Home / Romansa / Dijerat Mantan Suami Agar Aku Mau Kembali / Bertemu Dengan Mantannya Suaminya

Share

Dijerat Mantan Suami Agar Aku Mau Kembali
Dijerat Mantan Suami Agar Aku Mau Kembali
Author: Masrie Napitupulu

Bertemu Dengan Mantannya Suaminya

last update Last Updated: 2025-03-22 12:52:57

"Tidak ada kehamilan untuk persenggamaan ini, ingat!"

"Kita sudah menikah dan aku istrimu, Harper."

Hazelt berdiri di sisi ranjang, membiarkan tubuhnya yang tanpa sehelai benang terpampang di depan mata Harper.

"Aku tidak pernah menginginkanmu, Hazelt!"

Harper menjauhkan pandangannya seraya merapikan handuk yang melilit di pinggangnya. Perlahan berjalan menuju jendela, kemudian membukanya lebar-lebar. Udara subuh segar di musim dingin segera memenuhi ruangan kamar lantai tiga sebuah mansion.

Hazelt memandangi tubuh pria yang dipenuhi otot kuat dan liat itu, telah menikahinya setahun yang lalu. Dia sangat seksi dan tampan namun sikapnya sangat cuek dan dingin.

Pria itu menikahinya untuk mempertanggungjawabkan apa yang sudah dilakukannya di malam itu. Selama pernikahan mereka, baru kedua kali ini Harper menyentuh tubuhnya setelah di malam itu.

"Baiklah, kalau itu yang kamu inginkan, Harper. Tapi..."

Hazelt menggantung ucapannya, ia melilitkan kimono tidur untuk menutupi tubuhnya yang menggigil kedinginan. Berjalan menghampiri Harper dan berhenti tepat di belakang pria itu.

Hazelt bisa merasakan aroma maskulin yang segar, tercium dari tubuh pria setengah telanjang di hadapannya. Wanginya yang segar menyeruak masuk ke lubang hidungnya. Aroma tubuh inilah yang membuatnya tergoda, sampai kehilangan akal dan kesuciannya di malam itu.

Persekian detik ia hanya berdiri menunggu namun tidak sedikitpun pria itu mau berbalik badan, sekedar melihat dirinya yang berdiri di balik punggung kekar itu.

"Harper, kita bercerai saja!"

"Tidak bisa!" Penuh emosi Harper memutar badan cepat, matanya melotot menatap Hazelt. Pancaran matanya menyiratkan amarah yang besar.

"Apa artinya pernikahan ini jika kamu tidak menginginkan anak dariku?"

"Ya ampun, Hazelt, cukup berdebat soal anak! Aku tidak pernah menginginkan mereka ada di pernikahan ini!"

Harper membungkuk ke depan, tubuhnya yang tinggi besar seolah hendak akan menelan tubuh kecil Hazelt.

"Atau, kamu pikir, dengan memberikan anak padaku, maka semua harta kekayaanku jatuh padamu?"

"Atau, aku bakal mencintaimu setengah mati? Tidak, Hazelt!"

Hazelt menggeleng cepat, meremas sisi kimononya. Buru-buru menyurut ke belakang membuat jarak dengan Harper. Takut pria itu marah dan malah menyakitinya. Selama ini ia mengenal Harper seorang yang tempramen.

"Bagus! Cepat kenakan pakaianmu dan segera pergi ke kamarmu. Aku tidak mau ada yang melihatmu di kamarku."

Tentu Hazelt sangat sakit hati mendengarnya. Untuk apa Harper menikahinya kalau pria itu tidak mencintainya?

Di mansion cuma ada dirinya, Harper dan para pelayan. Apa yang dia takutkan sebenarnya?

"Aku ingin bicara." Hazelt berkata hampir tidak terdengar.

"Hmm."

Harper melirik jam di pergelangan tangannya. Kemudian menunjuk jam tangannya, sebagai isyarat tidak punya banyak waktu bicara dengannya.

"Ada yang sangat penting yang harus kamu ketahui." Hazelt meremas kedua telapak tangannya yang hampir membeku.

"Aku sedang di hotel tadi---"

"Sudah aku katakan jangan menunjukkan wajahmu di hotel! Kamu tahu apa yang terjadi kalau Nancy melihatmu di sana?"

"Justru aku ingin bicara tentang Nancy, Harper. Dia sudah berani berkata---"

"Cukup! Jangan coba-coba mengulanginya lagi, ingat!"

