Share

Lamaran

Author: Rahmi Aziza
last update Last Updated: 2022-10-21 05:16:09

"Arman... Nadia..." Mama melihatku dan Arman bergantian.

"Bagaimana kalau kalian ... MENIKAH?"

*******

Aku tercekat. Sama sekali tak menyangka ini yang akan dikatakan Mama. Kulirik Arman. Dari matanya aku melihat, ia sama terkejutnya denganku.

Dijodohkan dengan Arman? Duh, aku tidak bisa membayangkan hidup dengan laki-laki yang dingin dan tidak banyak bicara. Akan seperti apa rumah tangga kami nanti. Apalagi dia adalah adik suamiku. Aneh saja rasanya.

Hening terjadi diantara kami beberapa detik. Aku lantas mencoba mencairkannya dengan tawa kecil.

“Haha ... Mama ada-ada saja. Nadia belum kepikiran Ma, soal menikah lagi.”

Mama menggeser posisi duduknya mendekati. “Kamu masih muda Nadia,” katanya sambil mengusap-usap punggungku. “Sah-sah saja mempunyai pendamping hidup lagi.”

“Kamu dan Arman kan sudah mengenal lama, keluarga kita juga sudah dekat, lebih enak, tidak perlu penyesuaian lagi,” sambung Mama.

“Iya tapi Ma ...” Aku dan Mama memang sangat dekat. Mama sudah kuanggap seperti Mama kandungku sendiri, tipikal mama mertua idaman para menantu. Begitupun dengan keluarga besar Mas Arya yang lain, tapi terkecuali dengan Arman. Bahkan kebersamaan kami selama empat tahun tak mampu membuat kami akrab layaknya kakak dan adik pada umumnya. 

“Sudah. Tak perlu dijawab sekarang. Tapi paling tidak, kamu dan Arman pertimbangkan permintaan Mama ini, ya.”

“Sebelum pulang, makan siang di sini dulu ya, Nadia. ” Mama beranjak, kemudian memanggil Rania yang masih asik bermain dengan Bi Inah di dekat kolam ikan.

******

Di mobil, saat perjalanan pulang aku menanti-nanti reaksi Arman, tapi tak sepatah katapun keluar dari mulutnya.

Aku melihat ke arahnya yang masih fokus menyetir, menerka-nerka apa yang kira-kira ada dalam pikiran mantan adik iparku ini. Aku tau Arman sulit menolak permintaan Mama. Dulu ia pernah dapat promosi naik jabatan dari kantor dengan syarat harus pindah ke kantor pusat di Jakarta. Tapi karena permintaan Mama, ia tidak mengambil kesempatan itu. Ya, Mama berat melepas Arman. Kata Mama beliau akan kesepian, apalagi jika nanti aku dan Mas Arya sudah pindah ke rumah kami sendiri.

“Man....” Tak sabar, aku mencoba membuka obrolan.

“Nanti kita cari cara ya, supaya kamu tetep bisa nikah sama Sheila,” kataku, seolah memahami kegundahan hatinya.

“Sok tau!” Jawaban ketusnya bikin aku kesal.

Setelah itu aku diam tak melanjutkan obrolan, takut sakit hati dengan jawabannya. Lantas, hening menemani perjalanan kami sampai ke rumah.

Rania tertidur ketika kami tiba di rumah. Arman menggendongnya turun dari mobil dan membaringkannya di sofa ruang tamu kemudian pamit pulang.

Aku merebahkan tubuh di sofa, melepaskan jilbab, meletakkan sekenanya di atas meja. Kupandangi Rania yang tidur nyenyak. Masih tak menyangka ia akan kehilangan papanya di usia sekecil ini. Aku tahu rasanya menjadi yatim. Ayahku, kakeknya Rania, meninggal dunia saat aku SMP kelas dua. Setelah itu ibu bekerja membanting tulang demi memenuhi kebutuhan kami. Membuat kue dan menitipkannya di warung tetangga. Juga membuka usaha jahit kecil-kecilan. Ibu ingin, aku, anaknya satu-satunya, bisa jadi sarjana.

Tiga bulan setelah aku menikah, saat mengandung Rania, aku menjadi yatim piatu. Ibu pergi menyusul Ayah. Yang kusyukuri, ibu sempat melihatku wisuda, menikah, bahkan masih sempat mengelus-elus calon cucunya di perutku.

Tapi kehilangan Ayah dan Ibu, beda rasanya dengan kehilangan Mas Arya. Ayah dan Ibu sakit cukup lama sebelum meninggal, sehingga aku sedikit banyak sudah menyiapkan hati untuk kehilangan. Sementara Mas Arya ... Pagi hari ia terlihat sehat ceria seperti biasa. Setelah sarapan nasi goreng buatanku, ia pamit berangkat kantor. Mencium keningku dan bercanda sebentar dengan Rania. Sore harinya aku mendengar kabar, Mas Arya kecelakaan.

