Share

Bab 7. Jutek dan Garang

Author: Muda Anna
last update Last Updated: 2023-12-30 09:31:44

Ada bantal dan guling melayang ke arah Raline sebagai akibat jawabannya yang asal. Untung Raline langsung menangkis dan terjatuh tergeletak begitu saja bantal dan guling itu. Disertai nyengir kuda Raline karena ditatap tajam oleh pemilik kamar.

"Kamu siapkan di kamar mandi, aku mau mandi!" perintahnya kesal.

Dengan gontai Raline berjalan menuju kamar mandi. Belum tahu yang harus dikerjakan untuk mempersiapkan kamar mandi seperti yang diinginkan. Eddriz Hanya mengingat posisi dan cara para pelayan kemarin saat mau mandi.

Raline mengikuti semua cara pelayan mempersiapkan kamar mandi. Dari handuk yang diambil dari lemari yang ada di ujung kamar mandi. Mempersiapkan bath-up dengan sabun aroma terapi. Sampai sampo, sikat gigi, dan odol yang dipersiapkan dengan teliti, baik tempat atau arah letaknya.

"Semoga ini tidak mengecewakan, Ra belum pernah menyiapkan mandi mewah seperti ini," monolog Raline sendiri dan ke luar kamar mandi.

Baru melangkah sampai pintu kamar mandi, Raline terdorong masuk lagi dengan keras, "Aduh!"

"Lama banget, sih. Lihat dulu becus atau tidak bekerja!" Eddriz menarik tangan Raline dengan kasar setelah terdorong masuk kamar mandi lagi.

Eddriz memutari kamar mandi, memeriksa satu persatu mulai dari buth-up. Berpindah letak sampo dan sikat gigi yang diletakkan di sisi buth-up, "not bad." katanya masih menggenggam tangan Raline.

"Handuknya ganti yang besar, itu kecil buat kamu, mengerti?"

"Siap, tetapi tangan lepas dulu ini!"

"Oya, sudah."

Handuk yang tadi digantung diambil dan dilipat kembali. Dimasukkan ke lemari handuk seperti semula. Mengambil handuk yang ukurannya lebih besar dan digantung kembali ditempat semula.

"Ada lagi yang Anda perlukan?"

"Anda anda, panggil yang betul!"

'Dipanggil pak tua marah, dipamggil Anda marah juga, mau Ra panggil aki-aki?' Untungnya Raline hanya bergumam dalam hati.

"Jangan bilang kamu mau panggil aki-aki, walau aku cukup umur aku masih gagah dan kuat, mau bukti?"

"Eee, no!" teriak Raline sambil memundurkan badan beberapa langkah dan bergumam sendiri karena laki-laki jutek itu bisa membaca yang dipikirkan.

Eddriz tergelak sambil menggelengkan kepala. Masih menganggap Raline anak kecil yang tidak tahu apapun. Tidak menganggap Raline sebagai wanita dewasa yang bisa diajak bersenang-senang.

"Kamu harus panggil Tuan jika tidak ada orang, tetapi jika di depan umum kamu harus memanggil Abang, mengerti?"

Raline mengangguk sambil menahan tawa, hanya bergumam sendiri dalam hati dengan sebutan abang, 'Sudah tua maunya dipanggil abang,' gerutunya dalam hati.

Eddriz seolah bisa membaca pikiran Raline, dia mendekat dan terus mendekati sampai Raline mendekati dinding tembok di bawah shower, "Anda mau ngapain, Tuan?"

Tangan kanan Eddriz menahan dinding tembok. Tangan kiri membuka baju sambil tersenyum devil. Membuat Raline pucat dan berkeringat dingin.

"Dasar Bodoh," kata Eddriz memukul dinding tembok dan berbalik badan dan melempar baju ke wajah Raline, "Ke luar sana, kamu bukan seleraku!"

Raline langsung menarik baju yang ada di wajahnya. Berlari dengan cepat ke luar kamar mandi sambil melempar baju ke keranjang baju kotor, "Dasar pak tua gila, hampir saja jantung Ra copot," gerutunya sendiri.

