Share

Bab 5. Makan Malam

Raline ditarik dengan paksa oleh Eddriz, tidak perduli gadis itu memakai high heels. Tangan Raline mencengkeram legan Eddriz agar tidak terjatuh. Disamping tidak pernah memakai sepatu hak tinggi, gaun yang dikenakan juga pas dibadan sehingga tidak leluasa bergerak bebas.

"Jangan mencari perhatian, jangan menjawab hal yang tidak tahu. Cukup mengangguk dan tersenyum saja, mengerti?" pesan Eddriz sambil terus melangkah.

Raline masih menyeimbangkan cara berjalan Eddriz yang cepat. Tidak menjawab apa yang perintahkan oleh suami dadakan. Laki-laki itu tidak memperhatikan Raline yang berjalan hampir setengah berlari.

"Kalau ditanya menjawab?" Eddriz semakin mencengkeram tangan Raline dengan keras.

"Hhhmm."

Mungkin bagi wanita yang tidak mengenal bela diri pasti akan kesakitan. Namun, tidak bagi Raline karena cengkeraman itu dengan mudah akan bisa di lepas. Hanya sayangnya, Mereka tepat berada di depan tamu dan harus berpura-pura bahagia dan ramah.

"Selamat malam dan selamat datang di villa kami," kata Eddriz sambil membungkukkan badan.

"Selamat malam, Tuan Ed." Para tamu bisnis menjawab dengan serentak.

"Perkenalkan dia istri saya Nyonya Ed," kata Eddriz sambil melingkarkan tangan di pinggang Raline tetapi sambil sedikit mendorong agar ikut mengangguk.

"Selamat malam, Nyonya Ed. Anda cantik sekali." Salah satu Pebisnis Muda membunguk hormat.

Raline tersenyum melipatkan kedua tangan di dada. Membungkukkan badan sebagai tanda hormat. Sambil menahan badan agar tidak maju karena ditekan oleh Eddriz dari belakang.

Eddriz menarik kursi untuk duduk Raline sambil tersenyum. Senyumnya terlihat manis walau sebenarnya sangat tahu jika senyuman itu hanya palsu. Raline juga tersenyum, tetapi senyum untuk menertawakan kepalsuan suami yang pandai bersandiwara.

'Dasar Pak Tua penuh drama, senyum palsu hatinya busuk.' Raline hanya bisa bergumam dalam hati.

Satu jam, dua jam bahkan pembicaraan bisnis berjalan sampai tiga jam lamanya. Raline hanya diam tidak memahami apa yang dibicarakan. Terkadang bergeser kanan dan kiri karena merasa borring dan mulai panas terlalu lama duduk.

Ada salah satu peserta meeting pebisnis muda selalu melirik Raline yang gelisah. Pemuda itu tidak memperdulikan Eddriz yang garang menatapnya. Seolah pemuda itu ingin memberikan perhatian lebih karena Raline yang tidak diperhatikan oleh suami.

"Ok setelah tanda tangan kesepakatan ini, ada yang bertanya lagi?" Eddriz langsung mengakhiri meeting karena geram melihat pebisnis muda yang selalu melirik Raline.

Raline menjadi salah tingkah karena diperhatikan terus menerus. Terkadang hanya mengalihkan perhatian memandang pintu luar melihat para pegawai yang berlalu lalang. Hanya tersenyum tipis saat saling pandang tidak sengaja.

"Tidak, Tuan Ed. Terima kasih." Salah satu Pebisnis senior menjawab setelah tanda tangan kesepakatan kerja sama.

Eddriz mengangkat tangan memberikan kode kepada bodyguard yang menjaga di depan pintu. Bodyguard itu mengangguk dan menghubungi seseorang dengan ponsel. Kurang dari lima menit, para koki datang dan membawa menu makan malam.

Saat makan pun Raline banyak diperhatikan oleh rekan bisnis Eddriz. Ada yang mengambilkan lauk, ada yang mengambilkan sayur ataupun yang lain. Eddriz sama sekali tidak mendapatkan perhatian.

"Cukup, Tuan. Terima kasih," kata Raline saat ada dua pebisnis mengambilkan ayam goreng dan tahu goreng.

"Sama-sama, Nyonya."

Eddriz sengaja menginjak kaki Raline sambil mata menunjuk ke piring kosong yang ada di depannya. Hanya sayangnya, Raline tidak memahami maksud suami. Dia hanya meringis dan menahan sakit sambil tersenyum kecut.

