Home / Romansa / Dijodohkan dengan Ipar Posesifku / Musuh Tapi Menikah - 1 (GRATIS)

Share

Musuh Tapi Menikah - 1 (GRATIS)

Author: Rahmi Aziza
last update Last Updated: 2023-03-26 20:03:59

Dear reader, ini adalah cerita spin off Ipar Posesifku yang saya masukkan di season dua buku yang sama. Saya gratiskan, sekalian sebagai ganti yang pernah unlock dobel koin di season satu kemarin, dikarenakan saya sempat dobel copas dalam satu bab. Bagi yang koinnya mau diganti dalam bentuk pulsa atau e-money silakan DM saya di inst*gram @cerita_rahmi

.

.

.

"Mas Jagad?" Kinara menatap lelaki di hadapannya itu lekat.

Ia baru saja dari toilet resto.

Ketika hendak kembali ke mejanya, sesosok lelaki yang wajahnya begitu familiar mengusik pandangan. Membuat langkahnya terayun mendekat.

Seorang wanita tengah bergelayut manja di lengan kekasihnya. Padahal ia paham betul, kekasihnya itu tak punya saudara kandung perempuan. Lalu, siapa wanita itu?

Wajah Jagad pucat. Bergantian ia menatap waita di sampingnya lalu Kinara. "Kinara, ini-"

"Ini, calon istri Jagad." Belum selesai lelaki itu bicara, seorang wanita paruh baya yang berjalan dari arah belakang buru-buru menyambar ucapanya.

Kinara menelan ludah.

"Wah, kita bertemu di sini Kinara," ucap wanita itu berbasa-basi. Wanita itu cukup mengenal Kinara. Sudah beberapa kali Kinara ke rumahnya untuk mengantarkan pesanan makanan. Hingga kedatangannya yang ketiga, membawanya bertemu Jagad, anak si pemilik rumah, kakak kelasnya semasa SMU.

"Sandra namanya, sedang menempuh S2 di Australia." Dengan bangga, Mama Jagad mengenalkan calon menantunya. "Sebentar lagi mereka menikah."

Berusaha melawan bulir yang hampir tumpah dari pelupuk mata, Kinara menyambut uluran tangan Sandra. Bersamaan dengan itu, secara refleks otaknya sibuk membandingkan dirinya dengan wanita yang tampak sempurna di hadapannya. Sudah cantik, berpendidikan tinggi pula. S2 Australia versus lulusan SMU Surakarta. Kinara merasa kalah telak.

"Selamat ya," ucapnya setenang mungkin sambil menoleh pada Jagad. Raut lelaki yang telah menjadi kekasihnya selama enam bulan itu tampak bingung.

"Kinara, sebenarnya aku-"

"Nanti, pasti kamu diundang." Kembali wanita itu memotong ucapan putranya, tak memberi kesempatan untuk bicara.

"I-iya, tante." Kinara berusaha tersenyum. Ia tak tahu apakah Mama Jagad sudah mengetahui perihal hubungannya dengan anaknya. Atau justru sengaja ingin memisahkan mereka karena tak merestui.

"Saya permisi dulu." Tanpa menunggu jawaban, Kinara pergi. Ia bahkan tak pamit pada Marsha, yang bersamanya datang ke resto ini.

"Kinara, tunggu!" Jagad ingin mengejar Kinara, namun tangan sang Mama menahannya. Memberi kode agar lelaki dua puluh enam tahun itu kembali duduk.

Kinara berjalan cepat. Sesekali ia menoleh, berharap Jagad mengejar. Ia sampai rela pulang berjalan kaki, supaya Jagad tak kehilangan jejaknya. Namun, yang ditunggu tak jua hadir.

"Ah, aku tak seberharga itu untuk pantas diperjuangkan, ternyata." Kinara membatin sedih.

🎥🎥🎥

Kinara meremas koran dengan gemas. Sudah tiga bulan putus dari Jagad dan ia belum juga mendapat pekerjaan yang mapan. Padahal malam itu juga ia sudah bertekad, akan mencari uang yang banyak lalu kuliah, agar tak ada lagi orang yang meremehkannya. Khusunya Jagad, akan dibuatnya menyesal karena telah memilih wanita lain.

"Kenapa Ra?" tanya Marsha yang sedari tadi duduk di sampingnya bermain ponsel.

"Lowongan di koran nggak ada yang menarik!" Kinara menghempaskan koran di tangannya.

"Koran?" Marsha tergelak. "Ra, hellow, hari gini kamu masih cari lowongan pekerjaan lewat koran? Nggak sekalian nyari di batang pohon sama tiang listrik?"

Gadis manis berkulit kuning langsat itu hanya melirik sinis, sembari menarik napas panjang. Sementara sahabatnya, menggeser duduknya mendekat. "Hari gini tuh, cari lowongan di twitter, i*******m, atau linked in," ujarnya sambil memencet tombol ponsel.

