Share

BAB DUA

Penulis: sugi ria
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-27 13:31:20

Nadine sejak tadi mondar mandir di kamarnya. Rafael baru saja pamit setelah bicara dengan sang ayah. Kepalanya masih terngiang percakapan Rafael tadi. "Bisnis? Aset? Sepertinya tidak mungkin kalau dia punya bisnis, apalagi aset," gumam Nadine.

Kalau Rafael punya dua hal tersebut, mustahil pria itu akan hidup miskin. Baju lusuh, motor butut, juga tampilannya pasti akan lebih bersih. Setidaknya hidup Rafael akan terlihat lebih baik.

Nadine melemparkan tubuhnya ke kasur. Menatap hampa langit-langit kamarnya. Pikirannya berkelana ke mana-mana. Membayangkan apa yang akan terjadi padanya besok. Nadine tiba-tiba tertawa miris untuk sesaat.

Perempuan itu pada akhirnya melupakan pembicaraan Rafael tadi. Menepis kemungkinan kalau Rafael bisa saja orang kaya. Nadine memilih pasrah dengan hidup yang dia jalani.

Hingga kemudian helaan napas kasar terdengar. "Sudahlah, sepertinya aku tidak punya pilihan selain menerima dia jadi suamiku. Mungkin sudah takdir dan nasibku begini."

Namun, dalam benaknya, kejadian itu masih menyisakan banyak pertanyaan yang belum terjawab.

Dua hari setelah kejadian tersebut, Nadine kembali masuk kantor seperti biasa. "Aku turut bersedih ya, Nad." Suara itu membuat Nadine menoleh. Ada Eva, sahabatnya yang hampir menangis.

"Tidak apa-apa. Mungkin ini sudah nasibku. Aku dan David tidak berjodoh."

"Padahal kamu cinta sama dia."

"Banget," balas Nadine dengan mata berkaca-kaca. "Dia teman kecilku, dia yang paling tahu aku bagaimana. Tapi entahlah, aku sekarang seperti tak mengenalnya. Dia begitu asing."

Eva menggenggam tangan Nadine, menguatkan sang sahabat. "It's okay. Semoga ini yang terbaik untuk kalian. By the way, kamu jadi nikah sama si dekil itu. OMG, aku tidak percaya, tampang minus aja sok-sok-an melecehkan cewek. Apalagi ini kamu, asisten manager marketing dari P&K Express. Perusahaan ekspedisi paling bonafit seluruh negeri."

Eva berucap dengan senyum miring tercetak di bibir. "Aku benci dia! Tapi aku tidak bisa menolak keinginan ayah. Kamu tahu, kabarnya sudah menyebar seantero kampung. Aku bisa apa. Aku cuma seorang sampah sekarang."

Nadine menunduk, perlahan air mata menetes di pipi wanita cantik itu. Hidupnya yang awalnya sempurna, berubah hanya dalam semalam. Dia tak berani lagi menatap ke depan. Ada perasaan rendah diri yang kini menghinggapi Nadia.

"Jangan khawatir, ini cuma sementara. Lama-lama kamu dan orang-orang itu akan lupa dengan hal ini, percaya deh. Look Nad, kamu kuat, kamu cantik, kamu bisa hadapi ini."

"Terima kasih, Va. Cuma kamu yang paling mengerti aku." Eva tersenyum menanggapi ucapan Nadine, meski detik berikutnya senyum itu menghilang.

"Aku pergi dulu ya. Duduk aja di sini, menenangkan pikiran. Aku yang traktir." Eva menepuk punggung tangan Nadine. Wanita itu tersenyum sekilas. Tahu Eva punya kekasih, meski tak pernah bersua muka. Eva enggan me-reveal siapa identitas kekasihnya.

Sementara itu, Rafael yang baru saja datang ke kantor Nadine melihat sebuah mobil yang sangat familiar di matanya.

Lalu, sambil mengendap-endap, ia mendekati mobil itu dan melihat seorang perempuan masuk ke mobil tersebut. Sampai akhirnya, sebuah suara samar membuat tangannya mengepal keras.

"Maaf, lama menunggu. Aku harus sedikit ... tahu sendirilah," ucap perempuan tersebut setelah masuk ke dalam mobil.

"Tidak masalah, yang penting hasilnya. Mau bersenang-senang?" Senyum perempuan itu mengembang, satu ciuman menyapa bibir si pria, dengan sang lelaki gegas menyambut.

Tanpa mereka sadari, pemandangan itu disaksikan oleh seorang kurir yang baru saja mengantarkan paket. "Mobil itu?! Jangan-jangan..." gumam Rafael.

Rafael menggelengkan kepala, dia harus menyelesaikan tugasnya. Ada hal lain yang harus dia kerjakan.

