Share

Bab 2. Dijual untuk Membayar Hutang

Ayah Wisnu sangat tahu jika Raline memiliki ilmu bela diri yang mumpuni. Dengan membawa lima bodyguard jelas Raline kalah telak karena disamping kalah jumlah juga kalah ilmu bela diri.

"Ayo, ikut kami, Nona!" Dua Bodyguard langsung mencengkeram tangan Raline kanan dan kiri.

"Apa-apaan ini? Lepaskan tangan Ra!" teriak Raline sambil meronta.

"Percuma Anda melawan, Nona. Sebaiknya simpan tenaga Anda untuk nanti malam!" Salah satu Bodyguard berbicara sambil tergelak.

"Apa salah Ra, Ayah?" tanya Raline sambil terus meronta dan berusaha terlepas dari cengkeraman dua bodyguard.

Ayah Wisnu tergelak sambil membuka kertas yang baru saja ditandatangani oleh Raline, "Ra lihat dan baca ini!"

Mata Raline terbelalak dengan sempurna saat membaca surat perjanjian yang disodorkan ayah Wisnu. Tertulis di kertas itu terlihat jelas bahwa Raline bersedia menikah dengan seorang laki-laki bernama Eddriz Bushiry untuk melunasi hutang. Tanda tangan yang awalnya dikira penyerahan uang asuransi sekarang berubah menjadi surat perjanjian hutang.

"Ayah menjual Ra?" tanya Raline dengan suara keras dan emosi.

"Iya, itu akibat Ra selalu menolak Ayah."

"Brengsek, dasar Ayah durjana. Lepaskan Ra!" teriak Raline terus meronta bahkan kaki diangkat ingin menendang Ayah Wisnu.

"Itu akibat Ra tidak mau menuruti keinginan Ayah, rasakan sendiri akibatnya!" teriak Ayah Wisnu dengan emosi.

"Ayah bejat dan tidak berperikemanusiaan, semoga suatu saat nanti membusuk sendirian!"

Ayah Wisnu tertawa terbahak-bahak karena merasa menang. Baru kali ini melihat putri tiri tidak berdaya di tangan bodyguard yang berpenampilan garang dan berbadan kekar. Biasanya Ayah Wisnu selalu kalah karena pertahanan sang putri yang sangat kuat, tetapi sekarang ini Raline yang tidak berdaya.

"Mulai sekarang kita tidak ada hubungan lagi, Ra. Selamat menikmati harimu yang baru!"

Dengan penuh amarah dan emosi Raline bersumpah serapah. Disertai nama binatang didaftar satu per satu. Mengungkapkan kemarahan hati yang memuncak karena tega menjual anak sendiri.

"Ra berjanji suatu saat nanti Ayah akan Ra kejar sampai liang lahat pun tidak perduli!"

"Silakan saja kalau Ra bisa lepas dari orang yang membeli Ra saat ini!"

"Brengsek!"

"Ayah yakin Ra yang akan membusuk terlebih dahulu pada bos killer itu!"

Raline terdiam dan tidak memberontak lagi mendengar Ayah Wisnu yang berbicara dengan penuh keyakinan. Tidak mengenal nama yang tertera di surat perjanjian. Hanya mendengar sebutan saja rasanya mulai merinding.

Dua bodyguard yang mengawal langsung memasukkan Raline dalam mobil mewah yang terparkir di ujung parkiran. Meronta pun tetap Raline tidak berdaya. Disamping karena masih memakai baju kebaya dan toga, kekuatan yang dimiliki tidak sebanding dengan bodyguard yang berbadan kekar dan tinggi besar.

Ayah Wisnu bertolak pinggang melihat mobil mewah yang mulai bergerak mundur. Wajah jahatnya sangat terlihat saat senyuman devil itu tersungging di bibirnya. Terus memandangi Raline yang terdiam tidak berdaya.

"Selamat menikmati neraka, Ra!" teriak Ayah Wisnu sambil melambaikan tangan dan tergelak.

Raline hanya terdiam dan menatap wajah Ayah Wisnu dengan penuh kebencian. Dendam hati kini semakin membara pada ayah tiri durjana. Raline hanya memakai tas kecil berisi dopet dan identitas. Hanya ada uang lima lembar warna merah. Ponsel yang baterainya hampir habis dan tidak membawa charger.