"Kamu tau kan, Sha. Aku udah menonaktifkan semua akun socmedku."

Semenjak pertemuannya terakhir dengan Jagad, Kinara memutuskan untuk menutup semua akun sosial medianya. Ia tak mau tergoda untuk mengintip aktivitas lelaki yang kini telah menjadi mantannya. Lagipula, apa gunanya socmed baginya? Agar tetap terhubung dengan kawan lama?

Ya, itu memang alasan ia membuat media sosial beberapa tahun lalu, tapi kini ia justru memilih menjauh dari kawan-kawan lamanya itu. Untuk apa jika terhubung dengan mereka justru membuat ia merasa rendah diri.

"Kinara? Yang selalu juara kelas itu kan? Kerja di mana kamu sekarang Ra? Wah, pasti udah jadi manajer atau jangan-jangan CEO. Dari dulu kamu kan orangnya kompetitif banget."

Gila, itu pujian atau sindiran. Kenyataannya saat ini ia hanya anak seorang penjual nasi uduk yang hari-harinya banyak dihabiskan di pasar untuk jualan. Sementara mereka yang dulu bahkan dapat ranking bontot di kelas, sudah melanglang buana ke mana-mana, entah itu urusan dinas atau sekedar jalan-jalan menggunakan uang pribadi. Gaji mereka besar, jabatan mereka tinggi. Kinara tak ada apa-apanya.

Selepas lulus SMA dan ayahnya meninggal dunia, perekonomian keluarganya carut marut. Uang santunan kematian ayahnya dari kantor ludes, termakan iming-iming investasi bodong. Ia dan keluarganya terpaksa pindah dari Solo ke Bantul, kampung halaman sang ibu. Sebagai anak sulung, tentu saja ia merasa berkewajiban membantu ibunya mencari nafkah, sehingga urusan sekolah menjadi terlupakan.

"Eh-eh lihat nih!" Marsha menyodorkan ponselnya pada Kinara. "Ada lowongan sebagai asisten artis." Ia menekan lama layar ponsel, agar I* story seseakun yang menampilkan iklan itu dapat dibaca dengan seksama oleh sahabatnya.

"Asisten? Maksudnya pembantu?" Kinara mencibir, seolah pekerjaan itu hina sekali baginya. Kinara yang selalu langganan juara umum di sekolah bekerja menjadi pembantu? Apa kata teman-temannya nanti.

"Bukan pembantu, Ra. Ini lebih ke ...." Marsha berpikir sejenak, berusaha meyakinkan Kinara bahwa pekerjaan ini tak seburuk pandangannya. "Ya, semacam orang yang selalu mendampingi si artis, membantu menyiapkan segala keperluannya."

"Sama saja, pembantu namanya!" tukas Kinara.

"Oke, anggaplah pembantu. Menjadi pembantu artis gajinya gede, Ra. Tuh, asistennya Rapi Amad, katanya gaji sebulan aja udah bisa buat beli motor!"

Iming-iming Marsha berhasil membuat Kinara tergiur. Apalagi, ibundanyapun sudah memberi restu. Adik Kinara, si anak lelaki nomor dua sudah kelas dua SMA, sudah bisa menggantikannya untuk membantu ibu berjualan.

Tak apalah jadi pembantu, toh teman-teman sekolahku tak ada yang tahu. Lagipula aku perlu sejenak menjauh dari kota ini. Terlalu banyak kenangan bersama Mas Jagad yang membuatku sulit move on.

Segera Kinara mengirim pesan untuk kontak yang tertera pada info lowker yang dibacanya.

"Maaf, saya mencari asisten laki-laki." Diandra-si pemasang iklan lowongan menjawab pesan Kinara.

"Wah, kenapa Kak? Kenapa harus lelaki? Saya tidak bisa mengubah jenis kelamin menjadi lelaki. Tapi saya bisa melakukan hal-hal yang biasa lelaki kerjakan. Saya bisa ngangkat galon sendiri, bisa berkelahi, dan biasa begadang. Apalagi? Kakak sebutkan saja kebutuhannya apa."

Diandra mengirim emoticon tertawa. Lalu melampirkan draf hak dan kewajiban pada obrolan chatnya dengan Kinara. Memberi kesempatan pada gadis itu untuk mengikuti tahap seleksi.

"Kalau sudah oke, datanglah besok."

Tanpa pikir panjang, Kinara buru-buru membeli tiket kereta Yogyakata-Jakarta. Kalaupun tidak mendapatkan pekerjaan itu, ia sudah berencana akan liburan sambil mencari pekerjaan lain di Jakarta. Ada seorang pamannya yang tinggal di Jakarta, jadi ia tak pelu bingung soal penginapan.

