Share

Bab 6. Mabuk Berat

Bukan hanya kepala saja yang sakit karena terjun bebas dari tempat tidur. Raline juga mengusap bok*ngnya setelah mengusap kepala. Rasanya panas karena terjatuh dengan keras didorong dengan kaki menggunakan kekuatan penuh.

"Kamu tidak berhak tidur di sini, Arum. Aku sangat membencimu!" teriak Eddriz berjalan sempoyongan dan ingin naik ke tempat tidur.

Raline langsung bangun dan terduduk. Melihat Eddriz sampai memicingkan mata. Laki-laki berumur itu memanggil nama mantan istri bukan nama Raline.

"Ooo, mabuk ternyata Pak Tua ini," monolog Raline setelah memperhatikan gerak-geriknya.

Raline tersenyum devil saat melihat Eddriz ingin naik ke tempat tidur, tetapi seolah kakinya sudah menginjak atas tempat tidur padahal masih jauh. Alhasil kaki itu hanya menyentuh pinggiran tempat tidur dan kaki kembali menginjak lantai.

"Kamu jangan menjauh seperti Arum, diam aku mau naik, bodoh!" Kaki Eddriz berkali-kali diangkat ingin naik di tempat tidur dan berkali-kali juga turun ke lantai lagi.

"Arum, kamu tahu aku sangat mencintai kamu. Tega sekali kamu mengkhianati." Eddriz semakin merancu tidak karuan menumpahkan semua isi hati.

Saat Raline berjalan mendekat, tiba-tiba Eddriz berbalik badan dan berusaha menggapai tangan Raline, "Sini kalau kamu berani mendekat, aku ingin mematahkan semua tulangmu!"

Tangan Eddriz tidak bisa menggapai lengan Raline karena laki-laki itu mabuk berat. Raline hanya dengan menggerakkan badan ke samping, Eddriz seperti sedang menggapai angin. Tidak bisa menseimbangkan keinginan dan kondisi tubuhnya.

"Bagaimana aku bisa melupakan kamu, Arum. Kamu selalu berputar-putar di pelupuk mata?"

Raline beberapa kali menghindar agar tidak menjadi sasaran amukan orang yang tidak sadar. Pikiran dan tindakan yang dilakukan selalu saja tidak sejalan. Membuat Raline semakin geram mendengar selalu menyebut nama mantan istri.

"Enaknya diapakan ini orang mabuk?"

"Ha ha ha, kamu sedang mabuk ya?" rancu Eddriz menertawakan Raline yang berbicara sendiri.

Raline teringat dulu pernah melihat Almarhumah Ibu Rayya menyiram air satu ember kepada Ayah Wisnu yang pulang tengah malam dalam keadaan mabuk berat, "Raline punya ide!"

Orang yang mabuk tidak sadar sama sekali. Saat raline menarik tangan Eddriz, laki-laki berumur itu hanya tergelak dan terus merancu tidak karuan, "Kamu mau mengajak aku ke mana, Arum?"

"Ke neraka!" teriak Raline kesal.

"Kamu saja yang ke sana, kamu yang selingkuh, bodoh!" Eddriz tidak kalah berteriak ditambah suara gelak tawa yang keras.

"Duduk sini, diterapi sebentar!" Raline menarik Eddriz dan membantu duduk di bawah shower.

"Mau ngapain kita di gudang?" rancu Eddriz lagi.

Raline tidak menjawab pertanyaan orang mabuk. Hanya menggerutu sendiri dengan kesal. Kamar mandi super mewah dikatakan gudang.

Raline membuka shower dengan air hangat. Airnya mengalir tepat di kepala, membasahi badan dan pakaian Eddriz. Namun, laki-laki berumur itu tidak mampu bergerak dan pasrah begitu saja.

Hampir setengah jam, Eddriz berada di bawah shower. Mulutnya mulai terdiam dan tidak merancu lagi. Badan basah kuyup dan mulai kedinginan.

Raline mematikan shower, kemudian menarik Eddriz yang masih terduduk di lantai, "Terapinya selesai, ayo ganti baju!"

Eddriz mulai seperti anak kecil yang sedang dimandikan oleh ibunya. Dibuka baju yang basah satu per satu termasuk celana segitiga yang menutupi barang kramat yang tertidur pulas. diperintahkan untuk duduk di piggir closed duduk yang ada disamping shower.

