Alana memarkirkan mobilnya digarasi, lalu dia melangkah memasuki rumah dengan menenteng beberapa kantong belanjaan hasil dia pergi ke mall tadi.
“Hesti, buatkan aku minuman segar dan bawakan ke kamarku” perintahnya pada Hesti yang tergopoh menyambut kedatanganya.
“Baik nyonya”
Sebelum melangkah menaiki tangga karena kamar utama ada di lantai dua rumah itu, Alana melirik takut-takut kesana kemari, dia khawatir ular besar yang diberi nama Raja oleh suaminya itu berkeliaran didekatnya. Setelah dirasa aman dia pun meneruskan langkahnya menuju kamar.
‘Ah.. senang sekali rasanya berbelanja sekaligus bisa bertemu teman lama, dan saat tiba di rumah aku tidak direpotkan dengan keberadaan hewan melata itu, seandainya ular-ular itu tidak ada di rumah ini, pasti aku betah seharian tinggal di rumah’ pikirnya.
Dengan senyum mengembang Alana meletakan semua kantong belanjaanya dilantai dekat ranjang, dia menatap satu persatu hasil belanjanya dengan rasa puas. Alana sebenarnya bukan penggemar barang-barang branded dan mahal, tetapi rasa kecewa dan kesepian karena selalu ditinggal dan diacuhkan oleh sang suami membuatnya melampiaskanya pada kegemaran baru, yaitu menghabiskan uang suaminya.
Dan kini setelah mereka berhasil menjalani malam pertama yang terlambat itu pun tak dapat lagi mengubah hobi barunya itu.
“Untuk apa aku berhemat jika suamiku bekerja keras hingga melupakan kehadiranku di hidupnya untuk mencari uang, lagipula dia selalu mengatakan bahwa dia kerja membanting tulang mencari uang demi untuk mencukupi dan membahagiakanku” gumamnya seorang diri.
Tok tok tok
Pintu kamarnya diketuk dari luar, dan terdengar suara Hesti meminta ijinnya untuk mengantarkan minuman yang diminta Alana.
“Letakan saja di meja itu” Alana menunju ke arah meja dekat jendela yang juga terdapat sofa single untuk bersantai.
Setelah meletakan minuman tersebut, Hesti pun berpamitan hendak kembali ke dapur dan menutup pintu kamar rapat.
Tanpa Alana ketahui, sebelum menutup pintu diam-diam Hesti melirik ke arahnya serta gelas susu yang baru saja diantarkanya.
Alana melirik jam yang terpajang di dinding kamarnya. “Sudah hampir jam sembilan malam ternyata, kenapa Mas Cakra belum juga pulang ya?”
Wanita yang memiliki paras cantik dengan mata coklat nan indah itupun mendudukan dirinya di sofa single sambil menatap keluar jendela, diraihnya minuman yang baru saja dibawakan oleh Hesti.
Sesaat Alana tenggelam dalam lamunanya sambil sesekali meneguk minuman dingin dari gelasnya.
Alana teringat pertengkaranya dengan sang mama kala dia memaksa untuk tetap menikah dengan Cakra.
Flash back on
“Mama tidak setuju kamu menikah dengan pengusaha restoran itu Alana, mama merasa dia bukan pria yang baik untukmu”
“Memangnya apa yang kurang dari Mas Cakra ma? Dia sudah mapan dan juga mencintai Alana, dia juga selama ini selalu berusaha membahagiakanku dengan memberikan semua yang aku inginkan ma, menantu seperti apa yang mama harapkan?”
“Tapi ada yang janggal Alana, masa baru beberapa hari kenalan terus ngajak pacaran, lalu baru sebulan pacaran sudah membelikanmu mobil sport mewah yang harganya selangit itu, dan sekarang baru enam bulan sudah mau menikah”
“Ma, harusnya kan mama senang ada seorang pemuda yang memanjakan putri mama seperti itu, jika Mas Cakra ingin menikahiku secepatnya, itu menunjukan bahwa dia serius denganku ma”
“Tapi perasaan mama tidak enak saat memikirkan kau bersamanya Alana”
“Itu kan hanya perasaan mama saja ma, jangan terlalu percaya tahayul, kita ini hidup dijaman modern”
“Pokoknya mama tetap tidak setuju kau menikah denganya. Titik!”
