Share

Dijual Ayah Tiri pada CEO Duda Killer
Dijual Ayah Tiri pada CEO Duda Killer
Penulis: Muda Anna

Bab 1. Ayah Durjana

"Jadilah Ayah yang baik untuk kali ini saja, ini undangan wisuda Ra besok pagi!" Raline melempar begitu saja kertas undangan wisuda dari sekolah SMA-nya di meja makan samping cangkir kopi milih ayah tiri.

Ayah Wisnu langsung melotot sambil mengisap sigaret yang ada di sela jari tangan kanan. Ayah tiri yang tidak berakhlak itu tetap duduk tidak berani berdiri. Raline sudah mengambil ancang-ancang memasang kuda-kuda jika sewaktu-waktu akan menerkam dirinya seperti biasa.

Ayah Wisnu membuka kertas undangan dan membaca dengan teliti, "Baik, besok Ayah akan datang di acara wisuda Ra, tetapi ada syaratnya?"

"Apa syaratnya?"

"Ra harus menandatangani uang asuransi ibu Ra untuk Ayah semua."

"Deal, Ra setuju. Besok jam sepuluh pagi Ra tunggu Ayah di Aula hotel!"

Raline langsung masuk kamar dan mengunci pintu dari dalam. Kunci pintu yang dipasang oleh Raline tidak hanya satu, tetapi ada empat yang terlihat dan ada satu kunci digital dengan kode rahasia. Tidak seorang pun yang tahu tentang kode pintu digital yang dimiliki kecuali Raline sendiri.

Bukan tanpa alasan Raline memiliki banyak kunci. Sudah tiga tahun ini semenjak mendiang ibu menikah dengan Ayah Wisnu. Ayah tiri itu selalu berusaha ingin menggagahi dengan segala cara.

Selain kamar yang terkunci rapat, Raline juga menguasai ilmu bela diri. Semenjak satu minggu setelah Almarhumah Ibu Rayya menikah lagi. Tanpa diduga yang menjadi ayah tiri adalah laki-laki bejat dengan mata jelalatan selalu mengintip Raline saat di kamar.

Raline termenung berbaring di tempat tidur menatap langit-langit kamar. Teringat saat tanpa sepengetahuan Ibu Rayya, Ayah Wisnu selalu berusaha masuk kamar Raline setiap ada kesempatan. Baik saat ibu sedang bekerja atau saat pada malam hari ketika ibu sedang tidur.

Tiba-tiba Raline mendengar ayahnya berteriak, "Anak tidak punya sopan, Ayah belum selesai bicara main masuk aja!"

"Untuk apa sopan kepada Ayah durjana seperti Anda," jawab Raline dari dalam kamar.

Raline kembali termenung teringat suatu malam ayah Wisnu berhasil masuk kamar dan ingin membekap dengan bantal. Untung Raline bangun dan Reflek menendang sang ayah tiri dengan kekuatan penuh. Ayah Wisnu terjengkang membentur tembok, kepala benjol dan kaki tekilir.

Saat ditanya oleh Ibu Rayya, ayah mengaku terpeleset di kamar mandi. Menyalahkan Raline karena malas membersihkan kamar mandi. Akhirnya Raline yang terkena omelan ibu kandung dan ayah tiri tersenyum penuh kemenangan.

Selama tiga tahun berlalu, ayah tiri tidak pernah berhenti mencoba masuk kamar Raline. Semakin sang ayah berusaha, Raline semakin tangguh dan tanpa lelah berlatih bela diri. Kelicikan dibalas dengan lebih licik, semua trik yang dilakukan sang ayah tiri bisa berbalik arah karena Raline selalu waspada.

Sampai di pertengahan semester tahun terakhir SMA, Ibu Rayya mengalami kecelakaan lalu lintas. Setelah empat bulan berlalu Almarhumah Ibu Rayya mendapatkan asuransi atas nama Raline Maryam sebagai ahli waris. Dengan berbagai cara Ayah Wisnu ingin mendapatkan asuransi itu untuk bermain judi.

Raline tersentak kaget dan tersadar dari lamunannya karena pintu di gedor dari luar dengan suara keras. Suaranya sampai menggema di seluruh ruangan kamar Raline. Ditambah teriakan ayah tiri yang berteriak dengan keras, "Ra, cepat keluar dan tandatangani perjanjiannya sekarang!"

Raline langsung terduduk di pinggir tempat tidur. Suara teriakan sang ayah dan suara pintu seolah saling bersahutan. Berkali-kali Ayah Wisnu berteriak meminta untuk membuka pintu.