🎥🎥🎥

Diandra melirik jam di tangannya untuk kesekian kali. "Sebentar ya, Kinara. Adikku sedang menuju ke sini. Aku sih sudah oke, tinggal menunggu keputusannya nanti." Entah mengapa pada pertemuan pertamanya dengan Kinara, Diandra sudah merasa klik. Dia merasa bisa mempercayakan segala urusan adiknya pada gadis itu.

Kinara mengangguk seraya tersenyum memaklumi. Diam-diam, calon bos wanitanya yang terlihat santun, membuat ia berpikir, adiknya pasti tak jauh berbeda.

Ia baru ingat, kalau belum terlalu mempelajari profil calon bosnya. Ia hanya tahu namanya Galang. Itupun dari Marsha. Katanya sih, calon bosnya merupakan pemeran utama sinetron Aroma Cinta yang lagi banyak digandrungi ibu-ibu saat ini.

Ia tak menonton sinetron itu. Mungkin, ibunya yang menonton. Tapi nama Galang sepertinya familiar. Ah, dia kan artis, tentu saja namanya banyak menghiasi infotainment ataupun beranda sosial media. Dalam hati Kinara menertawakan kebodohannya.

"Nah, yang ditunggu sudah datang."

Kinara menoleh, mengikuti arah pandang Diandra. Sesosok lelaki berjalan gagah dengan mengenakan setelan jas semi formal. Kinara menengadah demi melihat wajah calon bosnya dengan seksama, hingga mata mereka bertemu dan keduanya terpaku cukup lama. Waktu seakan berjalan mundur membuat memori tiga belas tahun silam terpampang nyata di depan mata.

"Jadi ... Galang ... kamu?" Kinara terbata.

"Flo?"

*Bersambung*

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Isabella
Flo nama anjing tetangga
goodnovel comment avatar
Isabella
Flo wkwkwkwkwkwk. pertemuan yg membagongkan
goodnovel comment avatar
Rahmi Aziza
Cuss baca lanjutannyaa
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 12

    "Serius, Ra, kamu mau berhenti kuliah?" Mata Andini membulat. Apalagi setelah Kinara menjawabnya dengan sebuah anggukan. "Ra, kita baru beberapa bulan kuliah, sayang tauk uang masuknya. Galang yang suruh?" Kinara menggeleng. "Nggak, Ndin." Memang bukan karena permintaan Galang. Justru lelaki itu sama terkejutnya dengan Andini saat Kinara mengutarakan niatnya berhenti kuliah. "Kenapa, Flo?" Galang mengusap mulutnya dengan serbet, menjauhkan piring makan yang telah kosong di depannya. "Bukannya kuliah itu cita-cita kamu dari dulu?" "Hmm, bukannya kamu seneng kalau aku nggak kuliah, nggak ketemu Mas Jagad lagi di sana." "Iya, aku memang cemburu, tapi nggak usah sampai berhenti juga, Sayaang." Galang mencubit gemas pipi Kinara. Aww. "Setelah kupikir-pikir, Lang." Kinara mengusap-usap pipinya yang dicubit Galang tadi. "Aku hanya ingin fokus belajar fotografi, di kuliahan pelajarannya macam-macam." "Nah, kalau alasan ini masuk akal. Oke, aku akan carikan sekolah fotografi terbaik bua

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 11

    Otak Kinara memerintahnya untuk berlari kencang namun otot kakinya menegang, sulit bergerak. Ia hanya mampu berjalan mundur, selangkah demi selangkah, lalu ... "Astaghfirullah." Tiba-tiba kakinya menginjak genangan air hingga ia jatuh terduduk. Kinara menoleh ke kanan dan ke kiri. Kenapa jalanan ini sepi sekali. Ditambah lagi hujan mulai turun rintik-rintik, membuat suasana semakin mencekam. "Oh, kamu rupanya. Sepertinya kita pernah berjumpa, ya." Hendri mengulurkan tangan, seolah mau membantu Kinara bangun dari jatuhnya. Namun Kinara menggeleng. Sedikit pun ia enggan menyentuh lelaki itu. "Mau terus-terusan di sini? Ayo ...." ujar lelaki itu, lembut tapi terdengar menyeramkan. "Kenapa, ha?" Ia mulai membentak, satu tangannya mencengkram kuat pipi Kinara. "Apa yang kau dengar?" Lagi-lagi Kinara hanya sanggup menggeleng tanpa suara. "Biarkan dia, kita bicara di tempat lain!" seru Malya yang nampak gusar. Ia tak mau berada di tempat ini berlama-lama namun merasa perlu menyelesaik