Dalam perjalanan, Raline termenung meratapi nasibnya kini. Tidak mengetahui dijual pada orang seperti apa dan akan dijadikan apa nantinya juga tidak tahu. Hampir dua jam perjalanan tanpa berhenti menuju luar kota Jakarta. Raline memperhatikan setiap jalan yang dilewati. Berniat mengingat semua untuk berjaga-jaga dengan hal yang paling buruk sekali pun.

Setelah tiga jam berlalu, mobil berhenti di sebuah villa yang ada di puncak. Villa yang berdiri megah dan sangat terlihat mewah. Hanya sayangnya villa itu terlihat sepi hanya ada beberapa pegawai dan security yang berjaga.

"Silakan turun, Nona!"

"Tidak perlu di pegang, Ra bisa turun sendiri!" teriak Raline sambil menghempaskan tangan salah satu bodyguard yang akan menarik tangannya.

"Silakan saja, yang penting jangan coba-coba kabur dari sini!"

Raline berjalan hanya dikawal dua bodyguard kanan dan kiri masuk villa. Pintu terbuka dari dalam oleh dua wanita paruh baya yang menyambut sambil menunduk hormat, "Silakan masuk, Nona. Mari ikuti Bibi!"

Raline hanya diam saja dan memandang dua bibi yang memakai seragam. Mereka bergantian mengawal setelah dua bodyguard berhenti di depan pintu.

"Antar ke kamar Tuan Ed sekarang, Bibi!" perintah salah satu Bodyguard.

"Siap, Pak."

Raline mengerutkan keningnya mendengar salah satu bodyguard menyebut nama Tuan Ed. Nama itu tidak asing di telinga karena Ayah Wisnu sering menyebut nama itu saat sedang melakukan panggilan lewat ponsel. Mulai menyadari orang yang dimaksud adalah bos tempat Ayah Wisnu bekerja.

Pernah mendengar cerita dari Ibu Rayya jika bos perusahaan dari ayah tiri adalah laki-laki seumuran ayah kandung. Orangnya tegas, tidak perduli kawan atau lawan jika menentang pasti akan didepak dari perusahaan. Wajahnya garang dan berwibawa, jarang tersenyum dan memiliki istri tetapi belum memiliki keturunan.

Satu tahun terakhir ini mengetahui bos dari Ayah Wisnu telah bercerai karena istrinya berselingkuh dengan disainer terkenal. Istri dari Tuan Eddriz Bushiry juga seorang disainer kondang yang ada di Jakarta. Karena keduanya bekerja sama sehingga dari rekan kerja menjadi teman kencan walau keduanya sudah memiliki pasangan masing-masing.

"Silakan duduk, Nona!" perintah Bibi Asih.

Raline duduk dan memandangi kamar yang terlihat besar dan mewah. Ukurannya sepuluh kali lipat kamar miliknya. Semua peralatan dan perlengkapan sangat mewah dan berkelas.

Raline masih diam dan waspada saja tanpa bertanya ataupun menjawab bibi yang mencoba sok akrab. Dua bibi yang mengatakan untuk menunggu sampai ada perias datang. Mengatakan silakan meminta apapun termasuk makanan atau minuman yang diinginkan.

Satu jam, dua jam sampai mununggu lebih dari empat jam Raline masih terdiam dan membisu. Disuguhi minum atau pun kue, sama sekali tidak Raline sentuh. Ditawari menu makan hanya menggelengkan kepala saja.

Pukul tiga sore, kepala pelayan masuk kamar dengan membawa dua koper besar dan kecil. Yang besar di letakkan di dekat lemari pakaian. Koper yang kecil diletakkan di meja dekat sofa yang Raline duduki.

"Nona, perkenalkan nama saya Pak Basri. Ini koper milik perias pengantin yang sebentar lagi orangnya akan masuk ke sini. Silakan Anda mandi dulu!"

Raline menggelengkan kepala dan enggan bangun dari tempat duduk. Hanya melirik jam yang ada di atas pintu kamar. Biasanya jika di rumah akan mandi sore sekitar pukul lima sore.

"Cepat bangun dan silakan mandi, Nona. Perias akan segera datang. Akad nikah akan dilaksanakan satu jam lagi!"

"Siapa yang akan menikah?" tanya Raline kaget.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status