Share

Bab 2

last update Last Updated: 2022-04-22 16:47:47

Bab 2

Lapor ke Papa

Nabilla dengan napas ngos-ngosan dia berlari untuk menemui papanya. Tamam baru saja selesai mandi. Dia masih memakai baju yang sudah di siapkan oleh istrinya. 

"Ini kan mau magrib? Tumben aku nggak disiapkan sarung?" ucap Tamam heran. Tapi dia tetap berpikir positif thinking kepada istrinya. Tak ada dia menaruh rasa curiga sama sekali.

"Mungkin Silla lupa," ucap Tamam lagi. Dia memang tak pernah menaruh rasa curiga sama istrinya. Tamam meletakan celana yang sudah istrinya siapkan. Kemudian dia mengambil sarung di dalam lemari. 

Braaakkkk ....

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dengan kasar. Seketika Tamam menoleh begitu saja. Ia melihat anak semata wayangnya itu berdiri tegak diambang pintu, napasnya terdengar ngos-ngosan di telinga Tamam.

"Billa ... ngagetin Papa saja!" ucap Tamam. Dia memang terkejut. Anaknya belum menanggapi, masih terus mengatur napas dan dada yang ia rasa sesak. 

Tanpa menunggu papanya untuk meminta dia masuk ke dalam kamar, Nabilla masuk saja dengan langkah tergesa-gesa. Cukup membuat tamam bingung sebenarnya. Bingung dengan sikap anaknya itu. Karena memang tak seperti biasanya. 

"Pa .. itu ... anu ...." Nabilla masih ngos-ngosan. Napasnya tersengal-sengal. Tamam memegang lengan anaknya. Bermaksud ingin menenangkan. 

"Hai ... kamu kenapa?" tanya Tamam pelan kepada anaknya. Napas Nabilla memang masih ngos-ngosan. Tamam mengendarkan pandang. Matanya melihat botol mineral. 

Karena melihat anaknya masih ngos-ngosan, akhirnya Tamam meraih botol minuman itu. 

"Minum dulu, Bil! Biar tenang!" pinta Tamam. Nabilla mengangguk begitu saja. Tanpa diminta untuk kedua kalinya, Nabilla langsung menerima botol mineral itu. Membuka tutup botol itu dan segera meneguknya. Hingga setengah botol. 

Tamam menarik kuat napasnya dan mengembuskan pelan. Melihat anaknya seperti itu, dia hanya menggeleng kepala saja. Tidak ada rasa curiga sama sekali. 

"Billa ... kamu itu kenapa?" tanya Tamam kepada anaknya. Tetap dengan nada lembut. Karena Tamam sendiri memang tak pernah ngomong kasar kepada anak dan istrinya. Nabilla menelan ludah sejenak. Rasa ngos-ngosan sudah sedikit berkurang.

Tamam mengusap pelan kepala anaknya, untuk lebih menenangkan anaknya itu. 

"Pa, aku tadi lihat Mama sama papanya Nathan masuk ke rumah kosong," jawab Nabilla polos. Tamam melipat kening sejenak. 

"Rumah kosong?" Tamam mengulang kata itu. Dengan cepat Nabilla manggut-manggut. 

"Iya, Pa ... rumah kosong yang dulu rumahnya Gita," Nabilla terus mencoba menjelaskan, apa yang baru saja ia lihat. Seketika bibir Tamam menganga. Tapi dia terus berusaha menenangkan diri sendiri, agar tak percaya atau kepancing begitu saja. 

"Anak kecil ngomong apa kamu ini," balas Tamam. Nabilla nyengir sejenak. Kemudian dia memutar bola matanya. Sedikit kesal karena papanya ngomong seperti itu. Karena Nabilla memang udah nggak suka, jika disebut anak kecil. 

"Beneran, Pa. Billa nggak bohong," ucap Nabilla untuk lebih meyakinkan papanya. Tamam semakin mengerutkan kening. Kemudian mengedarkan pandang. Menatap ke arah jam dinding. 

"Bentar lagi magrib. Kemana Arsilla, ya?" ucap Tamam dalam hati. Kemudian dia memainkan bibirnya. 

"Pa ... ayok ke rumah Gita dulu! Mama sama papanya Nathan ada di rumahnya itu. Beneran Billa nggak bohong," ajak Nabilla dengan nada sedikit memaksa.

Tamam mengatur napasnya sejenak. Tapi hatinya memang masih belum yakin apa yang di katakan anaknya itu. 

