Pagi ini kembali Alana terbangun dengan kondisi tanpa busana, dan tanpa ada Cakra di sisinya. Namun, kali ini ada senyum mengembang di wajah cantiknya.
“Mas Cakra ternyata pria yang hebat, aku tidak menyangka dia begitu memanjakanku di ranjang”
Wajah Alana memerah saat teringat akan kejadian semalam, saat tiba-tiba saja Cakra masuk ke dalam kamar dan langsung menindih tubuhnya serta menciuminya dengan penuh hasrat. Saat itu Alana masih terjaga, jadi dia yakin betul bahwa itu bukanlah mimpi, melainkan kenyataan. Meski keadaan kamar gelap gulita, namun Alana yakin pria yang semalam menidurinya adalah Cakra Heryawan, suaminya.
“Sepertinya berendam dengan air hangat dan menghirup aroma therapi akan menyegarkanku kembali” gumamnya sambil bangkit dari tempat tidur karena merasa tubuhnya begitu lengket.
“Aww…” baru saja menjejakan kakinya di lantai, Alana merasa nyeri di bagian inti tubuhnya. Dilihatnya sprei tempat tidurnya yang terdapat bercak merah yang sudah mengering. Alana langsung tersipu dan melanjutkan berjalan menuju kamar mandi dengan langkah perlahan.
***
Setelah merasa tubuhnya segar kembali, Alana turun kebawah untuk menanyakan keberadaan suaminya pada Hesti.
Seperti biasa, Hesti mengatakan bahwa Cakra telah berangkat bekerja pagi-pagi sekali. Alana pun akhirnya menyantap sarapanya sendirian lagi.
Merasa bosan terus berada dalam rumah, siangnya Alana memutuskan untuk pergi ke mall dan memanjakan dirinya dengan berbelanja. Dia mengirimkan pesan pada Cakra dan mengatakan pada suaminya itu tentang rencananya. Setelah itu barulah dia pergi dengan mengendarai mobilnya, hadiah dari Cakra saat ulang tahunya.
Tiba di mall, pengunjung sedang ramai. Langkah kaki Alana berjalan menuju outlet baju dengan brand ternama. Dengan lincah tanganya mulai memilih pakaian yang disukainya. Saking asiknya Alana tak menyadari bahwa ada seseorang yang terus memperhatikan dirinya. Dan orang itu pun memutuskan untuk menghampiri Alana.
“Alana? Ini benar kan Alana? Masih ingat aku gak?”
Mendengar suara yang terasa familiar, Alana pun mendongakan kepalanya. “Nina? Ya ampun... apa kabar? Pasti dong aku masih inget sama kamu, kita kan kuliah di kampus yang sama, dan sama-sama aktip di UKM”
Alana senang bertemu dengan teman semasa kuliah dulu, dia pun mengajaknya untuk makan siang sambil mengobrol.
“Kita ke restoran milik suamiku aja, aku traktir kamu makan sepuasnya deh pokoknya” ucap Alana sambil menarik lengan Nina pelan agar mengikuti langkahnya.
“Wah... jadi kamu sekarang sudah menikah? Ko ga ngundang-ngundang?”
“Rumit ceritanya Nin, nanti deh kapan-kapan aku ceritain, by the way kamu sudah menikah? Apa masih single nih? Atau jangan-jangan sudah punya anak”
“Hahaha, nanyanya satu-satu dong, jangan borongan gitu. Jadi bingung jawabnya” Nina tergelak melihat Alana yang ebgitu antusias ingin mengetahui kabar tentang dirinya.
“Ya udah, nanti aja jawab pertanyanku, sambil kita makan”
Nina pun mengangguk setuju dan keduanya terus berjalan menuju restoran milik Cakra yang memang ada di dalam mall itu. Sambil berjalan Alana dan Nina mengobrol mengenang masa kuliah dulu. Hingga langkah kaki mereka memasuki sebuah restoran yang menyajikan makanan all you can eat yang dimasak di meja dan juga alacart.
