Setelah pesta ulang tahun Ghea serasa reunian, Galang dan Ghea mengantar tamu mereka yang langsung menuju ke lift. Mereka terlihat sumringah karena masing-masing membawa paper bag berisi kain tenun khas Dayak. Kesemuanya adalah ide Galang memperkenalkan kain khas Kalimantan, selain batik yang sudah go Internasional. “ Aku mau lihat anak-anak dulu.” Kata Ghea ketika mereka sampai ke kamar yang bersebelahan dengan kamar Ghea dan Galang, mengetuk pintu perlahan, ibu Marni keluar berbisik, “ Anak-anak sudah tidur, mereka capek nunggu mama dan papanya.” “ Oh… “ bisik Ghea penuh penyesalan. “ Besok aku akan melihat mereka, “ bisik Ghea. Galang melihat ke mata sendu Ghea yang penuh penyesalan, “ Besok pagi-pagi kita ajak jalan-jalan sebelum ke bandara.” Ghea merasa tenang mendengar janji Galang, memeluk Galang.Galang memperketat pelukannya, memasukkan kartu ke kamar mereka. “ Papa, terima kasih atas pesta ulang tahunnya, atas semua yang telah papa buat untuk mama.” “ Mama senang?” ta
Sampai di Balikpapan, Galang menyewa cleaning service untuk membersihkan rumah, mengepak barang-barang yang akan dibawa ke Sendawar. Beberapa barang yang tidak dipakai , ibu Marni dibantu ibu RT ,menanyakan ke tetangga membuat daftar siapa yang akan mengambilnya. Langsung nama Ghea meroket naik, dari perempuan sombong menjadi perempuan murah hati. Ghea tersenyum mendengar laporan ibu Marni, “ Itulah ibu, mereka tidak paham, hanya melihat dari luar.” Kata Ghea. Tiba-tiba Ghea merasa mual kembali, keinginan muntahnya semakin hebat disertai rasa pening, “ Mbak bisa buatkan saya teh manis hangat. Rasanya saya sering mual dan ingin muntah.” Kata Ghea. “ Apakah aku hamil?” bisik Ghea. Ghea mengingat kapan dia terakhir haid. Karena siklusnya tidak teratur diapun lupa kapan terakhir haid. “ Ibu, kapan ya haid saya yang terakhir? Ibu mungkin tahu?” tanya Ghea. “ Hmm.. waktu nak Galang pulang dari proyek, ibu sempat dengar dia ngedumel, “ Lagi PM, aku so tidak tahan.” Jawab ibu Marni samb
Satu tahun kemudian. Ghea sibuk menyiapkan makan malam, ibu Imelda Hutomo , Yasmin dan Oscar diundang Ghea makan malam di rukan . Ibu Imelda Hutomo, Yasmin dan Oscar ke Sendawar untuk menjemput Sinar liburan akhir tahun ke Jakarta. Untuk mengungkapkan dibutuhkan kesabaran dan kebijakan agar Sinar bisa menerimanya. Sinar perlahan-lahan diperkenalkan dengan keluarga biologisnya, awalnya dengan mengadakan komunikasi jarak jauh Sinar dengan Oscar. Sinar kagum ketika Oscar menunjukkan beberapa lukisan yang memenangkan perlombaan Internasional. “ Sinar ingin oom jadi guru menggambarku,” “ Baik, Sinar ke Jakarta nanti oom akan ajar melukis, agar Sinar bisa mewarisi seni melukis oom Oscar.” Kata Oscar. “ Betul, kapan Sinar bisa ke Jakarta?” “ Kalau mama Ghea dan papa Galang mengijinkan.” Jawab Oscar. Ghea dan Galang mendengar pembicaraan Sinar dengan Oscar melalui speaker handphone milik Galang, menyembunyikan wajah ketidak relaan mereka karena Sinar akan diambil dari kehidupan mereka.