"Ayok, Pa!" ajak Nabilla lagi, kini ia berusaha menarik tangan papanya itu. Karena dia semakin tak sabar, ingin membuktikan kepada papanya, kalau apa yang ia katakan itu benar adanya. 

"Ok! Ok! Ayok kita ke sana!" balas Tamam akhirnya. Karena anaknya memang semakin memaksa. Semakin kuat juga menarik pergelangan tangannya. 

Karena nggak sabar, Nabila terus menarik tangan papanya. Mereka melangkah dengan tergesa-gesa. Karena Nabilla jalan cepat, akhirnya Tamam pun mengikuti. 

"Pelan-pelan! Nanti kita kesandung kalau jalan cepat-cepat kayak gini!" ucap Tamam, karena keadaan pun semakin petang. 

"Ish ... aku mau buktikan ke Papa kalau aku itu nggak bohong," sahut Nabilla. Tamam hanya bisa mengikuti apa maunya Nabilla saja. 

"Nabilla masih kecil. Tapi apa benar yang ia katakan tadi? Arsilla ketemu sama Anton? Ngapain? Ada hubungan apa mereka? Dekati waktu magrib-magrib gini? Semoga Nabilla hanya berhalusinasi saja!" ucap Tamam dalam hati, penuh tanya. Dia masih terus melangkah dengan tangan yang masih ditarik oleh anak perempuannya. 

Ya, Tamam masih berharap apa yang dikatakan anaknya itu tak benar. Karena selama ini dia memang tak ada menaruh rasa curiga sama sekali. 

Selama ini, hubungan rumah tangga mereka memang baik-baik saja. Bahkan Arsilla di mata Tamam adalah wanita yang polos dan lugu. Tak banyak tingkah dan tak banyak mengeluh juga. 

**************************

Tamam dan anaknya sudah sampai di depan rumah kosong itu. Dia tak menemukan apa-apa, karena keadaan rumah memang sudah mulai gelap. Tak ada lampu. Hanya di terangi lampu jalan saja. 

"Kalau apa yang dikatakan Nabilla itu benar adanya, ada Arsilla dan Anton di dalam rumah ini, aku tak mau anakku tahu, apa yang Arsilla dan Anton lakukan!" ucap Tamam dalam hati. Dia tak mau anaknya tahu apa yang sebenarnya terjadi. Karena pikiran Tamam memang sudah panjang. 

Sama-sama sudah punya pasangan halal, tapi nekad ketemuan mendekati Magrib, apalagi kalau bukan nafsu yang mereka cari. Itu yang ada dalam pikiran Tamam. Ia tak mau anaknya tahu. 

Tamam mengendarkan pandang terlebih dahulu. Dia memang belum melihat istrinya. Selama tangannya ditarik anaknya menuju ke rumah kosong, dia memang belum melihat istrinya. 

"Silla ... biar Papa saja yang masuk ke rumah itu, ya! Udah Magrib juga, anak kecil pulang saja ya! Anak kecil magrib-magrib keliaran seperti ini nggak baik," pinta Tamam. Sengaja memang untuk meminta anaknya pulang. 

Jujur saja mendengar itu Nabilla kesal. Bibirnya seketika maju. Hatinya pun seketika dongkol. 

"Ish ... nanti Papa nggak percaya sama Billa. Billa cuma mau buktiin ke Papa, kalau Billa itu nggak bohong," jawab Nabilla. Karena dia memang tak mau pulang. Karena sebenarnya dia sendiri juga penasaran, mamanya sama papa teman sekelasnya itu, lagi ngapain di dalam rumah kosong itu. 

"Sayang, Papa percaya sama kamu, ya! Tapi ini udah Magrib, kamu pulang ya!" balas Tamam terus membujuk anaknya agar mau pulang. 

Nabilla menghela napasnya sejenak. Kemudian kepalanya menunduk. Sebenarnya ingin sekali menentang papanya. Tapi dia akhirnya mengikuti apa yang perintah papanya. 

"Yaudah kalau gitu," balas Nabilla lesu. Kemudian dia segera membalikkan badannya. Berjalan lemas untuk menuju ke rumahnya. Hatinya masih di rundung rasa penasaran. 

Tamam sendiri mengatur napasnya terlebih dahulu. Ia menekan kuat dadanya, tetap berharap apa yang disampaikan anaknya itu tidak benar. Dia masih percaya sama istrinya, kalau istrinya memang wanita setia dan sholikhah. 