“Nah ini salah satu cabang resto suamiku Nin, ayo kita masuk”
Para karyawan resto yang sudah mengenal Alana sebagai istri dari bosnya itu menganggukan kepala mereka hormat pada sang nyonya bos.
“Jadi restoran ini milik suamimu toh, ini kan juga langganan keluargaku Lan, dan cabangnya banyak tersebar di semua kota, kau sungguh beruntung menikah dengan seorang pengusaha restoran yang sukses”
“Kau ini bisa saja Nin, ayo kita duduk di dalam saja, kebetulan di cabang yang ini kami memiliki ruang VIP, kita duduk disana saja sambil ngobrol ya”
Nina pun setuju dan berjalan mengikuti Alana yang sudah mendahuluinya. Sesampainya didalam ruangan, seorang waitress menyiapkan kompor diatas meja dan juga saus untuk cocolan.
“Nah, sekarang kamu udah bisa cerita sambil nunggu makanan kita mateng Lan, aku penasaran kok bisa kamu nikahnya ga ngundang-ngundang?”
“Ya... sebenarnya, aku nikah tanpa restu kedua orangtuaku Nin, tapi aku pikir ini adalah perjuangan cinta kami, dan aku yakin suatu hari nanti keluargaku akan menerima Mas Cakra sebagai menantu dan anggota keluarga”
“Mas Cakra? Nama suamimu Cakra, Lan?”
“Iya Nin, apa kamu mengenalnya?”
“Ah... mungkin hanya kebetulan saja Lan, yang namanya Cakra kan banyak, tidak hanya satu, tapi... kalau boleh tau siapa nama lengkap suamimu Lan?”
“Nama lengkapnya Cakra Heryawan”
“Cakra Heryawan? Kamu yakin itu nama lengkap suamimu Lan?” Nina mengerutkan dahinya hingga mulutnya mengulang nama yang disebutkan Alana.
“Benar, memangnya ada apa? Sepertinya kamu kaget sekali setelah mendengar nama suamiku Nin?”
“Ehm.. jadi begini Lan, salah seorang temanku pernah menikah dengan seorang pria bernama Cakra Heryawan, kami tidak tau apa pekerjaan pria itu, tetapi satu bulan setelah menikah denganya, temanku itu menghilang entah kemana”
“Tapi... bisa saja itu Cakra Heryawan yang lain kan, Nin?”
“Bisa jadi sih, karena menurut informasi yang aku dengar, suami dari temanku itu pria sederhana, sedangkan suamimu adalah seorang pengusaha restoran”
Alana menarik napas lega, karena berpikir bahwa yang mereka sedang bicarakan adalah orang yang berbeda dengan nama yang sama. Obrolan mereka terhenti saat seorang pelayan datang mengantarkan minuman segar yang mereka pesan.
“Bagaimana dengan dirimu sendiri Nin? Dari tadi kau belum mengatakan apa-apa tentangmu” tanya Alana sambil tanganya terus membolak balik irisan daging tipis yang dia taruh diatas panggangan.
“Memangnya apa yang ingin kau ketahui dari wanita sederhana macam aku ini Lan?”
“Ya... bagaimana keadaanmu, apa kau sudah menikah sekarang?”
“Aku masih single, tetapi memiliki tunangan, kami berencana akan menikah tahun depan”
“Siapa pria beruntung itu Nin? Apa dia teman satu kampus kita dulu? Bukankah saat kuliah dulu itu kau memiliki kekasih ya?”
“Ah... bukan Lan, aku sudah lama putus denganya semenjak kita wisuda, aku dijodohkan oleh orangtuaku dan bulan lalu kami bertunangan”
Alana mengangguk anggukan kepalanya. “Jadi hubungan kalian adalah karena perjodohan”
“Begitulah Lan, tapi menurutku dia pria yang baik, dia juga seorang perwira polisi”
“Ohh.. jadi temanku ini sebentar lagi akan menjadi nyonya polisi nih ceritanya, hahaha”
“Kau ini..! jangan meledekku nyonya pengusaha restoran, hahaha”
Keduanya terbahak bersama, saling meledek dan juga saling menasehati satu sama lain. Hingga akhirnya mereka menyadari bahwa hari telah beranjak sore. Nina berpamitan pada Alana karena sudah terlalu lama meninggalkan rumah, tak lupa mereka pun bertukar nomor ponsel untuk saling berkomunikasi di lain waktu. Dan keduanya pun berpisah di parkiran.