Kerena tidak tahu jadwal akan ke mana Eddriz hari ini. Raline mempersiapkan baju dengan tiga versi. Teringat kemarin melihat ada baju dengan stelan jas yang disiapkan oleh bibi di atas tempat tidur. Kali ini Raline mempersiapkan baju kerja stelan jas. baju santai dan baju casual untuk acara setengah resmi.

Tiga stel baju diletakkan di atas tempat tidur dengan rapi berjajar. Raline kembali duduk di sofa melihat acara televisi. Memilih diam dan tidak melakukan apapun, karena hari ini baru hari kedua dia tinggal di villa.

Raline hanya bisa melamun sambil mengotak-atik chenel televisi. Bingung dengan nasib yang sekarang ini dialami. Ingin kabur dari villa ini tidak mungkin karena penjagaan yang sangat ketat.

Tidak ke luar dari kamar dari tadi malam setelah makan malam bersama. Mengetahui ada beberapa kamera CCTV yang ada di setiap sudut villa. Yang tidak ada hanya di kamar yang ditempati saat ini, maka itu lebih nyaman di kamar saja walau perut terasa keroncongan.

Hampir satu jam melamun, kamar mandi baru terbuka. Eddriz datang dengan hanya melilitkan handuk di pinggang dengan rambut basah yang masih menetes, "Hai bocah, di mana baju ...?" Laki-laki itu tidak jadi melanjutkan ucapannya setelah melihat baju yang berjajar rapi di atas tempat tidur.

Raline hanya mengintip dari balik sofa saat Eddriz berteriak, tetapi tidak dilanjutkan pertanyaannya. Kembali bersembunyi dibalik sofa saat Eddriz tanpa malu memakai baju dan melempar handuk tanpa berbalik badan. Bahkan handuk di lempar tepat ke arah kepala Raline.

"Aduh!" Raline menarik handuk dari wajahnya. Menunggu Eddriz memakai baju kerja lengkap dengan jas dan dasi.

"Cepat ke sini!" teriak Eddriz.

"Pasangkan dasi sekarang!"

"Maaf, Tuan. Ra tidak tahu cara memakai dasi," jawab Raline masih duduk di sofa.

"Kalau diperintah itu datang, bukan diam saja di tempat, cepat ke mari!" Eddriz semakin emosi.

Mulut Raline di monyongkan lima centi sambil komat kamit. Selalu saja memaksa dan memerintah seenaknya saja. Datang dengan gontai dan perasaan kesal serta cemberut.

"Jangan tunjukkan wajah masammu itu, sudah jelek tambah semakin jelek," kata Eddriz melempar dasi tepat nengkring di pundaknya.

"Ra belum bisa pasang dasi."

"Cepat ke sini, aku ajari!"

"Baik."

Badan Eddriz yang kekar, tinggi dan berotot. Saat Raline berdiri dihadapannya hanya sepundaknya saja. Dengan terpaksa Eddriz harus sedikit menunduk agar bisa sejajar dengan Raline.

"Lingkatkan di leher!"

"Hhmm." Raline melakkan apa yang diperintahkan.

"Putar dua kali dari pangkal dasi!"

Raline melakukan perintah sambil mengikuti ucapan Eddriz, "Putar dua kali, satu dua."

"Masukkan melewati bagian depan dan tarik!"

Raline memasukkan perlahan seperti yang diperintahkan, tetapi diterik dengan cepat sehingga dasi itu tepat di leher Eddriz, "Bodoh, kamu mau mencekik leherku?"

"Maaf, tidak sengaja."

"Ulangi sekarang!"

"Baik, Ra ulang."

Raline membuka kembali dasi yang hampir mencekik leher Eddriz. Mengulangi mulai dari melingkarkan di leher dan memutarnya dua kali. Hanya sayangnya Raline terbalik arah saat memutar dua kali, sehingga dasi menghadap ke belakang.

"Kamu ini becus tidak sih bekerja?"

"Maaf, akan ulang sekali lagi."  

"Cepat leherku sudah kaku!"