Dikeringkan dengan handuk baik badan ataupun rambutnya tetap diam dan tidak membantah. Untung sudah ada satu stel baju tidur plus celana segitiga yang dipersiapkan bibi. Dengan mudah Raline memakaikan satu per satu tanpa kendala.

"Ayo sekarang beristirahat!"

"Iya, Mom. Terima kasih."

"Ha ...!" Raline tersentak kaget mendengar jawaban Eddriz.

Walau mabuk menyebut nama Arum tanpa henti. Setelah mandi dan bersih sekarang memanggil mommy. Ucapan orang mabuk tidak bisa ditebak.

Sampai di tempat tidur, Raline menepuk bantal,"Tidurlah di sini!"

Dengan lembut Eddriz menarik tangan Raline, "Mom, Ed pingin tidur di pangkuan. Ed sangat merindukan Mommy,"

Raline mengikuti semua ajakan Eddriz yang membimbing agar duduk meluruskan kaki. Dengan perlahan kepala Eddriz diletakkan di pangkuan Raline, "Ed sangat merindukan belaian tangan Mommy."

Dengan spontan Raline mengusap Rambut Eddriz dengan lembut. Eddriz semakin terlena seolah sedang terlelap sambil dibelai oleh ibu tercinta.

Hampir satu jam, Eddriz terlelap dalam pangkuan. Kaki Raline mulai kesemutan dan kram. Mencoba menarik kaki perlahan agar Eddriz tidak terjaga dan mengganti kaki dengan bantal.

Setelah terlepas, Raline mencoba merilekskan kaki dengan berlari di tempat. Menengok jam dinding sudah melebihi waktu sepertiga malam. Bergegas Raline mengambil air bersih untuk wudlu.

Bermunajat, mengadu nasib buruk yang menimpanya. Memohon ampun untuk ibu tercinta. Dengan linangan air mata mengadukan persoalan yang kini dihadapi.

Menjelang fajar menyingsing, Raline memilih menonton film laga di televisi yang ada di kamar paling ujung. Hampir tidak membunyikan suara televisi agar tidak membangunkan suami yang sedang terlelap. Tidak juga ke luar dari kamar bukan takut, tetapi enggan berinteraksi kepada siapapun yang tidak dikenalnya.

Sampai pukul delapan pagi, Eddriz belum juga terjaga. Tidurnya terlihat pulas dan tenang. Raline membersihkan diri mandi dan berganti baju, belum juga dia terbangun.

Raline kembali duduk di depan televisi dan melihat berita. Perut rasanya sudah keroncongan minta diisi, tetapi tidak seorang pun yang mengetuk pintu untuk mengantar sarapan, "Anggap saja puasa atau diet, Ra." Raline mengusap perutnya yang berbunyi.

Raline tersentak kaget tiba-tiba Eddriz berteriak saat terbangun dan langsung terduduk, "Mommy!"

"Astagfirullah," ucap Raline sambil mengusap dada.

Raline hanya mengintip Eddriz dari balik sandaran sofa. Laki-laki itu tampak kebingungan mencari seseorang. Pandangan mata berakhir pada dirinya yang ketahuan mengintip.

"Kemarilah!" teriaknya.

"Anda panggil Ra?" tanya Raline menunjuk pada diri sendiri.

"Iyalah, di sini cuma ada kamu. Cepat kemari!"

Saar Raline berjalan mendekati Eddriz. Laki-laki itu melihat penampilannya sendiri. Memegangi kepala yang terasa pusing dan mengerutkan keningnya mengingat kejadian tadi malam.

"Siapa yang mengganti bajuku tadi malam?"

"Apakah Anda tidak ingat sama sekali?"

"Eee ditanya malah ganti tanya, bocah gemblung. Mana mungkin tanya kalau aku ingat!"

"Ooo maaf, Anda tidak merasa dimandikan dan dinina bobokkan oleh seseorang begitu?"

Eddriz memicingkan matanya karena kesal, "Kamu ini ditanya kembali bertanya terus, bikin kesal saja di mana Mommy karena semalam aku seperti mandi dan tidur bersama Mommy?"

"Di kuburan," jawab Raline asal.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status