Flash back off
Mengingat semua pertengkaran itu membuat tenggorokan Alana terasa kering, cepat-cepat dia menengguk habis minumanya, dan beranjak dari sana menuju kamar mandi, Alana ingin segera membersihkan tubuhnya yang terasa lengket setelah beraktifitas di luar rumah.
Setelah menanggalkan seluruh pakaian yang melekat ditubuhnya, Alana pun masuk kedalam bathub yang telah diisi air hangat, dia pun merendam seluruh tubuhnya disana sambil menggosok pelan beberapa bagian tubuhnya.
“Kali ini aku tidak mau tertidur lagi, aku takut bermimpi seperti hari itu, kata orang kamar mandi itu banyak setannya dan kita tidak boleh berlama-lama berada dalam kamar mandi. Tapi... apa aku kemarin itu bermimpi karena gangguan setan ya?”
Sesaat kemudian Alana menggendikan bahunya acuh. “Ini jaman sudah modern, bisa-bisanya aku berpikir tentang mitos seperti itu” lanjutnya.
Beberapa menit berlalu, Alana masih berendam dalam bathub, namun dia terlihat bergerak gelisah.
“Kok aku merasa kepanasan ya? Tubuhku terasa panas, atau memang suhu airnya yang terlelu panas?”
Alana pun membuka tutup pembuangan air dan membiarkan seluruh air dalam bathub itu mengering, lalu menggantinya dengan air dingin.
“Uh.. panas.. tubuhku terasa panas sekali”
Buru-buru Alana masuk kedalam bathub yang sudah hampir penuh terisi dengan air dingin. “Panaassss...”
Kembali Alana menambahkan airnya karena tubuhnya masih terasa panas, bahkan panasnya semakin meningkat hingga membuat Alana terus bergerak gerak gelisah. Tiba-tiba Alana bangkit dan berjalan menuju shower, dia pun langsung mengguyur tubuhnya dengan air dingin disana.
“Sial! Apa yang terjadi dengan diriku? Mengapa suhu tubuhku terasa naik drastis? Atau.. apakah aku demam?”
Berpikir bahwa dirinya jatuh sakit, Alana segera menyudahi acara mandinya, dengan memakai jubah mandi dia keluar dari kamar mandi dan langsung merebahkan dirinya diatas ranjang.
“Panas sekali, padahal AC dikamar ini sudah menyala” Alana meraih remote AC dan menurunkan angkanya agar suhu ruangan tersebut bertambah dingin.
Alana terus bergerak gelisah diatas ranjang, dia meraba-raba tubuhnya sendiri dan merasakan gelenyar aneh. Dia pun melepaskan jubah mandinya dan melemparkanya kesembarang tempat, sambil terus berguling diatas ranjangnya.
“Panas sekali... panaaasss”
Selain rasa panas Alana juga merasakan matanya mulai memberat, dia pun memejamkan matanya namun masih bisa merasakan hawa panas ditubuhnya. Masih terus bergerak gelisah, Alana merintih dan mendesah seorang diri, tanganya meraba-raba tubuhnya, hingga sebuah tangan besar menyentuhnya, Alana pun tersentak dan ingin melihat siapa yang telah berani menggerayangi tubuhnya, namun kedua matanya terasa amat berat dan enggan terbuka.
Alana hanya merasakan lengan kokoh yang menarik tubuhnya semakin menempel pada dada bidang berbulu halus.
“Mas Cakra... kaukah itu? panas mas... aku kepanasan”
Masih dengan mata terpejam, Alana memanggil dan mengeluhkan keadaan dirinya pada suaminya.
Alana bergerak gerak dengan gelisah, antara berusaha untuk membuka matanya dan merasai gelenyar aneh setiap kali kulitnya bergesekan dengan kulit suaminya. Alana menjerit saat merasakan penyatuan yang dilakukan suaminya dalam satu kali hentakan, namun detik berikutnya jeritanya berubah menjadi desahan kala suaminya yang seakan menderanya, namun anehnya tubuh Alana seakan menerimanya dengan baik, bahkan semakin menggila mengikuti irama gerakan sang suami.