Dengan terpaksa Eddriz mengambil nasi sendiri. Sayur dan lauk juga mengambil sendiri tanpa dilayani. Sedangkan Raline diambilkan oleh rekan bisnis Eddriz sambil tersenyum.

Setelah rekan bisnis berpamitan pulang selesai makan. Dengan penuh emosi Eddriz mencengkeram tangan Raline dan ditarik ke kamar tanpa kata. Ada banyak pelayan dan bodyguard yang melihat sehingga Raline tidak membantah dan diam saja. Hanya pasrah dengan perlakuan kasar yang tidak tahu sebabnya.

Pintu dibuka dengan kasar oleh Eddriz. Ditutup dengan menggunakan kaki dengan suara keras dan menggelegar. Langsung mendorong Raline ke arah tempat tidur dan tersungkur di lantai.

"Sudah aku bilang jangan cari perhatian, jangan kecakepan. Tugas kamu hanya melayani aku terutama saat makan, dasar bodoh!" teriaknya.

Raline mencoba bangun dan mengusap sikunya yang terbentur lantai. Ada rasa ngilu di lengan karena tertekan dengan keras saat di dorong. Mulut terdiam tanpa kata hanya menatap wajah Eddriz yang memerah karena marah.

Belum sempat Raline berdiri dengan sempurna, Eddriz menarik lengan Raline dan di putar ke belakang, "Jangan coba-coba melawan, aku tahu kamu bisa bela diri, ilmumu hanya seujung kukuku!"

"Aauw sakit, Pak Tua!" teriaknya tanpa takut.

Eddriz semakin menarik dan menekan lengan Raline dengan lebih keras, "Sekali lagi menyebut itu aku patahkan tanganmu, mengerti?"

"Iya."

"Ingat, kamu sudah aku beli dengan harga yang sangat mahal, sekali melakukan kesalahan seperti tadi, hidupmu akan seperti di neraka!"

"Iya, lepaskan tangan Ra, sakit!"

Eddriz kembali mendorong Raline sampai menabrak pinggiran tempat tidur tepat mengenai pundaknya. Pundak terasa lebih ngilu dari lengan tadi. Hanya meringis dan menahan sakit tanpa mengeluh sedikit pun.

Eddriz langsung ke luar kamar dengan menutup pintu sambil dibanting. Suara pintu terdengar menggema di seluruh ruangan kamar. Mulutnya yang terus mengomel karena marah hampir tidak terdengar karena kalah keras dengan suara pintu yang menggema.

Raline terduduk di lantai mengusap pundaknya. Ada memar dan membiru karena terkena pinggiran tempat tidur. Lukanya lebih parah dari yang ada di siku lengan yang hanya membentur lantai.

Raline mengambil napas panjang dan menghembuskan dengan kasar. Tidak menyangka laki-laki yang dipanggil pak tua itu sangat kuat dan tangguh. Tidak lemah seperti kelihatannya saat pertemuan pertama akad nikah.

"Boleh juga tenaganya, Ra harus berhati-hati mulai sekarang," monolognya.

Saat awal berpikir akan lebih aman bersama laki-laki yang pantas menjadi ayahnya daripada bersama ayah tiri. Kini menjadi berpikir ulang karena mulai mengetahui tabiat dan tindakannya. Mulai merasa sangat tidak beruntung karena ke luar dari kandang macan sekarang masuk di kandang harimau.

Mulai merasa hidup tidak beruntung seperti saat masih bersama ayah tiri durjana. Dulu terpaksa bertahan karena amanah ibu tercinta. Sekarang hanya bisa bertahan karena misteri yang belum dikatakan suami dadakan tentang misteri kecelakaan Almarhumah Ibu Rayya.

Dengan gontai Raline ke kamar mandi, membersihkan diri dan berganti baju. Semua sudah disiapkan oleh bibi tinggal memakainya saja. Langsung beristrahat tidur di tempat tidur setelah selesai dari kamar mandi.

Tidur di sisi paling pinggir dan memberikan batasan guling di tengah agar tidak tersentuh oleh Eddriz. Terlelap tanpa perduli apapun yang terjadi. Yang terpenting bisa beristirahat sejenak karena sangat lelah hati dan pikiran.

Sampai lebih dari tengah malam Raline terlelap, tiba-tiba dikagetkan karena tendangan kaki Eddriz dengan keras, "Siapa suruh kamu tidur di tempat tidurku, Bodoh!"

Raline tersungkur jatuh dari tempat tidur, "Auuw!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status