Arman ada di samping Mas Arya, ketika aku, Mama, dan Rania, tiba di ICU rumah sakit, diantar tetangga sebelah rumah. Kulihat Arman membisik-bisikkan sesuatu di telinga Mas Arya, sambil menggenggam sebelah tangannya.

Mas Arya membuka mata beberapa saat setelah aku menangis sambil memanggil-manggil namanya, kemudian menghembuskan napas terakhirnya. Mataku kembali basah mengingat itu semua.

Aku tersadar dari lamunanku ketika sebuah pesan whats app masuk.

Dari Erna. 

[Hey ada lowker yang cocok nih buat kamu]

Ia mengirimkan sebuah link. Beberapa waktu lalu aku memang meminta Erna untuk mencerikan pekerjaan yang cocok buatku.

Aku membaca dalam hati informasi dari link yang diberikan Erna.

"Walk in Interview. Cafe Mentari membutuhkan marketing communication. Syarat, laki-laki atau perempuan, menguasai sosial media, punya pengalaman minimal setahun di bidang markom, belum menikah."

Aku berhenti membaca sampai di situ. Lalu membalas pesan Erna.

   [Apaan cocok, di persayaratan keempat aku auto gugur]

[Lho kan kamu emang belum menikah]

[Belum menikah lagi :D :D :D]

   [Sialan]

[Tau ngga cafe itu punya siapa?]

   [Punya siapa? Punya Bapakmu?]

[Punyanya Galang]

   [Galang siapa? Galang penjual gado-gado depan rumah kamu itu?]

[Ye ... itumah Tarjo. Galang artis, itu lo yang main sinetron Aroma Cinta.]

   [Ah ga kenal]

[Makanya sesekali nonton inpotainment kek, lambe murah kek, biar ga kudet. Masih punya fotokopian KTP kamu yang lama?]

   [Masih. Kenapa?]

[Aku ada ide!] 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Marlien Cute
Jadi ikutan sedih & nangis di saat Arya detik² terakhirnya...
goodnovel comment avatar
siti fauziah
lanjut 2, tambah penasaran
goodnovel comment avatar
Nila Elok
lanjut thoor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 12

    "Serius, Ra, kamu mau berhenti kuliah?" Mata Andini membulat. Apalagi setelah Kinara menjawabnya dengan sebuah anggukan. "Ra, kita baru beberapa bulan kuliah, sayang tauk uang masuknya. Galang yang suruh?" Kinara menggeleng. "Nggak, Ndin." Memang bukan karena permintaan Galang. Justru lelaki itu sama terkejutnya dengan Andini saat Kinara mengutarakan niatnya berhenti kuliah. "Kenapa, Flo?" Galang mengusap mulutnya dengan serbet, menjauhkan piring makan yang telah kosong di depannya. "Bukannya kuliah itu cita-cita kamu dari dulu?" "Hmm, bukannya kamu seneng kalau aku nggak kuliah, nggak ketemu Mas Jagad lagi di sana." "Iya, aku memang cemburu, tapi nggak usah sampai berhenti juga, Sayaang." Galang mencubit gemas pipi Kinara. Aww. "Setelah kupikir-pikir, Lang." Kinara mengusap-usap pipinya yang dicubit Galang tadi. "Aku hanya ingin fokus belajar fotografi, di kuliahan pelajarannya macam-macam." "Nah, kalau alasan ini masuk akal. Oke, aku akan carikan sekolah fotografi terbaik bua

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 11

    Otak Kinara memerintahnya untuk berlari kencang namun otot kakinya menegang, sulit bergerak. Ia hanya mampu berjalan mundur, selangkah demi selangkah, lalu ... "Astaghfirullah." Tiba-tiba kakinya menginjak genangan air hingga ia jatuh terduduk. Kinara menoleh ke kanan dan ke kiri. Kenapa jalanan ini sepi sekali. Ditambah lagi hujan mulai turun rintik-rintik, membuat suasana semakin mencekam. "Oh, kamu rupanya. Sepertinya kita pernah berjumpa, ya." Hendri mengulurkan tangan, seolah mau membantu Kinara bangun dari jatuhnya. Namun Kinara menggeleng. Sedikit pun ia enggan menyentuh lelaki itu. "Mau terus-terusan di sini? Ayo ...." ujar lelaki itu, lembut tapi terdengar menyeramkan. "Kenapa, ha?" Ia mulai membentak, satu tangannya mencengkram kuat pipi Kinara. "Apa yang kau dengar?" Lagi-lagi Kinara hanya sanggup menggeleng tanpa suara. "Biarkan dia, kita bicara di tempat lain!" seru Malya yang nampak gusar. Ia tak mau berada di tempat ini berlama-lama namun merasa perlu menyelesaik