"Tenang Tamam! Tenang! Yakin di dalam rumah kosong itu, tak ada istrimu di sana! Yakin istrimu sekarang ada di rumah, menunggumu untuk menjadi imam sholat magribnya!" ucap Tamam dalam hati. Masih berharap, dia tak menemukan istrinya di rumah itu.

Tamam melangkah mendekati rumah kosong itu. Tiba-tiba ia menghentikan langkahnya. Ia semakin fokus memasang telinganya. 

Deg! 

Jantung Tamam seolah berhenti berdetak, saat telinganya mendengar suara d*sahan dari dalam rumah kosong itu. Tangannya seketika mengepal. Amarahnya seketika naik ke ubun-ubun. 

Gendang telinganya tahu betul, bagaimana suara istrinya. Dia tahu betul bagaimana des*han istrinya. 

Nabilla yang memang sudah berjalan menuju ke rumahnya, ia juga ikut menghentikan langkahnya. Menoleh ke arah papanya. 

"Aku ke rumah Nathan saja kalau gitu, mau kasih tahu dia, kalau papanya sedang sama mamaku di rumah kosong itu. Awas saja kamu Nathan! Awas saja kalau sampai papamu ngapa-ngapain mamaku, habis di sekolahan kamu aku bikin!" ucap Nabilla geram, tanpa mikir panjang lagi, Nabilla berlari cepat menuju ke rumah teman sekelasnya, yang memang rumah mereka masih satu lorong. 

********************************

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fiiz Hap
orangtuanya berduaan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Extra Part Ending. 40

    Bab 40Ektra Part 2Lamaran berjalan dengan lancar. Selain lamaran, pembahasan pernikahan sekalian sudah di rundingkan. Semuanya setuju, semuanya merestui. Karena mereka sama-sama tahu betul bagaimana perjuangan cinta anak mereka. Dua keluarga sepakat, acara pernikahan akan digelar semeriah mungkin. Kalau Nabilla sendiri, dia menginginkan pernikahan yang sederhana saja. Begitu juga dengan Nando. Tapi, mereka juga tak bisa menolak keinginan keluarga besar. Nabilla anak pertama dan tunggal. Jadi Nathan menginginkan yang terbaik tentunya. Begitu juga dengan Marlina dan Farhan, Nando juga anak tunggal mereka. Tentu saja tak lega, jika pernikahan anak mereka digelar sederhana. Nabilla dan Nando akhirnya nurut saja. Bagi mereka yang penting semuanya merestui. Itu udah lebih dari cukup.*************************"Kamu deg-degan nggak?" tanya Nando lewat sambungan telpon. Mereka sudah tak diijinkan untuk bertemu. Istilah ngomongnya mereka sedang dipingit."Iya. Kamu sendiri gimana? Deg-deg

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Extra Part. 39

    Bab 39Ekstra Part 1"Kalian masih muda. Yakin mau menikah muda?" tanya Nathan kepada anaknya. Cukup terkejut mendengar pengakuan Nabilla. Ya, Nabilla sudah menceritakan semuanya kepada ayahnya. Nathan tentu saja tercengang mendengar itu. Karena dia pikir, masih banyak yang harus Nabilla kejar. Apalagi, Nabilla termasuk siswa berprestasi. Tapi cinta dia kepada satu laki-laki memang tidak main-main. Itu yang Nathan lihat. "Nabilla yakin ayah, tapi ... kalau Ayah tak mengijinkan, maka Nabilla juga nggak akan mungkin melawan Ayah. Karena bagi Nabilla, ayah segalanya! Tak akan mungkin Nabilla temukan, cinta tulus dari laki-laki selain ayah!" jawab Nabilla. Cukup menyentuh hati yang mendengarnya. Nathan menarik napasnya sejenak. Dia tak menyangka kalau anaknya akan berkata seperti itu. Hatinya terenyuh, saat anaknya bicara seperti itu. Meyakinkan kalau anaknya sangat mencintainya, sangat menghormati dan menghargai keputusannya. Walau keputusannya nanti, mungkin bisa dibilang tak sejala