Hazelt terdiam membisu menatap Harper dalam kebingungan. Rasa sakit dan kecewa terus menerus ia terima dari Harper. Sedikitpun suaminya itu tidak pernah menghargainya.

"Aku akan menuruti semua keinginanmu, asal kamu memberikan satu saja permintaanku, Harper!"

Harper mendengus kesal namun dia terpaksa mengangguk kecil. Perlahan menyulut sebatang rokok dan menghisapnya dalam-dalam, sehingga gumpalan asap pekat terlihat memenuhi rongga mulutnya.

"Aku bosan di rumah terus, aku mau kembali bekerja di toko roti."

Seketika ruangan besar itu dipenuhi tawa terbahak-bahak Harper. Asap rokok yang memenuhi mulutnya berterbangan bebas di udara.

"Hazelt , aku sudah menghabiskan waktuku siang dan malam untuk mengumpulkan uang. Kamu cukup meminta berapa uang yang kamu inginkan!" Enteng Harper berkata, pria tersebut membungkuk ke depan dan menghembuskan asap rokok tebal ke wajah Hazelt.

Kemudian, mengeluarkan cek kosong dari laci meja di sampingnya. Melemparkannya ke wajah Hazelt.

Hazelt yang tidak terbiasa dengan asap rokok, akhirnya terbatuk-batuk. Seraya memegangi dadanya yang mulai terasa sesak, ia langsung panik merasakan di area lehernya seperti dicekik.

"Hentikan, Harper. Aku tidak bisa bernafas." Tangannya menggapai-gapai di udara. Cek kosong tadi ia biarkan terjatuh di lantai.

Cepat-cepat Harper membuang rokoknya dari jendela. Lalu, menjauh dari Hazelt. Sejenak membersihkan mulutnya di wastafel sebelum kembali menghampiri Hazelt.

"Uang pemberianmu selama ini sudah cukup untukku."

"Lalu, mengapa kamu ingin bekerja di tempat rendahan itu, Hazelt?"

Kedua alisnya terangkat. Tangannya bergerak cepat merapikan helai rambut yang menutupi wajah Hazelt. Lalu, mendorongnya pelan ke arah pintu keluar.

"Baiklah, aku tidak akan kembali bekerja ke toko roti, asalkan kamu mengizinkanku ke Vintage Town cafe malam ini."

"Silakan! Tetapi, jangan memintaku menemanimu makan malam. Selain aku tidak berminat, aku juga tidak mau membuang-buang waktuku." Harper melambaikan tangannya mengusir Hazelt.

"Rapikan pakaianmu sebelum keluar, Hazelt"

***

Setelah mendapat izin dari Harper, Hazelt pergi ke Vintage Town cafe.

"Hebat, ternyata kamu bisa datang juga , Hazelt." Senyum seringai Nancy menyambutnya. Gadis cantik berwajah oriental tersebut menunjukkan jam di pergelangan tangan kirinya. "Tepat waktu juga."

"Hmm, aku akan selalu menepati janjiku. Apa yang penting ingin kamu bicarakan?" Hazelt duduk membuat jarak dengan Nancy, dia adalah mantan kekasih Harper, juga merupakan rekan bisnis Harper.

"Aku ingin memberitahu kamu, kalau aku mau membawa Harper kunjungan kerja ke luar kota."

"Tidak bisa! Kamu perlu persetujuan dariku, Nancy! Dan, aku tidak setuju!"

"Ohh, apa penting persetujuan dari kamu, Hazelt? Bahkan Harper sendiri tidak menolak ikut bersamaku!"

"Harusnya kamu memikirkan tindakanmu ini sebelum melibatkan Harper dengan urusan pribadimu. Harper sangat sibuk di perusahaan sekarang ini, jadi kamu cari orang lain saja."

Hazelt menekan rasa cemburunya. Nancy bukan lawan yang pas untuknya. Gadis cantik itu bisa melakukan apapun yang diinginkannya, tanpa terkecuali merebut Harper darinya.

"Dia mantan kekasihku, jadi, aku memilih dia seorang yang menemaniku."

"Harper suamiku, Nancy, bukan milikmu."

"Dia hanya kasihan padamu, Hazelt! Setelah dia tahu kamu cuma gadis miskin dan dijadikannya taruhan. Jadi, Harper melihatmu tidak lebih dari seorang gadis malang yang butuh perlindungan."

"Apa itu yang dikatakan Harper padamu?"