Alana mengendarai mobilnya dengan santai, namun ada sesuatu yang mengganggu pikiranya, yaitu tentang sahabat Nina yang menghilang setelah menikah dengan pria yang bernama Cakra Heryawan. Entah mengapa Alana jadi memikirkan nasib dari sahabat Nina tersebut.
“Baru sebulan menikah terus hilang... kira-kira apa yang terjadi ya? Ah.. bodohnya aku, kenapa tadi aku tidak menanyakan pada Nina, siapa nama sahabatnya itu?”
Di dalam kamarnya, Alana langsung berselancar di dunia maya untuk mencari cara menggugurkan janin yang di kandungnya, karena ini bukanlah janin biasa, Alana pun mencari di beberapa situs, hingga kemudian ia teringat padaseorang dokter kenalan ibunya yang diam-diam menerima pekerjaan untuk aborsi bagi wanita muda yang hamil di luar nikah.“Apa aku minta bantuan Tante Risda saja ya? Tapi... bagaimana jika nanti dia ngadu ke mama?” sesaat Alana bimbang, namun akhirnya ia membulatkan tekadnya.“Apa yang sedang kau pikirkan?”Suara Raja Agha yang tiba-tiba terdengar serta sosoknya yang juga tiba-tiba berada disampingnya membuat Alana gugup, ia khawatir pria jelmaan siluman itu mendengarkan apa yang baru saja ia ucapkan tadi.“Aa... ituu... bukan apa-apa. Aku hanya merasa bosan tapi tidak tahu apa yang harus kulakukan”Alana terpaksa berbohong karena tidak ingin Raja Agha mengetahui bahwa ia berpikir untuk menggugurkan kandunganya.“Bagaimana jika kau berjalan-jalan di area rumahmu, bukanka
“Apa yang kau lakukan Raja Agha? Mengapa kau menampakan wujud ularmu dan menakuti orang-orang itu?” Alana yang emosi membentak sambil menatap pantulan Raja Agha dari cermin.Dalam sekejap Raja Agha merubah wujud ularnya menjadi manusia, ia duduk santai di seat belakang sambil balas menatap Alana yang memperhatikanya dari kaca spion sambil menyetir perlahan meninggalkan area tersebut.“Dalam kerumunan itu ada seseorang yang membawa benda yang membuatku tak bisa menggunakan wujud manusiaku terlalu lama” jawabnya.Alana terdiam sesaat, namun kemudian ia menggendikan bahunya acuh. Terlebih kini fokusnya adalah memikirkan tentang masalah wanita yang menjadi selingkuhan sang suami.‘Apa yang terjadi sebenarnya? Mengapa Lidya ditemukan telah meninggal dalam keadaan mengenaskan? Dan apakah benar itu adalah kasus tabrak lari?’Merasa ada keanehan, Alana menepikan mobilnya dan mencoba menghubungi salah seorang karyawan Cakra yang dekat denganya, dan beruntungnya panggilan telponya langsung ter
“Hentikan Raja Agha!”Entah dari mana datangnya, tiba-tiba Cakra Heryawan telah berdiri di belakang Raja Agha. Dalam sekejap mata, ular besar itu berubah wujud kembali menjadi Raja Agha.“Kau telah melanggar janjimu Cakra! Kau telah membunuh rakyatku, dan wanita ini telah membinasakan anak-anak dari bangsa ular”“Itu salahmu sendiri raja Agha, karena kau menolak untuk memberikan sisik emas di kepalamu itu”“Dasar manusia serakah! Kau sungguh manusia biadab Cakra, aku akan menuntut balas atas pembantaian yang kau lakukan pada bangsaku”Raja Agha bersiap hendak menyerang Cakra, namun gerakanya terhenti saat mendengar kalimat yang diucapkan Cakra.“Hahaha, apa kau lupa? Aku memiliki kekasihmu, dan kau tak bisa melakukan apapun padaku, atau kekasihmu itu akan kuhancurkan”“Baiklah, kuakui kali ini kau menang Cakra! Tapi jangan harap kau akan selamanya bisa lolos dariku”Tubuh raja Agha menghilang dalam sekejap setelah selesai berkata, bersamaan dengan tubuh Hesti yang perlahan mulai berge