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Ending. 38

    Bab 38Ending"Seperti itulah ceritanya, kenapa mamamu Amelia sampai sekarang, masih di penjara sampai detik ini! Dia merasa bersalah dan dia menyerahkan diri!" ucap Marlina. Dia menjelaskan semuanya. Di situ juga ada Nathan dan William. Tapi tidak ada Nabilla. Ya, kejadian kecelakaan yang dibuat Amelia di masa lalu, membuat ingatan Nando hilang. Vonis dokter mengatakan memori ingatan Nando hilang. Penyembuhan otak tidak mudah, membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih. Walau tidak pulih seutuhnya, seperti sedia kala. Amelia menyerahkan diri, karena terus menerus dihantui rasa bersalah. Apalagi, kalau melihat Nando kesakitan, jika dia ingin mengingat sesuatu. Bukan hanya Amelia yang masuk penjara, tapi Jambrong juga. Polisi berhasil menangkapnya. Amelia sendiri yang melaporkannya. "Jadi Mama kandungku, Mama Marlina?" tanya balik Nando. Marlina menganggukkan kepalanya. Kemudian refleks Nando memeluk perempuan yang telah melahirkannya. "Maafkan aku, jika selama ini aku tak meng

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Akhirnya. 37

    Bab 37Akhirnya."Marlina!" sapa Amelia setelah dia tiba di ruang Nabilla. Tentu saja semua yang ada di ruangan itu menoleh ke arah suara. "Amelia?" balas Marlina. Terkejut dan tak percaya, jika Amelia datang menemuinya.Amelia terkejut melihat Nabilla yang sama dengan Nando. Lemah tak berdaya di pembaringan. "Astaga ... apa yang aku lakukan? Mungkin Nathan perasaannya juga sama yang aku rasakan saat ini. Khawatir dengan keadaan putrinya! Kenapa aku jahat sekali!?" Maki Amelia dalam hati. Ya, dia memaki dirinya sendiri. Dengan langkah pelan dan badan gemetar, Amelia masuk ke ruangan Nabilla. Matanya tak lepas memandang ke arah gadis itu. Gadis yang selama ini dia benci. Gadis yang selama ini, ia inginkan celaka. Nathan dan Marlina bingung melihat tingkah Amelia. Ada rasa was-was juga. Was-was jika Amelia menyerang Nabilla. Ya, pikirkan mereka masih negatif thinking dengannya. "Ada apa, Amelia?" tanya Marlina. Ditanya seperti itu, Amelia terkejut. Dia baru sadar kalau dia datang k

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Detik-detik Akhir. 36

    Bab 36Detik-detik Akhir"Sejak kapan kamu di sini?" tanya Amelia kepada Marlina. Yang ditanya masih terus mengontrol emosinya."Tak penting kamu tahu sejak kapan aku di sini. Kenapa kamu menghilang?" jawab dan tanya balik Marlina. Amelia membuang muka begitu saja. Tak langsung menjawabnya."Bukan urusanmu!" balas Amelia ketus. Cukup membuat Marlina terkejut tentunya."Bukan urusanku kamu bilang? Kamu pergi membawa anakku! Dan kamu bilang itu bukan urusanku? Ternyata kamu tega sekali. Bukan hanya tega tapi juga kejam!" sungut Marlina. Amelia masih membuang muka. Dia tak berani menatap wajah Marlina. "Dia sekarang anakku! Bahkan secara negara dia sudah sah menjadi anakku! Kamu tak ada hak atas dia!" balas Amelia. Mendengar itu tentu saja membuat Marlina sakit hati. "Dia tetap batal jika menyentuhmu Amelia! Karena secara agama dia putraku! Kamu sangat jahat!" Marlina mengingatkan akan takdir yang sesungguhnya. "Persetan! Nando anakku, sampai kapan pun dia anakku! Jangan harap kamu bi

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Keadaan. 35

    Bab 35Keadaan"Nak, bangun! Nabilla bangun! Ayah mohon!" ucap Nathan. Dia sudah sampai di rumah sakit. Nabilla tak sadarkan diri. Air mata terus berjatuhan. Dadanya sangat sesak. Napasnya seolah tersumbat. Yang ia pikirkan hanyalah keselamatan Nabilla. Hanya itu. Tak ada yang lain lagi.Panggilan telpon dari segala penjuru tak ia respon. Sekarang fokusnya hanya ke Nabilla. Nabilla segalanya baginya. Marlina sudah sampai di rumah sakit. Dia saat ini ada di ruangan Nabilla. Dia baru saja dari ruangan Nando. Nando masih sama keadaannya. Belum sadarkan diri juga. Amelia belum sampai di rumah sakit. Dia masih syok di rumahnya. Syok mendengar Nando kecelakaan. Padahal dia berharap, kabar seperti ini, tidak untuknya. Tapi untuk Nathan dan William. "Nak, bangun!" ucap Marlina lirih di dekat telinga Nabilla. Nathan menoleh ke arah Marlina. Melihat Nabilla melakukan itu, hatinya terasa terenyuh. "Bagaimana keadaan Nando?" tanya Nathan. Yang ditanya menoleh ke arah Nathan. Dia menarik napa