"Yah, begitulah. Antara aku dan Harper, tidak ada hal yang perlu disembunyikan." Nancy tersenyum mengejek.

Sejenak terjadi ketegangan di udara. Hazelt menggertak gerahamnya. Mati-matian ia menutupi masa lalunya dari semua orang, malah dengan sengaja Harper ingin mempermalukannya.

Merasa sangat malu aibnya sudah terbongkar, Hazelt membuang muka, merasa sangat malu dan rendah berhadapan dengan Nancy. Sialnya, ia lupa membuat perjanjian dengan Harper waktu itu.

"Aku rasa pikiran kita sama, Hazelt. Lebih baik kamu bercerai saja dari Harper!"

"Itu bukan urusanmu, Nancy! Pernikahan kami baik-baik saja."

"Oiya, setahun menikah, tetapi tak kunjung hamil! Apa itu baik-baik saja?" ujar Nancy tersenyum miring.

Nancy membuka kancing blazernya dan menunjukkan perutnya yang membuncit. Gadis itu tampak mengelus-elus perutnya dengan senyum kepuasan.

"Hazelt, kamu istrinya saja tidak pernah disentuhnya, tetapi aku?"

"Apa maksudmu, Nancy?" Hazelt meneguk liur kesulitan.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dijerat Mantan Suami Agar Aku Mau Kembali    Di Serang Nancy

    Harper meninju udara kosong. Hatinya memanas karena semua rencananya gagal oleh karena Nancy. Harper gegas meninggalkan tempat itu sebelum amarahnya semakin membara.Sementara di ruangan sejuk dan nyaman. Baru saja Hazelt dan Charlie selesai bicara tentang rencana pertunangan mereka.Tanpa sepengetahuan Hazelt, di lantai bawah Harper berusaha mengikutinya. Rasa cemburu di dalam hati Harper melihat Hazelt berduaan dengan Charlie. Dia sangat mencintai Hazelt, dia tidak sanggup membayangkan Hazelt jadi bertunangan dengan Charlie. Sialnya, tindakannya tadi digagalkan oleh Nancy."Terimakasih, Hazelt. Aku senang kamu akhirnya setuju dengan tanggal pertunangan kita ini," ujar Charlie melepas tangan Hazelt dari genggamannya. Ekspresi kegembiraan tercetak di raut wajahnya."I-iya, aku juga sangat senang," sahut Hazelt memaksakan tersenyum. Dalam dadanya bergemuruh hebat."Jam tujuh nanti aku jemput," kata Charlie mengantarnya ke pintu ruangannya.Mau tak mau Hazelt cuma bisa mengangguk. Se

  • Dijerat Mantan Suami Agar Aku Mau Kembali    Jangan Mengajariku

    Harper membeku. Di depannya berdiri Nancy, mantan pacarnya yang paling dia hindari belakangan ini. Nancy terlihat terkejut sekaligus senang. "Harper! Ya Tuhan, apa yang kamu lakukan di sini? Aku mencarimu ke Stone Corp tadi, tapi katanya kamu keluar." "Nancy! Mengapa kamu di sini?" tanya Harper cuek. Raut wajahnya masam, tidak senang harus bertemu Nancy di sana. Dia juga menepis kasar tangan Nancy yang berusaha meraih tangannya. "Aku sedang ada urusan bisnis kemari," jawab Nancy, wajahnya cemberut."Terus? Sana urus saja urusanmu!" usir Harper mulai risih dekat-dekat dengan Nancy."Aku malas melihat wanita mandul itu datang," ketus Nancy menaikkan salah satu sudut bibirnya. "Jadi, aku tunda pertemuan dengan Charlie.""Hazelt maksudmu?" tanya Harper, menggertak gerahamnya. "Yah, siapa lagi wanita mandul, Harper?" Nancy mencibir."Nancy, jaga bicaramu! Aku tidak mau mendengar kata itu lagi, paham?" peringat Harper menaikkan jari telunjuknya di depan muka Nancy."Ya, ya, suka hatim