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 10

    "Kamu tahu dia siapa?" bisik Arash ketika Hendri sudah jalan menjauh. "Hah, siapa, Kak?" Kinara sedikit mencondongkan badan mendekat pada Arash. "Dia produser yang disebut Marini." "Ma-maksudnya yang menghamili Marini?" Arash mengangguk. "Hem, begitu menurut pengakuannya." "Tuntutannya belum diajukan, Kak?" Kinara ingat beberapa waktu lalu saat ke rumah sakit tempat Marini dirawat, perempuan itu sempat menunjukkan surat tuntutan. "Para korban pelecehan menolak menandatangi surat tuntutan. Marini pun akhirnya berubah pikiran. Aku tidak bisa memaksa." Kinara menelan ludah. Tak semudah itu memang mengakui kasus pelecehan seksual meski kita sebagai korban. "Tapi aku masih tetap berusaha. Ada seorang korban lagi yang sedkit demi sedkit mulai menguak kebusukannya." "Siapa, Kak?" "Ada, seorang aktris pendatang baru. Maaf, aku tidak bisa sebut nama. Tapi kemungkinan kamu pun tidak tahu. Debutnya baru sebatas pemeran figuran. Ia ditawari casting untuk sebuah film dan dilecehkan ketika

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 9

    Meski sudah kembali ke ibu kota, bukan berarti kesibukan Kinara berkurang. Jadwal syuting yang berbenturan dengan jam kuliah membuatnya terpaksa membolos lagi dan lagi. Saat hanya menjadi asisten, asalkan sudah mempersiapkan segala keperluan Galang, ia santai saja ijin barang beberapa jam untuk mengikuti perkuliahan, lalu setelahnya akan menyusul kembali ke lokasi syuting. Ah, ia jadi paham kenapa Galang sampai sekarang belum juga lulus kuliah. "Kinara, ntar sore jam empat, jangan lupa, lu dan Galang ada talkshow di podcast." Nah, belum lagi undangan wawancara sana-sini. Bagi Kinara sebagai artis pendatang baru, undangan wawancara terdengar mengerikan, bagaimana kalau dia sampai salah bicara. "Datang tepat waktu, promosikan sinetron kita, dan kalau ditanya soal Malya, jawab aja nggak tahu." "Oke, Bang, siap!" Karena Kinara diam saja, akhirnya Galang yang menjawab arahan Bang Sut. "Sayang, santai aja," bisik Galang begitu melihat wajah Kinara yang berubah tegang. "Hah, santai?" Ki

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 8

    "Cut!" teriak Sutradara. Namun Galang bergeming. Bahkan ia memeluk Kinara erat dan semakin erat. "Woy, cut! Selesai! Udah! End!" Bang Sut mengulangi instruksinya hingga membuat Galang sadar dan melepaskan pelukan. "Eh, udah? Gini aja?" Galang menoleh. "Ya, emang udah, lo nggak baca naskahnya?" "Maksud gue, kaya ... nanggung gitu, Bang. Kan bisa diimprove, ditambah adegan kissing mungkin!" "Edan!" Bang Joel yang baru datang menoyor kepala Galang. "Mau merusak moral anak bangsa, lo?" "Jangan didengerin, Bang!" Bang Joel menoleh pada Sutradara. "Otaknya lagi rada-rada korslet!" Lelaki itu menempelkan telunjuk dengan posisi miring di dahinya. Bang Sut tertawa sembari geleng-geleng kepala. Setelahnya ia memberi instruksi untuk break syuting. "Jam setengah tujuh tet kita ganti lokasi, siap-siap, ya!" Mendengar perintah sang sutradara, para kru segera membereskan peralatan, sementara talent kembali ke kamar masing-masing. Ini hari ketiga mereka di Bandung. Revisi naskah membuat merek

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 7

    "Dia, asisten lo kan, Lang? Kita pakai dia!" "Pakai? Saya?" Kinara menunjuk dirinya sendiri dengan raut wajah bertanya-tanya, menoleh pada Galang dan Bang Sut si sutradara secara bergantian. "Maksudnya, Bang?" "Elo jadi artis." Ucapan Bang Sut lebih seperti perintah yang harus disetujui daripada sebuah tawaran. "Cup! Urus dia!" katanya pada sang asisten. "Siap, grak!" "Eh, eh, kita mau kemanaa?" teriak Kinara ketika Ucup si asisten sutradara menarik tangannya. "Heh, Cup! Lu main tarik is-ehm asisten gue sembarangan aja!" Galang pasang badan menghadang langkah sang astrada. "Emangnya dia bersedia?" "Gini, ehm. Ki ... Kinara." Bang Sut maju menengahi. "Bener nama lo Kinara, kan?"Kinara mengangguk. "Karena Malya ngilang dan ntah kapan bisa syuting lagi, sementara sinetron kita kejar tayang, kita terpaksa mengubah jalan ceritanya. Jadi Malya bakal dibuat mendadak mati karena kecelakaan. Terus Galang yang ada di mobil yang sama dengan Malya saat kecelakaan diselamatkan orang. Nah,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status