Alana begitu shock mendengar apa yang dikatakan Raja Agha. “Aku… hamil?”“Iya sayang, aku akan membawamu ke istanaku dan kita akan menikah disana”Alana tak lagi fokus atas apa yang dikatakan oleh Raja Agha selanjutnya. Mendengar bahwa dirinya saat ini tengah hamil membuatnya bimbang. Sebelumnya dia sudah bertekad akan mengajukan gugatan cerai terhadap suaminya. Namun, kini dia mengetahui bahwa dirinya dalam keadaan hamil.“Tidak! Aku tidak mungkin hamil anakmu. Ini pasti anaku bersama Mas Cakra” dengan putus asa dan hati dipenuhi kebimbangan, Alana menolak semua yang dikatakan oleh Raja Agha.“Apa kau lupa? Kita kerap bercinta di setiap malam, aku telah menyamarkan ingatanmu, kau merasa seolah itu adalah mimpi, tapi itu terjadi di alam nyata sayang”Alana tersentak mendengar perkataan pria bermata hijau itu. Kini dia teringat akan mimpi-mimpinya. Tentang pria yang kerap hadir di mimpinya dan melakukan kegiatan sebagaimana layaknya suami istri, dan ketika dirinya terbangun wajah pria
Alana merasa sedih dan kecewa, jika saja dirinya benar-benar hamil. Pasalnya ia sudah memutuskan akan mengajukan gugatan cerai pada Cakra, tapi dengan jika dirinya hamil, ia harus mempertimbangkan keputusanya demi sang anak.Sore hari Alana memutuskan untuk pulang ke rumahnya, ia membereskan pakaianya dan dimasukan ke dalam koper. Kedua orangtua Alana masih berada di luar kota, jadi Alana hanya akan menitipkan pesan pada Mbok Mar untuk berpamitan.Saat Alana menutup koper, ia mendengar seseorang memanggil namanya. Alana pun menoleh dan melihat ke sekeliling kamar.“Aneh, akhir-akhir ini aku sering sekali mendengar seseorang memanggilku” gumamnya.Alana bukanlah seseoroang yang takut pada mahluk ghoib, meskipun ia akui dirinya takut pada ular. Namun, saat ini ia merasakan bulu kuduknya meremang.“Alana...”Kembali terdengar seseorang memanggilnya, kali ini Alana memusatkan perhatianya untuk mendengarkan suara itu supaya lebih jelas.“Alana, ikutlah denganku...”Alana menoleh kesana kem
Tak terasa sudah tiga hari Alana menginap di rumah kedua orangtuanya, namun karena kesibukan ayah dan ibunya, Alana hanya bertemu satu kali dengan mereka, pada saat sarapan pagi sebelum kedua orangtuanya itu berangkat ke luar kota untuk urusan bisnis.Pagi ini Alana terbangun dengan merasakan tubuhnya lemas dan pusing. Alana bangkit dari tempat tidur dan meraih gelas beriisi air yang memang ia siapkan untuk dirinya sendiri. Setelah meminum air putih tersebut, Alana merasa mual dan ia langsung berlari menuju kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Namun, yang keluar hanyalah cairan bening. Pandangan matanya pun berkunang-kunang. “Apa yang terjadi dengan diriku? Kepalaku terasa berat sekali”Tubuh Alana menjadi limbung, dan sebelum dia jatuh ke lantai, samar-samar Alana merasa ada sepasang lengan yang menangkap tubuhnya, Alana melihat seraut wajah milik seorang laki-laki, namun pandanganya mengabur dan akhirnya semuanya gelap. Alana pun jatuh, tak sadarkan diri.“Alana...”Sebekum k