  • Dijerat Mantan Suami Agar Aku Mau Kembali    Mengintai Hazelt

    Harper menghentikan mobilnya di depan sebuah klinik tidak jauh dari perusahaan Rich Trover. Dia tidak punya pilihan karena inilah klinik terdekat dari Vintage Town kafe. "Hazelt," panggil Harper menyentuh pelan wajahnya.Hazelt membuka matanya. Sejenak mengedarkan pandangan ke sekitar. Sekarang mereka ada di depan sebuah klinik."Kamu tunggu di sini, aku akan panggilkan suster untuk membantumu ke dalam. Sementara aku memarkirkan mobil dulu," ujar Harper melepas safety belt Hazelt. Kemudian, merapikan rambutnya sedikit acak-acakan."Tunggu, Harper," cegah Hazelt menahan tangan Harper membuka pintu mobil. "Ada apa, Hazelt?"Hazelt membeku menatap ke tengah lobi klinik. Matanya terpaku pada seorang pegawai Rich Trover Corp, sedang berbicara dengan resepsionis. Hazelt tidak mengenalinya secara pribadi, tapi ia yakin pernah melihat pria itu di kantor pusat. Ia juga yakin, pria itu pasti sangat mengenalnya."Itu," katanya menunjuk kepada pria tersebut. "Aku mengenalnya salah satu pegawai

  • Dijerat Mantan Suami Agar Aku Mau Kembali    Rahasia Detak Jantung Di Rahimnya

    "Hazelt, kamu belum melupakan ini, kan?" bisik Harper, sejenak melepas lumatannya. Melihat Hazelt yang memejamkan mata, menikmati setiap sentuhan bibirnya."Harper..." desis Hazelt, seperti sebuah desahan kenikmatan.Harper kembali meraup bibir merah jambu Hazelt, meninggalkan sensasi panas dan menggairahkan di sana. Mengajak mantan istrinya itu bermain lebih panas lagi.Di ruang khusus Vintage Town kafe, aroma kemesraan bercampur dengan keringat dingin Hazelt. Ia mendapati dirinya tersesat dalam dekap hangat Harper. Sentuhan Harper seharusnya terasa asing, namun justru membangkitkan kenangan yang selama ini ia coba kubur. Sentuhan ketidaknyamanan dan penuh kerinduan, ciuman yang semula hanya ingin mengurai kenangan, tiba-tiba berubah menjadi gelombang panas yang melenyapkan akal sehatnya. Mereka melupakan status mereka sebagai mantan suami istri. Hanya ada sentuhan, desahan, dan rasa yang begitu menggelora hingga melumpuhkan logika Hazelt. Sentuhan nakal yang membangkitkan kembali

  • Dijerat Mantan Suami Agar Aku Mau Kembali    Desah nafas Harper

    Amarah Harper mendidih sampai ubun-ubun. Ucapan Justin sangat menyinggung perasaannya. Tinju Harper mengepal kuat, berusaha menahan getaran di dadanya. Bukan demi dirinya, tapi demi Hazelt. Mantan istri yang masih sangat dicintainya. Harper masih ingat dengan jelas bagaimana Justin mati-matian merebut Hazelt dulu. Hazelt wanita baik, terlalu polos, dan mudah percaya. Sialnya, keegoisan dirinyalah yang menghancurkan Hazelt. Dan, Justin yang sangat menginginkan Hazelt sejak malam naas itu, akan terus mengincarnya. Jika video itu tersebar, kehidupan Hazelt akan hancur, hatinya akan semakin remuk. Harper tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Percaya tidak percaya, dia terlalu mencintai Hazelt sekarang. Harper berpikir untuk membalas ucapan kasar dan merendahkan Justin. Tetapi, dia cuma simpan dalam hatinya, suatu saat dia akan membalaskan dendamnya kepada sepupunya itu. "Aku sudah memperingatkanmu, Justin." Harper mengabaikan semua ancaman Justin. Dia tidak peduli apa yang akan

  • Dijerat Mantan Suami Agar Aku Mau Kembali    Ancaman Justin Untuk Menjatuhkan Harper

    Tempat parkir toko roti itu terasa lebih panas bagi Hazelt, meski sekarang ini masih musim dingin. Sembari pandangannya mengitari sekitar memastikan tidak ada seorangpun yang memperhatikannya di sana bersama dengan Justin. "Bagaimana, Hazelt? Kamu ingin kita melakukannya di dalam mobil mewahmu itu atau ke kamar hotel?" tanya Justin dengan tatapan mesum. Napas pria itu memburu berpacu dengan gejolak panas dalam tubuhnya. Dia tidak bisa menahan dirinya lagi dengan pesona tubuh Hazelt. Itu bukan pilihan! Hazelt meneguk liur. Hazelt tidak sudi dengan pilihan gila Justin, menggeleng cepat. Dadanya berdebar kencang menunggu Harper yang rasanya seperti selamanya. "Kamu tidak mau menjawab atau kamu ingin aku mencumbu mu di sini sekarang?" ujar Justin dengan seringai di senyumannya. Tangannya terulur ke depan menyentuh ujung dagu Hazelt. Namun, dengan gesit Hazelt mengelakkan dirinya dari sentuhan pria mesum itu. Hazelt menutup matanya rapat-rapat, seolah hilang harapan Harper datan