Raline mengulangi seperti dari awal sambil menatap tajam ke wajah Eddriz yang jutek dan garang. Hanya bisa mengeratkan gigi untuk mengurangi kekesalan di hati. Hanya berani mengumpat dalam hati sambil mengerjakan perintah memasang dasi dengan rapi.

Seolah Eddriz bisa membaca jalan pikiran Raline, sambil menoyor dahi Raline, Eddriz berkata, "Otak ini lebih baik di cuci dulu biar jangan berpikir macam-macam!"

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dijual Ayah Tiri pada CEO Duda Killer   Bab 118. Kebahagiaan

    Bang Jack dan Asisten Wibi hanya bisa mendengarkan percakapan penghuni rumah dari depan pintu saja. Pasalnya, dilarang masuk oleh pembeli bertato dengan alasan di dalam rumah sedang ada meeting dadakan. Dua orang kepercayaan Eddriz itu memasang telinga lebar-lebar untuk mengenali satu per satu orang yang sedang berbincang di dalam rumah.Asisten Wibi pernah beberapa kali bertemu dengan Ayah Wisnu. Suara bas khas ayah tiri Raline itu sangat mudah dikenali jika sedang berteriak atau sedang marah. Namun, jika berbincang dengan lirih atau jarak yang lumayan jauh sedikit sulit dikenali."Apakah itu suara target, Bang?" tanya Asisten Wibi sambil berbisik."Susah dikenali, aku tidak yakin." Bang Jack menjawab dengan berbisik juga."Direkam saja, Bang. Nanti kita selidiki bersama IT.""Ide bagus."Bukan hanya Bang Jack yang merekam percakapan orang yang ada di dalam rumah. Asisten Wibi juga merekam menggunakan ponsel dengan pura-pura membaca pelanggan yang memesan nasi goreng. Tidak ada seora

  • Dijual Ayah Tiri pada CEO Duda Killer   Bab 117. Berhasil

    Keadaan kantor Bushiry Grop yang ada di pusat rata dengan tanah kurang dari tiga puluh menit. Namun, Eddriz tetap meluncur ke puncak daerah Bogor. Putra semata wayang adalah satu-satunya harta yang paling berharga di dunia ini.Bukan hanya pihak yang berwajib yang menangani kasus perusahaan Bushiry Grop. Interpol, CIA pihak berwajib Asia yang terlibat langsung tentang pembajakan kontainer juga ikut terlibat. Ternyata, Bang Syam merupakan satu orang yang paling dicari khususnya di Asia Tenggara saat ini.Suasana sekitar villa milik Arum seketika mencekam setelah pihak yang berwenang bergerak cepat. Evakuasi penghuni villa yang ada di sekitar hanya berlangsung lima belas menit. Semua dilakukan secara diam-diam tanpa menimbulkan kecurigaan sedikit pun.Satu per satu anak buah Bang Syam dilumpuhkan dengan cepat tanpa suara. Kecepatan dan ketepatan mereka bak angin yang berhembus tanpa terasa, tetapi tepat sasaran. Eddriz dan rombongan belum sampai setengah jalan, musuh sudah bisa dilumpuh

  • Dijual Ayah Tiri pada CEO Duda Killer   Bab 116. Penculikan

    Satu hari setelah Harmini dilepaskan dengan syarat tidak bercerita kepada siapa pun termasuk pelanggan laundry. Wanita beranak dua itu beraktivitas seperti biasa yaitu bekerja sebagai buruh cuci gosok. Terus diawasi oleh anak buah Bang Jack dari kejahuan.Bang Jack juga mengirim anak buah seorang wanita yang pura-pura melamar pekerjaan di loundry itu. Sengaja mengajak berbincang Harmini dan karyawan yang lain sekitaran pekerjaan. Selain untuk mengulur waktu sekalian untuk mengawasi dan menunggu pelanggan yang dicurigai sebagai asisten pribadi Arum. Tanpa diduga, pemilik laundry sedang pergi belanja bahan untuk laundry. Anggota yang sedang melamar dengan leluasa berbincang dengan alasan menunggu sang pemilik usaha. Istilah sambil menyelam minum air yaitu sambil menyelidiki dan sekaligus berharap orang dicurigai itu datang hari ini.Sebelum istirahat tiba, Asisten Wibi dan Bang Jack melaporkan penyelidikaan yang dilakukan anak buah wanita kepada Eddriz. Sekitar pukul sebelas pagi, ada