***
Diluar kamar Alana, Hesti sedang berdiri sambil berbicara melalui telpon dengan seseorang.
“Halo, iya tuan”
[“...”]
“Nyonya sudah kembali kira-kira satu jam yang lalu, sekarang dia sedang berada dikamarnya”
[“...”]
“Iya tuan, kebetulan tadi nyonya juga meminta dibuatkan minuman begitu dia kembali”
[“...”]
“Baik tuan, saya mengerti”
Setelah mengakhiri panggilan Hesti memasukan kembali ponselnya ke dalam saku bajunya, lalu melirik kearah pintu kamar Alana dan tersenyum penuh arti, setelahnya dia pun melangkah pergi untuk masuk ke dalam kamarnya sendiri dan beristirahat.
“Karena sebenarnya dia majikanmu kan? Dia memberimu manusia sebagai makananmu, dan sebagai timbal balik kamu memberinya uang dengan menggunakan kekuatan silumanmu” Alana mendadak merasa kesal dan bangkit dari duduknya, kedua tanganya disilangkan di depan dadanya dan menatap Raja Agha tajam.“Alana, mengapa kau masih saja berpikir seperti itu, bukankah sudah kukatakan itu tidak seperti dugaanmu. Apa kau tidak mempercayaiku?”“Lalu? Bagaimana seharusnya aku berpikir? Bukankah kau juga tidak mau memberitahuku yang sebenarnya?!”Raja Agha bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendekati Alana. Raja Agha menarik tangan Alana dan membuat wanita itu mendekat dan berhadapan denganya, kedua tangan Raja Agha membingkai wajah Alana, mereka berdiri begitu dekat, hingga Alana mampu merasakan hembusan napas Raja Agha yang menerpa kulit wajahnya.“Dengar Alana, aku bersumpah kalau aku tidak melakukan hal yang kau tuduhkan itu, asal kau tau.. aku tak pernah sekalipun memakan daging manusia ataupun
“Alana, ada yang mau papa ceritakan sama kamu”Tiba-tiba Wahyu berkata pada putri bungsunya itu, Alana menatap ayahnya dengan antusias, dia meletakan piring makan bekas Wahyu yang sudah kosong. Riana pun mendekat dan duduk di ranjang di bagian kaki sang ayah karena penasaran dengan apa yang akan dikatanya ayahnya.“Saat papa tidak sadarkan diri itu, papa sempat bermimpi melihatmu menikah dengan seorang raja, dan kamu begitu cantik dengan baju berwarna silver dan memakai mahkota seolah kamu adalah seorang ratu”Dada Alana berdebar mendengar cerita Wahyu, ternyata bagi Wahyu apa yang dilihatnya itu adalah sebuah mimpi, tanpa sadar tangan Alana gemetar, dia bingung bagaimana harus menjelaskan hal yang sebenarnya pada Wahyu.“Tapi nak, entah mengapa... papa merasa kalau apa yang papa lihat itu seperti sangat nyata, seolah papa mengalaminya sendiri, terlebih... disana papa diminta menjadi walimu”Kepala Alana semakin menunduk mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Wahyu.“Ah, papa... it
Dalam sekejapan mata Alana melihat pemandangan di sekelilingnya telah berubah, dia menatap ke segala penjuru ruangan.“Dimana aku?” gumamnya lirih.Perlahan Alana menggerakan tubuhnya, dan berusaha untuk bangkit. Kembali dia mengerjapkan matanya beberapa kali. Sesaat kemudian Alana sudah mengenali dimana dia berada.“Ini kan kamarku, aku berada di kamarku sendiri, di rumah Mas Cakara” Alana pun bangkit dari tempat tidur dan mencari ayahnya.“Papa.. pa... papa dimana?”Tak menemukan sosok yang dicarinya dalam kamar, Alana pun membuka pintu dan berjalan keluar kamar, di tangga dia berpapasan dengan Hesti.“Hesti, apa kau tau dimana papaku?”“Maaf nyonya, bukankah papanya nyonya masih berada di rumah sakit? ini ada telpon dari Nyonya Riana, dia katanya ingin berbicara dengan nyonya”Hesti menyerahkan telpon wireless pada Alana. Rupanya Riana menelpon ke nomor rumah Alana, karena tak mendapat jawaban saat dia menelpon ke ponsel adiknya itu.“Halo Kak Riana”[“Alana, cepat ke rumah sakit,
