langsung duduk tegap
Dua orang melaju menuju suatu tempat yang sudah ditentukan, Clarissa membawa mobil dengan fokus. Sesekali mulutnya bernyanyi diiringi musik yang sudah ia putar.Jalanan yang cukup lengang membuat mobil itu melaju mulus tanpa hambatan. Di sampingnya, Melati sibuk dengan ponsel dan bernyanyi pelan sama seperti Clarissa."Mau apa lagi sih lu ketemu si Baskara?" tanya Clarissa nadanya sedikit ketus belum lagi ekspresinya yang sudah jengah."Hmmm..." Melati bergumam tapi bibirnya terangkat lebar, "Ya gue mau ketemu dia lah, ada yang mau gue obrolin sama dia, jadi yaudah. Mumpung gue gak ada jadwal mending ketemu dia kan," lanjutnya lagi tanpa memudarkan senyumnya sedikit saja.Clarissa mencebik ,"Ck... Ribet amat sih hidup lu, udah ketahuan sama bininya masih aja nekat... Mending lu cut off aja lah tuh si Baskara. Lagian mokondo begitu malah lu tampung, heran gue," omelnya.Ia sudah berusaha agar Melati tidak terus berurusan dengan Baskara. Selain karena tidak setuju karena status Baskara
Malam harinya Andreas makan malam bersama keluarganya, sudah menjadi kebiasaan di keluarga Hadijaya makan malam dijadikan waktu untuk kumpul keluarga setelah mereka melakukan aktivitas masing-masing di luar rumah.Bu Clarissa sendiri yang selalu membuat makan malam meski tetap dibantu oleh ART nya, karena bagi Bu Clarissa menyajikan makanan untuk anggota keluarganya langsung adalah salah satu bentuk ia mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya."Nak, gimana sama tawaran Tante Devi? Dia tadi telpon Mamih lagi nanyain kapan kamu mau ketemu anaknya," ucap Mamih Clarissa. Andreas tidak menyahuti, ia hanya asik mengunyah tidak tertarik dengan pertanyaan ibunya."Mamih itu tahu kalau kamu paling gak suka kalau soal kaya gini... Tapi mamih juga gak enak nolak permintaan Tante Devi," lanjutnya. Andreas masih tetap diam. Bukan sekali dua kali Andreas mendapatkan ajakan bertemu dengan anak dari teman orang tuanya, tapi sekali pun Andreas tidak pernah berminat sedikit pun."Mih, pasti mamih tah
Beberapa hari berlalu, Andreas dan Yudistira saat ini sedang berada di ruang rapat, mereka membahas perihal progres pembenahan di rumah sakit miliknya. Andreas tidak ingin lengah untuk kali ini karena reputasi rumah sakit yang ia pimpin yang menjadi taruhannya.Yudistira mendatangkan ahli untuk kembali dilakukan pelatihan. Beberapa perawat yang sudah dievaluasi dan terindikasi menyalahi aturan langsung dikeluarkan, agar tidak ada lagi oknum perawat yang tidak menjalankan tugasnya sesuai SOP."Saya harap pelatihan kali ini memberikan ilmu baru untuk para sejawat, kita memerlukan upgrade agar para tenaga medis yang ada di rumah sakit Citra Medika tidak tertinggal dan selalu menjadi yang terdepan. Jadi saya harap para medis memanfaatkan fasilitas pelatihan kali ini dengan baik dan mengimplementasikannya dengan baik juga.”Andreas bertutur setelah perwakilan dari pihak pelatihan yang ditunjuk oleh dirinya memaparkan hal-hal yang akan diberikan kepada para karyawan rumah sakit.Di ruangan