  • Dijual Ayah Tiri pada CEO Duda Killer   Bab 115. Perawat Gadungan

    Eddriz terpaksa melihat introgasi perawat gadungan dengan online karena permintaan Raline. Istri kecil Eddriz itu bersikukuh ingin melihat wajah perawat yang menyusup ke rumah sakit. Suami Raline itu selalu mengabulkan semua permintaan istri tercinta apa pun keinginannya. Bang Jack dan kepala security yang saat ini sedang mencecar pertanyaan pada perawat gadungan. Asisten Wibi duduk di sofa di sampinng Eddriz dan berkoordinasi dengan IT untuk menyelidiki latar belakang perawat gadungan. Sedangkan, Eddriz dan Raline mlihat layar televisi yang terhubung dengan CCTV yang ada di kantor security rumah sakit. "Siapa yang menyuruh kamu menjadi perawat?" tanya Bang Jack dengan suara tegas. "Saya sendiri, Pak," jawab Perawat gadungan itu sambil menunduk. Kepala security yang mulai tidak sabar dan emosi tiba-tiba menggebrak meja dengan kedua tangan. Bukan hanya perawat gadungan yang tersentak kaget karena mendengar suara gebrakkan meja. Namun, Bang Jack juga ikut kaget dan memundurkan ku

  • Dijual Ayah Tiri pada CEO Duda Killer   Bab 114. Tender

    Raline beristirahat paska operasi terlelap di atas tempat tidur. Eddriz masih emosi tingkat dewa, tetapi bukan karena istri trcinta. Namun, karena ayah tiri Raline yang mengajukan tender lebih tinggi dari tawaran perusahaan Bushiry Grop.Asisten Wibi memberikan keterangan kemungkinan ada orang dalam dari perusahaan Bushiry Grop yang yang membocorkan informasi. Saat ini suasana tender yang ada di Surabaya sedang tegang menunggu yang menang antara dua perusahaan."Kamu selidiki orang dalam yang membocorkan sekarang juga!" perintah Eddriz dengan suara meninggi karena marah."Tim kita sedang menyelidiki, Tuan.""Bagus tendang dia dari Bushiry Grop, dan jangan lupa blacklist ke seluruh perusahhan di seluruh Indonesia.""Siap, Tuan.""Siapa yang memimpin tende itu, kirim nama sekarang aku hubungi dia?""Baik, saya kirim lewat pesan WA sekarang, Tuan."Kekausaan seorang Eddriz Bushiry tanpa batas. Hanya dengan sekali gertak orang yang dihubungi bukan hanya menggigil ketakutan. Lutut seketika

  • Dijual Ayah Tiri pada CEO Duda Killer   Bab 113. Baby Edward

    Mendadak tim dokter yang dipimpin oleh Dokter Daniel dan Dokter Atika melakukan operasi caesar pada Raline. Jika sang suami sudah bertitah, Raline harus mengikuti yang diperintahkan. Rasa sakit sebenarnya masih bisa ditahan, tetapi karena Eddriz yang tidak tega melihat istri kecilnya kesakitan, terpaksa harus melakukan operasi saat itu juga.Yang lebih parah lagi Eddriz ikut masuk di ruang opesasi caesar selalu gelisah dan sedikit mengganggu proses operasi. Raline yang memakai setengah anastesi membuat Eddriz semakin bingung. Dari dada ke bawah tidak merasakan apapun, sedangkan mulai dari dada, pundak, tangan ke atas tetap normal dan bisa digerakkan.Laki-laki tua itu terus membuat drama gegara melihat proses operasi yang baru pertama kali. Melihat dokter mulai membuka jalan bayi yang ada di bawah pusar, Eddriz tegang. Takut sang istri meringis kesakitan seperti awal akan melahirkan tadi."Bang, ada apa?""Itu mulai di buka, apakah Ra tidak merasakan sakit?""Tidak.""Benarkah?""Aban