“Kau harus menerima kenyataan ini, karena sebentar lagi kita akan menikah, Alana. Aku sudah menyiapkan semuanya”“Tapi aku wanita yang sudah bersuami Raja Agha” Alana berdiri, hendak pergi. Namun, pergelangan tanganya ditarik oleh raja Agha hingga dia terduduk kembali.“Makanlah dulu, kau tidak akan bisa berpikir jika perutmu kosong. Aku tau saat ini kau pasti sedang memikirkan cara untuk melarikan diri dariku”“Apa aku terlalu mudah untuk dibaca?”“Itu terlihat sangat jelas di wajahmu. Tetapi, ada satu hal yang perlu kau ketahui. Pernikahan ini juga demi kebaikanmu dan juga kedua putra kita dalam kandunganmu itu”Alana hendak membantah perkataan Raja Agha, namun pria itu mengangkat satu tanganya, membuat Alana menelan kembali kata-katanya. Terlebih wajah Raja Agha kali ini terlihat amat serius.“Bukankah sudah kukatakan bahwa pernikahanmu dengan manusia itu tidak sah, itu hanya rekayasa dirinya saja”“Bagaimana aku bisa mempercayai perkataanmu?”“Kau akan mengetahuinya setelah kita k
Alana terdiam beberapa saat. “Itu tidak mungkin! Aku tidak percaya hal itu”“Penghulu dan yang lainya tidak mungkin palsu”Alana bergumam sendiri, namun dalam hatinya ia mulai meragukan dan memikirkan ucapan Raja Agha.“Seandainya aku tidak di kerajaan saat ini, pasti aku bisa meminta bantuan Kak Riana untuk mencari tahu”Sayangnya di dunia kerajaan ular semua jaringan ponsel tak dapat di gunakan. Mungkin karena berada dalam dimensi yang berbeda.Alana berguling ke kiri dan kanan mencari posisi yang nyaman, namun kemudian ia bangkit dan hendak menuju kamar mandi, ia memutuskan untuk berendam dengan air hangat, karena sudah menjadi kebiasaanya untuk mandi sebelum tidur.Baru saja akan melangkah, Alana mendengar ketukan dan suara seorang wanita dari arah luar kamarnya, dia pun menyuruhnya masuk, dan seketika itu masuk dua orang wanita dengan wajah yang sama, dengan senyum ramah kepadanya.“Ratu, kami akan membantumu untuk mandi”“Apa? itu tidak perlu, aku bisa mandi sendiri” ucap Alana
Di kerajaan ular.“Selamat tiba kembali, ratuku. Untuk sementara waktu tinggalah dulu disini, karena kehamilanmu akan semakin membesar dan aroma bayi kita pun akan tercium oleh para siluman. Mereka pasti akan berbondong untuk memburumu, dan saat ini tempat paling aman bagimu adalah di istanaku” ucap Raja Agha.“Apa yang terjadi denganmu? Sepertinya kau terluka Raja Agha”Dari saat Alana melihat kedatangan Raja Agha di rumah sakit tadi, ia memperhatikan pria itu, wajahnya terlihat pucat dan sesekali tanganya memegangi dadanya.“Aku baik-baik saja sayang, yang terpenting sekarang adalah menyelamatkanmu” jawab Raja Agha.“Tapi-“Belum sempat Alana menyelesaikan kalimatnya, ia kembali merasakan perutnya yang melilit. Raja Agha langsung meraih tubuhnya dan menggendongnya ala bridal, ia juga memerintahkan tabib istana untuk segera memeriksa keadaan Alana.Alana pun hanya pasrah saat Raja Agha merebahkan dirinya di atas ranjang besar yang memiliki kasur sangat empuk. Entah terbuat dari apa k