Pesawat Garuda mendarat dengan mulus di bandara Soetta, Jakarta. Ghea Ananda Saputri segera persiapkan dirinya yang sedang duduk di kelas ekonomi. Dengan gemetar mendekati bosnya yang duduk di kelas busines, mengambil tas jinjing bosnya lalu keluar dari pesawat menuju apron kedatangan. Tubuh mungil itu dengan percaya diri, tanpa senyum ciri khas Ghea langsung menuju tempat pengambilan bagasi yang telah dikerumuni para penumpang yang tidak sabar menyerobot ,malah berdesak-desakan mengambil koper. Dari jauh Ghea melihat kopernya , mengambilnya , menunggu koper bosnya , dilihatnya label pada koper warna silver , ternyata cocok ,Ir. Galang Juda Saputra, MSc. Diseretnya kedua koper dengan kesulitan penuh karena harus memegang tas jinjing bosnya ,di punggungnya tergantung tas punggung berisi laptop dan dokumen-dokumen. Keluar pintu bandara, supir kantor sudah menunggu , langsung mengambil kedua koper. ” Wah, mbak Ghea benar-benar super woman, kuat juga menyeret dua koper ini. Berat ba
Ghea bangun dari tidurnya yang nyenyak, dia mengedarkan matanya sekeliling kamar kostnya yang sempit, tertata rapi dan bersih.” Ini duniaku, bebas dari segala suara kebencian dan intimidasi,” bisiknya.“ " Bertahun-tahun aku mendengar suara kebencian, menanggung intimidasi , ketidak adilan ibu tiri dan saudara tiriku. Aku menanggung semuanya demi papa. “ bisiknya. Ghea tahu ayah mencintainya tapi tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi sekarang papa berbaring tak berdaya di tempat tidur karena stroke. Sejak papanya menikah lagi , Ghea masuk dalam lubang api penderitaan karena ketidak adilan. Ibu tirinya lebih memperhatikan serta memberikan kasih sayang kepada Frenya Ananda Prayudi dan Fredo Anando Prayudi, dua adik tirinya. Ghea Ananda Prayudi dianggapnya sampah yang harus dimusnahkan dalam rumah keluarga Prayudi. Ghea yang sebenarnya periang , murah senyum, lincah berubah karena penderitaan , ketidak adilan bahkan setiap hari mendapat intimidasi dari mama tirinya.Seandainya ada
Ghea langsung memainkan jemarinya yang lentik di atas tuts keyboard. Karena asyiknya dia tidak mengetahui bahwa bos memejamkan matanya , diluar sadar bos membayangkan jemari lentik menari di atas tuts piano mendentingkan lagu " Fur Eize". Terbayang sesosok wajah eksotik dengan tubuh yang ramping , rambut panjang bergelombang tersenyum memandangnya sambil jemarinya terus menari di atas tuts piano. Jemari lentik berpoleskan kuteks warna ungu. Bos tersentak dari lamunan pendeknya,tiba-tiba matanya yang kejam kembali bersinar, luka lamanya kembali menganga membentang kenangan lama yang menyakitkan. “ Besok saya tidak mau melihat kukumu yang panjang. Potong kukumu , menjijikkan!” teriak bos. Ghea langsung berhenti mendengar teriakan bos. Dipandangnya wajah bos yang pucat , matanya yang kemerahan bibirnya menahan geram . “ Itu sebabnya kamu sering salah ketik, kukumu terlalu panjang sehingga menyentuh tuts lain di keyboard dan warna kukumu menjijikkan ! “seru bosnya. Ghea menundu
Ghea menghempaskan tubuhnya di tempat tidur, airmatanya langsung mengucur ke pipinya yang putih mulus. Kejadian tadi di kantor ketika bos membanting ponselnya terjadi secara tiba-tiba , berlalu cepat, kayaknya pernah dialami Ghea. " Kejadian ponsel dibanting pernah aku alami, kapan ya?" bisik Ghea. Ghea seolah-olah merasakan pernah mengalaminya serta berusaha mengingat kembali, entah berapa puluh tahun yang lalu ,diingatnya papa dan mamanya bertengkar karena mama tidak mengijinkan papa menikah lagi. “ Aku harus mempertanggungjawabkan kehamilannya, anak yang dikandungnya adalah anakku.” Teriak papa. “ Aku tidak perduli dia mengandung anakmu, aku tidak mau dimadu !” mama balas berteriak. " Kalau anaknya lahir, papa akan menceraikannya . Apa yang terjadi karena aku khilaf ma.. " Kata papa , ada nada menyesal ketika mengatakannya. " Mana mungkin si Joani mau diceraikan, dia tidak akan mengeluarkan sendok emas yang sudah dimasukkan ke mulutnya. Anak dalam kandungannya hanya
Hari Minggu adalah hari memanjakan diri, bangun agak telat, sarapan mie instan, diseduh langsung dari dispenser , minum kopi instan sambil melamun memikirkan ponsel yang dibanting bos, meskipun Ghea melihat di paper bag berisi ponsel flip merk terkenal yang diberikan bos . Ghea enggan membukanya, dibiarkan paper bag tergeletak di bawah meja. Makanan cepat saji yang dikirim bos, telah dilahapnya, sayang kalau dibuang , kebetulan perutnya sedang lapar-laparnya dihabiskan tanpa sisa. Setelah membersihkan kamar , Ghea menuju ke samping tempat kost mencuci baju yang bertumpuk , seprei , bedcover serta handuk yang dicucinya setiap minggu di laundry coin milik ibu kost. Ghea lebih suka memakai laundry coin, setelah kering dia menyetrika sendiri. Setelah selesai dia memanjakan dirinya, makan siang pesan melalui online , melulur badannya , creambath sendiri setelah selesai dia membalur seluruh tubuhnya dengan handbody, kemudian menghempaskan dirinya di tempat tidur . “ Uhm, nikma