  • Dijual Ayah Tiri pada CEO Duda Killer   Bab 112. Kontraksi

    Yang dikhawatirkan mengganggu ketenangan Raline tidak muncul hari ini. Asisten Wibi mendapatkan kabar jika pengusaha baru ayah Wisnu sedang melakukan lobi bisnis di kota Surabaya. Ada lima tim sukses Ayah Wisnu yang berangkat bersamaan akan bersaing melawan perusahaan Bushiry Group.Raline sedang berada di supermarket besar yang ada di lantai satu rumah sakit. Dikawal Jenny dan Bibi Asih kanan dan kiri saat memilih makanan ringan di etalase. Ada pengawalan ketat Bang Jeck dari kejauhan memantau setiap lalu lalang pengunjung.Ada seorang wanita datang mengenakan masker, kaca mata hitam dan berhijab pasmina. Awalnya memilih makanan ringan di samping Jenny. Tidak melakukan hal yang mencurigakan layaknya pengunjung yang sedang berbelanja."Jenny, makanan ini menurutmu varian apa yang paling enak?" tanya Raline."Yang super pedas itu yang paling bikin ketagihan, Nyonya.""Apakah pedas banget?""Tentu saja, Nyonya. Lihatlah tingkat kepedasannya level sepuluh."Tiba-tiba wanita yang mengenak

  • Dijual Ayah Tiri pada CEO Duda Killer   Bab 111. Kontraksi Palsu

    Rumah sakit hari ini disibukkan dengan persiapan istri pemiliki rumah sakit yang diduga akan melahirkan. Hampir jalan menuju kamar khusus untuk persalinan sudah di sterilkan dari pengunjung rumah sakit. Setiap sudut dan lorong dijaga ketat oleh security dan anah buah Bang Jack.Tidak hanya ambulance yang dikawal oleh Bang Jack. Satu mobil yang di dalamnya ada Jenny, Pak Basri dan Bibi Asih juga langsung dikawal. Asisten Wibi bertugas menjemput sahabat Raline yaitu kekasih hati Hanna dan kekasih kepala bodyguard Shafea.Sampai di rumah sakit brankar sudah siap siaga menunggu di depaan pintu rumah sakit. Bergegas masuk menuju kamar dan diikuti oleh tim dokter langsung berlari menuju kamar khusus. Eddriz ikut berlari disamping branker dan menautkan tangan Raline dengan sempurna.Raline terus mengusap perut yang terkadang menegang terkadang anteng. Wajahnya terlihat bingung selalu melihat sekitar orang-orang yang terlihat tegang. Termasuk wajah Eddriz yang terlihat sangat khawatir dan cem

  • Dijual Ayah Tiri pada CEO Duda Killer   Bab 110. Menegang

    Raline mengulang membaca rekan bisnis yang telah merebut perusahaan milik orang tua teman sekolah. Hampir tidak percaya membaca nama yang tertera dalam laporan itu. Nama Ayah Wisnu yang menjadi perebut perusahaan itu.Raline terpaku dan bingung membaca laporan dari Asisten Wibi. Pasalnya ayah tiri itu tidak pernah mempunyai pengalaman memimpin perusahaan. Tidak pernah juga berkecimpung di dunia bisnis dalam skala besar."Tunggu sebentar, Sayang. Abang juga hampir tidak percaya ini.""Coba panggil asisten Abang sekarang!""Baik, Abang hubungi dia sekarang menggunakan ponsel saja biar cepat."Kurang dari lima menit Asisten Wibi datang dengan tergesa-gesa. Sudah menduga tentang yang akan ditanyakan oleh atasanya terutama sang istri. Sehingga datang dengan membawa bukti dan kabar yang lebih lengkap lagi."Apakah laporan yang kamu berikan tadi benar adanya, Wibi?""Benar sekali, Tuan.""Ayah tiri Ra sekarang seorang pengusaha dari perusahaan itu?""Iya, sekarang ini dia sudah pindah di Jak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status