  • Dijerat Mantan Suami Agar Aku Mau Kembali    Ancaman Justin

    Aroma roti panggang yang berubah terasa masam masih tercium samar di hidung Hazelt, saat ia berjalan meninggalkan toko roti besar dan padat pengunjung. Senyum tipis mengembang di bibirnya, kantong kantong kertas berisi croissant kesukaannya terasa ringan di tangan kirinya. Ia telah mengantongi rahasia Charlie, sekarang ia hanya butuh mencari waktu yang tepat untuk membicarakannya dengan Charlie."Pertunangan harus bisa batal!" gumamnya berjalan cepat menuju parkiran mobil. Namun, senyuman tipisnya sirna seketika, saat melihat Justin berdiri tidak jauh di depannya. Pria itu tersenyum sinis seolah-olah memperhatikannya sejak tadi."J-justin?" desis Hazelt tidak percaya bertemu dengannya di sini, meremas kunci mobil dengan kuat. Kedua matanya memindai di balik punggung Justin. Pria itu sendirian, tidak ada Harper bersamanya."Wah, agaknya takdir memang berkenan mempertemukan kita lagi," sapa Justin, tatapannya liar menyapu sekujur tubuh Hazelt.Cuih!Rasanya, Hazelt ingin melud

  • Dijerat Mantan Suami Agar Aku Mau Kembali    Luka Dalam Hazelt

    Lama Hazelt berdiri, sampai mobil Harper menghilang dari pandangannya.Ia tersentak setelah seorang pelayan menghampirinya, untuk memberikan kembalian uang Harper tadi."Ambil saja, orangnya sudah pergi," ujar Hazelt gegas meninggalkan tempat itu.Dari sana ia menuju parkiran mobil, setelah meninggalkan pesan kepada HRD, Hazelt melanjutkan rencananya untuk menemui pak Harto ke toko roti Rich Trover.Lima belas menit, Hazelt tiba di sana. Segera, aroma roti hangat dan kayu manis melekat di udara, menyambutnya sesaat ia tiba di depan toko roti Rich Trover.Kontras yang menenangkan dengan hawa dingin yang menusuk hati Hazelt. Pertemuan dan semua penuturan Harper tadi, telah membuat hatinya semakin bimbang. Ia harus mencari kebenaran kepada pak Harto."Hazelt..." seru seseorang berlari mendekatinya."Lama tidak kelihatan, tiba-tiba muncul udahan. Sudah kayak setan aja," timpal yang lain."Ihh, sekarang Hazelt makin cantik dan anggun aja," ujar seseorang lagi ikut menghampirinya."Astaga,

  • Dijerat Mantan Suami Agar Aku Mau Kembali    Dipengaruhi Oleh Harper

    "Aku mohon jangan berkata begitu, Harper. Aku tahu kamu bisa menjawabnya," desak Hazelt setengah memohon.Ia tidak perduli begitu menyedihkan di depan Harper. Atau, mantan suaminya itu mengejeknya.Harper tersenyum lebar. Tak perlu repot-repot memikirkan cara lain untuk menghancurkan hubungan Hazelt dengan Charlie."Yah, aku tahu tentang mereka. Tapi, apa kamu yakin bisa percaya dengan semua ucapanku?" pancing Harper tanpa emosi.Cepat-cepat Hazelt mengangguk. Melipat kedua tangannya di atas meja."Aku ada permintaan, Hazelt.""Please jangan begini, Harper. Aku tidak ingin berdebat kali ini. Anggap saja kita sudah saling mengenal lebih dekat. Aku percaya padamu dan sebaliknya.""Menurutmu begitu apa?" Harper tertawa kecil. Berbicara tentang Charlie hanya memancing rasa cemburunya."Kali ini aku mohon, Harper. Baik, setelah ini kita akan sering bertemu dan mengobrol lagi," bujuk Hazelt tidak sabar.Sejenak Harper menghela napas panjang, menatap tajam sang mantan istri. Kemudian menga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status