Nadine menatap jengkel pada Rafael. Pria itu datang ke kantor Nadine. "Ngapain kamu di sini?"

"Untukmu," kata Rafael singkat. Tanpa peduli pada raut kesal Nadine.

"KW berapa?" Nadine menatap benda di tangannya, lalu berganti menatap wajah Rafael yang datar tanpa ekspresi.

"KW satu, mumpung ada diskon, aku belikan. Bagus bukan?"

Nadine berdecih sebal. Beberapa karyawan mulai berbisik-bisik melihat Nadia dan Rafael. Berita itu entah bagaimana bisa merebak sampai ke kantor.

"Manager kok mau sih sama kurir dekil begitu."

"Ya mau bagaimana, sudah terlanjur di DP jadi harus dilunasinlah."

Cibiran memang mulai terdengar di mana-mana. Tidak di rumah, tidak di kantor. Mereka lebih kurang menuduhnya murahan. Ditambah David yang memilih memutuskan pertunangan mereka. Makin apes nasib Nadine.

Netra tajam Rafael menatap wajah karyawan yang tadi menggunjingkan Nadine. Sudut bibirnya tertarik, menampilkan gelagat misterius, macam predator tengah mengintai mangsanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
SskyRach
mau vote tapi saya tidak ada gem:(
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dihina Pengangguran Tak Berdaya, Ternyata Suamiku Kaya Raya   BAB 339 KEBAHAGIAAN

    "Sah?" "Sah!" Ucapan syukur terdengar melaung di ruang luas kediaman Rafael yang kini disulap jadi sebuah tempat berhias penuh bunga. Area di mana Rionald akhirnya bisa menikahi Dewi kembali. Pria itu tak bisa menahan haru kala melihat Dewi muncul diantar Paramita. "Ingat, Bang. Jangan sia-siakan kesempatan kedua yang sudah diberikan. Jangan sampai kamu sakiti dia lagi. Malu sama cucu yang sudah seabrek dan masih mau nambah lagi." Paramita memperingatkan Rionald yang langsung mengangguk. Diraihnya tangan Dewi, dipandanginya paras perempuan yang kini kembali jadi istrinya. Dalam pandangan Rionald, wajah Dewi masih sama cantiknya seperti tiga puluh tahun lalu. "Ingatkan aku jika aku berbuat salah, pukul kalau perlu." Rionald sungguh ingin memperbaiki semua. Dia hanya ingin menghabiskan sisa hidup bersama Dewi sambil merawat cucu kandung mereka yang lima bulan lagi akan lahir. Dewi mengangguk, dia sangat terharu juga tersentuh, setelah melihat kesungguhan Rionald yang ingin ber

  • Dihina Pengangguran Tak Berdaya, Ternyata Suamiku Kaya Raya   BAB 338 ORANG TUA YANG BAIK

    "Cedric Laurent De Angelo dan Celine Laura De Angelo. Intinya mereka adalah sumber kebahagiaan, bukankah surga itu tempat di mana semua orang merasa bahagia. Nama mereka juga bermakna pemenang. Walau perjalanan mereka sejujurnya baru saja dimulai." Nadine tak bisa berhenti tersenyum, menatap dua buah hatinya yang sedang tidur pulas, setelah tadi menjerit karena lapar. Seperti kata Rafael, ASI Nadine memang keluar lebih awal, hingga perempuan itu tak kesusahan pasal ASI. Anugerah lain yang tidak semua perempuan dapatkan. Sita contohnya, ASI-nya baru keluar di hari keempat, dan mulai lancar setelah satu minggu. Nadine sendiri langsung bisa duduk dan berjalan ke kamar mandi, persalinan normal memang lebih cepat pulih. Terlebih perempuan itu melahirkan tanpa jahitan sama sekali. Yang Nadine rasakan tinggal rasa perut yang masih tidak nyaman dan kesulitan jika akan ke kamar mandi. Langkahnya juga masih pelan, belum secepat keadaan normal. Karenanya dia masih memakai kursi roda jika

  • Dihina Pengangguran Tak Berdaya, Ternyata Suamiku Kaya Raya   BAB 337 TERIMA KASIH SUDAH BERTAHAN