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 10

    "Kamu tahu dia siapa?" bisik Arash ketika Hendri sudah jalan menjauh. "Hah, siapa, Kak?" Kinara sedikit mencondongkan badan mendekat pada Arash. "Dia produser yang disebut Marini." "Ma-maksudnya yang menghamili Marini?" Arash mengangguk. "Hem, begitu menurut pengakuannya." "Tuntutannya belum diajukan, Kak?" Kinara ingat beberapa waktu lalu saat ke rumah sakit tempat Marini dirawat, perempuan itu sempat menunjukkan surat tuntutan. "Para korban pelecehan menolak menandatangi surat tuntutan. Marini pun akhirnya berubah pikiran. Aku tidak bisa memaksa." Kinara menelan ludah. Tak semudah itu memang mengakui kasus pelecehan seksual meski kita sebagai korban. "Tapi aku masih tetap berusaha. Ada seorang korban lagi yang sedkit demi sedkit mulai menguak kebusukannya." "Siapa, Kak?" "Ada, seorang aktris pendatang baru. Maaf, aku tidak bisa sebut nama. Tapi kemungkinan kamu pun tidak tahu. Debutnya baru sebatas pemeran figuran. Ia ditawari casting untuk sebuah film dan dilecehkan ketika

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 9

    Meski sudah kembali ke ibu kota, bukan berarti kesibukan Kinara berkurang. Jadwal syuting yang berbenturan dengan jam kuliah membuatnya terpaksa membolos lagi dan lagi. Saat hanya menjadi asisten, asalkan sudah mempersiapkan segala keperluan Galang, ia santai saja ijin barang beberapa jam untuk mengikuti perkuliahan, lalu setelahnya akan menyusul kembali ke lokasi syuting. Ah, ia jadi paham kenapa Galang sampai sekarang belum juga lulus kuliah. "Kinara, ntar sore jam empat, jangan lupa, lu dan Galang ada talkshow di podcast." Nah, belum lagi undangan wawancara sana-sini. Bagi Kinara sebagai artis pendatang baru, undangan wawancara terdengar mengerikan, bagaimana kalau dia sampai salah bicara. "Datang tepat waktu, promosikan sinetron kita, dan kalau ditanya soal Malya, jawab aja nggak tahu." "Oke, Bang, siap!" Karena Kinara diam saja, akhirnya Galang yang menjawab arahan Bang Sut. "Sayang, santai aja," bisik Galang begitu melihat wajah Kinara yang berubah tegang. "Hah, santai?" Ki

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 8

    "Cut!" teriak Sutradara. Namun Galang bergeming. Bahkan ia memeluk Kinara erat dan semakin erat. "Woy, cut! Selesai! Udah! End!" Bang Sut mengulangi instruksinya hingga membuat Galang sadar dan melepaskan pelukan. "Eh, udah? Gini aja?" Galang menoleh. "Ya, emang udah, lo nggak baca naskahnya?" "Maksud gue, kaya ... nanggung gitu, Bang. Kan bisa diimprove, ditambah adegan kissing mungkin!" "Edan!" Bang Joel yang baru datang menoyor kepala Galang. "Mau merusak moral anak bangsa, lo?" "Jangan didengerin, Bang!" Bang Joel menoleh pada Sutradara. "Otaknya lagi rada-rada korslet!" Lelaki itu menempelkan telunjuk dengan posisi miring di dahinya. Bang Sut tertawa sembari geleng-geleng kepala. Setelahnya ia memberi instruksi untuk break syuting. "Jam setengah tujuh tet kita ganti lokasi, siap-siap, ya!" Mendengar perintah sang sutradara, para kru segera membereskan peralatan, sementara talent kembali ke kamar masing-masing. Ini hari ketiga mereka di Bandung. Revisi naskah membuat merek

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 7

    "Dia, asisten lo kan, Lang? Kita pakai dia!" "Pakai? Saya?" Kinara menunjuk dirinya sendiri dengan raut wajah bertanya-tanya, menoleh pada Galang dan Bang Sut si sutradara secara bergantian. "Maksudnya, Bang?" "Elo jadi artis." Ucapan Bang Sut lebih seperti perintah yang harus disetujui daripada sebuah tawaran. "Cup! Urus dia!" katanya pada sang asisten. "Siap, grak!" "Eh, eh, kita mau kemanaa?" teriak Kinara ketika Ucup si asisten sutradara menarik tangannya. "Heh, Cup! Lu main tarik is-ehm asisten gue sembarangan aja!" Galang pasang badan menghadang langkah sang astrada. "Emangnya dia bersedia?" "Gini, ehm. Ki ... Kinara." Bang Sut maju menengahi. "Bener nama lo Kinara, kan?"Kinara mengangguk. "Karena Malya ngilang dan ntah kapan bisa syuting lagi, sementara sinetron kita kejar tayang, kita terpaksa mengubah jalan ceritanya. Jadi Malya bakal dibuat mendadak mati karena kecelakaan. Terus Galang yang ada di mobil yang sama dengan Malya saat kecelakaan diselamatkan orang. Nah,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status