Share

1. Cinta pandangan pertama

Aku berjalan menyusuri hutan Pinus, di pinggir desa menuju kediamanku, rumahku berada di sebuah desa yang masih asri desa yang belum terjamah asap kenalpot dan masih sunyi tanpa ada deru mesin kendaraan.

Sambil berdendang riang ku ayunkan langkah satu demi satu, ya ... Hari ini aku sangat bahagia, sebab pengumuman kelulusan ujian nasional sudah ku kantongi, dan aku? masuk dalam tiga besar  nilai tertinggi di kota kecamatan.

Sepanjang jalan ku rangkai mimpi, melanjutkan sekolah agar mendapat gelar sarjana, ingin membahagiakan ayah ibu juga adik tercinta, bisa keliling luar negri, bisa membelikan bapak sepeda motor, merenovasi rumah dengan bangunan kokoh dan permanen duhhhhh sungguh sangat banyak keinginanku.

Saking bahagianya  tanpa sadar aku bernyanyi sambil menari, memutar kaki merentangkan tangan dan menengadahkan kepala, seperti tarian-tarian filem India dalam layar kaca yang sering ku tonton begitulah tarianku saat ini.

Aku bahagia ... Lepas ... Tanpa beban, setelah puas menari dan bernyanyi ku ayunkan langkah kecilku sambil berlari-lari kecil menuju rumah.

Sedang asik berlari tiba-tiba aku menabrak seseorang argh ... Hampir saja aku terjatuh kalau saja orang yang ku tabrak tadi tidak bergerak cepat memeluk pinggangku.

Ooh ... Tuhan ... Apakah aku sedang bermimpi? Sebab detik ini aku sedang berada dalam dekapan seorang lelaki yang ahhhh ... Sungguh ketampanannya sangatlah paripurna.

"Hai ... Kamu tidak apa-apa kan?"

Dia bertanya padaku, duhhhhh ... Bibir itu sangat seksi, mata itu bagai mata elang, dan hidung itu ... Aduhhh kalau ada lalat nempel pasti langsung jatuh terpeleset saking runcingnya hidung dan licinnya kulit muka lelaki di depanku.

Ohhh tuhan ... Sungguh indah mahluk ciptaanMu ini.

"Hai ... Kamu gak papa kan?"

Kembali dia menyapaku, dan aku tersadar dengan cepat  melepaskan pelukannya, ups bukan pelukannya tapi melepaskan tanganku yang bergelayut di lehernya.

Dengan gugup aku menjawab.

"Eh ... Em ... I-iya aku gak kenapa-napa, maaf sebab aku lari-lari jadi tanpa sengaja aku menabrak mu"

"Okey ... Nggak papa"

"T-terimakasih dan permisi"

Setelah mengucapkan kata itu aku berlari sambil menutup muka dengan kedua tapak tangan sebab aku sangat malu mengingat kejadian tadi.

"Hay tunggu? Siapa namamu?"

"Dwi setyani ??!." Jawabku sambil berlari tanpa berani menoleh lagi.

Kenalkan namaku Dwi setyani, aku gadis desa rumahku di pinggir bukit Pinus, umur 17 tahun dan baru saja menamatkan pendidikan tingkat atas, aku gadis periang, suka bercanda namun sangat pemalu di umurku yang ke 17 ini aku belum mempunyai pacar, sebab aku tau pacaran hanya akan menghambat pendidikan dan cita-citaku.

Dengan menahan debaran jantung aku terus berlari, hingga sampailah aku di depan rumah.

"Assalamualaikum ... Bu ... Aku pulang ... Assalamualaikum"

Dari pintu depan aku langsung menerobos ke ruang tengah mencari keberadaan ibunda tercinta namun yang di cari-cari nggak ada.

"Bu ... Bu ... Teguh ... Tri ... Bapak ...."

 Aku memanggil satu persatu anggota keluarga namun nihil.

Kuputuskan masuk ke kamar mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi, saat mandi aku mendengar adzan Maghrib berkumandang.

"Loh kok sudah Maghrib ... Pantesan rumah kosong lah udah Maghrib berarti bapak ibu dan kedua adikku sedang di masjid depan rumah"

Aku bergumam lirih, selesai mandi aku mengambil air wudhu dan bergegas pergi ke masjid.

Saat aku akan memasuki pelataran masjid ku melihat pria tadi sudah berdiri di pintu masuk untuk laki-laki, dia tersenyum sambil menatapku dan akupun membalasnya.

Selesai sudah sholat jamaah Maghrib kami lakukan, berlanjut dzikir dan do'a setelah selesai merapalkan do'a aku mencari ibu dan Tri Wahyuni adikku.

Aku dan Tri memutuskan untuk pulang diwaktu mengambil sendal aku merasa ada yang memperhatikan, benar saja disana dibawah pohon kenanga yang tumbuh di samping pintu gerbang utama masjid aku melihat pria itu, menatap sambil tersenyum kepadaku, dia melambaikan tangan dan akupun juga.

"Mba ... Senyum-senyum sama siapa sih, sambil lambai-lambai tangan pula"

Adikku mengejutkanku.

"Ah dasar anak kecil yuk ... Pulang"

"Tapi mbaaaaaaaa ... Tadi mba tersenyum dan da,dah sama siapa?"

"Enggak ada siapa-siapa dek udah yuk cepat kita pulang mba udah lapar ini"

Tri nggak menjawab dan kamipun langsung pulang.

Tuhan ... Hanya memandang wajahnya saja jantungku bertalu-talu seperti ini? Siapakah gerangan lelaki itu? Apakah dia pendatang baru sebab baru kali ini aku melihatnya, aku berjalan sambil membatin.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status