    "Bayinya tidak menangis," gumam seorang staf tanpa sadar. Dirinya baru menyadari kesalahannya saat sang rekan menyenggol lengannya, dan reflek menutup mulutnya.Sementara Reva serta sang dokter langsung memeriksa, dan wajah keduanya seketika berubah pucat berbalut panik. Leher bayi laki-laki Nadine terlilit tali pusat. Bagaimana bisa, padahal USG terakhir tidak menunjukkan hal tersebut.Pertolongan lekas dilakukan . Tali pusat dipotong dengan oksigen segera diberikan. Namun bayi mungil itu tak jua memberi respon, sedangkan saudarinya terus menjerit melengking.Suaranya terdengar sampai ke ruang tunggu di mana hampir semua anggota keluarga De Angelo plus Hermawan dan Heni ada di sana."Pak, kenapa cuma satu yang menangis?" Heni bertanya dengan kecemasan level tinggi pada sang suami. "Berdoa ya, Bu. Semua mohon doanya. Semoga Nadine dan bayinya diberi keselamatan."Semua orang lantas menundukkan, berdoa dalam hati masing-masing. Bahkan David, orang yang tak kenal kata doa ikut trenyuh

  • Dihina Pengangguran Tak Berdaya, Ternyata Suamiku Kaya Raya   BAB 336 HAL BURUK

    "La? Malah sudah pecah. Bukaan baru empat.""Kita masih bisa tunggu, Dok." Reva mengangguk paham, sebagai dokter dia tahu kalau mereka punya waktu dua puluh empat jam setelah ketuban pecah untuk melahirkan bayi, tanpa ada efek samping yang membahayakan bayinya.Meski kehamilan Nadine lemah di awal tapi semakin ke sini, kandungan Nadine menunjukkan kekuatannya. Hingga tidak ada masalah jika mereka harus menunggu lagi, tanpa perlu tindakan sesar."Sabar ya, aku tahu rasanya sakit. Tapi percaya deh, yang sedang kamu perjuangkan melalui rasa sakit ini adalah hal yang tak ternilai harganya."Nadine mengangguk mendengar ucapan Reva. Selang oksigen dan infus sudah terpasang, sebab tadi Nadine mengeluh sesak. Saat itulah ponsel Reva berdering. Perempuan itu melihat siapa penelponnya. Hingga dia menjawabnya di situ, tanpa berpindah tempat."Kenapa, Re?" Tanya Rafael dari ujung sana."Abang cepet ke rumah dah, anakmu tidak sabar ingin segera melihat dunia," balas Reva bersamaan dengan Nadine

  • Dihina Pengangguran Tak Berdaya, Ternyata Suamiku Kaya Raya   BAB 335 PECAH KETUBAN

    "Kok makin kenceng, Re. Aduh sorry." Sita melotot melihat tangannya diremas reflek oleh sang kakak. Suasana mobil berubah panik. Reva yang menyetir bak orang gila turut menambah atmosfer Too Fast Too Furious di dalamnya."Re, slow, Re! Banyak nyawa di dalam sini." Paramita memperingatkan. Perempuan itu mendekap erat dua cucunya. Takut kalau Reva membuat kesalahan fatal."Tenang Ma, Reva punya lisensi balapan F1," Reva menjawab asal. Sebuah wireless blue tooth terpasang di telinganya. Perempuan itu tengah berkoordinasi dengan dokter di rumah sakit."Jangan ngaco kamu. F1 cuma buat kamu doang penumpangnya, ini se-erte penumpangnya." Paramita masih bisa berteriak di sela desis kesakitan Nadine. Perempuan itu dengan cepat kehilangan rona merah di parasnya."Santai Ma. Santai Nad. Jangan jejeritan. Nanti tenaganya habis. Kalau betul kontraksi mungkin itu baru satu atau dua. Aku bisa periksa tapi gak mungkin kan aku lakukan di sini, depan anak-anak pula. Jadi tahan ya, kita cus ke rumah s

  • Dihina Pengangguran Tak Berdaya, Ternyata Suamiku Kaya Raya   BAB 334 PREDIKSI LAIV

    Meski bahasanya masih belepotan, belum jelas pengucapannya, tapi Maira yang tadinya ditindih Laiv sampai menjerit melengking, bisa paham apa yang Nadine perintahkan. Bocah yang masih memakai baju tidur itu lekas berlari ke arah dapur, di mana Paramita tadi berada. Tak berapa lama perempuan itu datang dengam seorang ART mengikuti. "Bukan kontraksi kan?" Tanya Paramita. Dia dan sang ART memapah Nadine untuk duduk di sofa."Kayaknya bukan, Nadine cuma kaget, Maira di-smack down Laiv."Paramita melotot pada sang cucu sementara yang dimarah malah pasang muka innocent, tidak bersalah. Laiv kadang bisa kalem, kadang bisa ikutan tantrum macam Maira yang memang hobi ngereog."Maira, bisa tolong panggilkan Tante Reva di kamar. Bilang Tante Nadine perutnya sakit. Laiv tunggu di sini.""Peyut atit," kutip Maira sambil melangkah pergi seraya melompat kegirangan.Sepeninggal Maira, giliran Laiv yang ditatar Paramita. "Laiv, Sayang. Lain kali gak boleh kayak gitu lagi. Maira nanti bisa terluka. Bi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status