Raline mengerutkan keningnya sambil berpikir. Jika ditanda tangani sekarang pasti besok ada kemungkinan tidak menghadiri acara wisuda. Banyak akal bulus yang sering dipakai sebagai alasan agar ayah tiri durjana mendapatkan apa yang diinginkan.

"Tidak, besok setelah acara wisuda selesai, baru Ra akan tanda tangan!" teriak Raline dari dalam kamar.

Dengan kesal Ayah Wisnu menendang pintu kamar milik Raline. Suaranya terdengar menggema dari dalam kamar. Sambil ngedumel dan marah dengan bahasa kasar serta nama semua kebun binatang disebutkan satu per satu.

Raline kembali berbaring di tempat tidur. Ada perasaan marah yang dipendam sendiri dalam hati. Teringat sudah hampir satu tahun tinggal di rumah berdua dengan ayah tiri durjana.

Ingin pergi dari rumah, tetapi masih melaksanakan amanah dari ibu kandung untuk tinggal bersama ayah minimal sampai lulus SMA. Ibu Rayya yang tidak pernah tahu kebejatan suami. Masih menganggap walau hanya ayah sambung tetap menyayangi seperti putri sendiri.

Pukul delapan pagi, Raline sudah berangkat menuju salon tempat untuk bersolek dan berganti baju toga. Di sana sudah ditunggu oleh dua sahabat karib satu kelas. Shafea Naraya dan Hana Hasyim yang datang terlebih dahulu karena mereka mendapat giliran awal berdandan.

"Hai, Sis Bro. Apakah sudah selesai?" tanya Raline karena melihat hanya Shafea Naraya saja yang ada.

"Hana masih berganti baju, mengapa Ra datang terlambat?"

"Maaf, Ra bangun kesiangan gegara ayah durjana."

"Ada apa lagi dengan ayah tiri kamu, Ra?"

"Akhirnya Ra menyerah, asuransi Ibu harus Ra serahkan kepada ayah."

"Gelo, katanya uang itu untuk kuliah. Mengapa Ra serahkan pada ayah durjana itu?"

"Hanya itu satu-satunya jalan agar dia mau menghadiri wisuda ini. Ra ingin merasakan ingin di sayang layaknya orang tua pada anak. Tidak apa-apa toh Ra masih ada deposito untuk kuliah."

"Jangan nekat, pikirkan masa depan Ra yang masih panjang!"

Hana Hasim datang sudah dalam keadaan rapi dan sudah berdandan cantik, "Ra, cepat sekarang giliran kamu!"

"Ok, Ra masuk dulu. Ingat jangan tinggalkan Ra!"

Penampilan tiga sahabat sangat berbeda setelah ke luar dari salon. Wajah ketiganya terlihat sangat dewasa karena polesan make-up. Bak bunga yang telah mekar dan siap dipersunting kumbang yang datang.

Prosesi wisuda yang dilakukan di aula hotel yang tidak jauh dari sekolah Raline berjalan dengan lancar. Ayah Wisnu datang layaknya seorang ayah yang mengahadiri wisuda putrinya. Memberikan ucapan selamat dan membawa buket bunga sebagai ucapan selamat atas kelulusan.

Saat Raline datang dan masuk area aula, ayah Wisnu sudah menunggu di depan pintu. Langsung memberikan buket bunga kepada Raline, "Selamat, Ra. Di mana tempat duduk wali murid?"

"Terima kasih, silahkan masuk nanti Ra tunjukkan tempatnya!"

"Selamat pagi, Om," sapa Hana Hisyam dan Shafea Naraya bersamaan.

"Pagi, Cantik." Ayah Wisnu matanya jelalatan melihat pada dua sahabat Raline.

'Dasar ayah durjana.' Sayangnya hanya diucapkan dua sahabat Raline dalam hati.

Acara berjalan dengan lancar sampai selesai tanpa kendala. Ayah Wisnu benar-benar menepati janji menjadi ayah yang baik dalam acara wisuda, "Ini Ra, silakan tanda tangan. Ayah sudah menepati janji!"

"Baik, sini Ra tanda tangan!"

Raline menandatangani dua dokumen tanpa curiga sama sekali. Hanya sayangnya, setelah tanda tangan dan berjalan sampai parkiran ada lima bodyguard yang menyambut Raline dan ayah Wisnu.

"Apakah itu putrimu, Wisnu?" tanya pimpinan Bodyguard yang sering dipanggil Bang Jack.

"Benar, Bang Jack. Silakan bawa dia sekarang!"

"Ayah, apa ini maksudnya, Ra mau dibawa ke mana?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status