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Hanya Rencana. 34

    Bab 34Hanya Rencana?"Astagfirullah ...." ucap Nathan saat dia kepleset. Nggak tahu kenapa, tiba-tiba Nathan terpleset. Cukup membuat rasa nyeri di kaki ia rasakan. Dengan perlahan Nathan bangkit. Seketika degub jantungnya berdegub kencang sekali. "Kok, perasaan aku jadi nggak enak gini, ya?" tanya Nathan pada diri sendiri. Ya, dia merasa hatinya sedang tidak baik-baik saja. "Nabilla dan Nando sudah sampai rumah Bu Marlina belum, ya?" tanya Nathan, dia jadi kepikiran dengan mereka. Nathan segera melangkah menuju ke ruang TV dengan sangat pelan-pelan, karena kakinya masih nyeri, belum nyaman. Dia duduk di sana terlebih dahulu. Menenangkan hatinya sejenak, sambil sedikit menekan-nekan kaki yang terasa nyeri itu. "Aku telpon Bu Marlina saja. Tanya mereka sudah sampai apa belum. Kalau aku telpon Nabilla itu terlalu berbahaya. Dia sedang di jalan," gumam Nathan ngomong sendiri. Setelah hatinya sedikit bisa dia kendalikan, Nathan meraih gawainya. Dia segera mencari nomor Bu Marlina.

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Lanjutan Rencana. 33

    Bab 33Lanjutan Rencana"Ayah, hari ini Nabilla mau ke rumah Bu Marlina. Ibu yang menolong Nabilla itu. Boleh?" tanya Nabilla kepada ayahnya. Nathan sendiri baru saja selesai bertemu dengan Marlina. Kisah hidupnya cukup membuatnya sesak saat mendengarnya. Ya, Marlina sudah menceritakan semuanya kepada Nathan, masalah Nando hingga jatuh ke tangan Amelia. Cukup menyakitkan dan tentunya cukup bodoh. Itulah yang Nathan pikir, karena dia tak habis pikir, dengan jalan pikir Marlina kala itu. "Mau ayah antar?" tanya Nathan. Nabilla mengulas senyum tipis. Kemudian dia menggelengkan kepalanya. Nathan melipat keningnya sejenak."Nggak usah, Ayah! Nabilla nanti dijemput Nando. Boleh, kan?" jawab dan tanya lagi Nabilla. Nada tanya yang ia katakan, cukup membuat Nathan tak kuasa untuk menolaknya. Tak tega lebih tepatnya. Nada suara Nabilla terdengar sangat berharap. Berharap untuk diijinkan. Nathan menarik napasnya sejenak. Sebenarnya dia sangat berat untuk melepas Nabilla pergi tanpa dirinya.

  • Digerebek Saat Lagi Mendesah   Menjalankan Rencana. 32

    Bab 32Menjalankan Rencana"Kamu bodoh sekali Jambrong! Bisa-bisanya kamu gagal culik anak kecil!" Maki Amelia. Sorot mata menyalang, ia lemparkan ke arah lelaki berbadan kekar itu. Dia sudah bersama Jambrong hari ini. Sengaja dia meminta Jambrong untuk datang menemuinya. Semalaman dia tak bisa tidur, gara-gara ucapan Nando, yang telah mengetahui nama Nando Perkasa. Cukup menyita perhatiannya. "Anak itu tak selugu yang kita lihat. Dia itu licik!" balas Jambrong. Amelia nyengir begitu saja. "Halah ... alasan!" sungut Amelia, dengan mata menyalang murka dan memerah. Jambrong menundukan kepalanya. Dia menyadari kalau dia salah. Wajar jika Amelia marah, dia sudah memberikan uang banyak kepada lelaki berbadan kekar itu. Tapi hasilnya tak sesuai dengan apa yang diinginkannya. Cukup membuat rasa kecewa dan sesak menjadi satu."Selicik-liciknya dia, dia itu anak kecil ... harusnya malu bisa kalah sama anak kecil? Percuma badan gede, tapi kalah sama anak kecil!" Maki Amelia lagi. Rasanya me

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status