Share

Part 05

Saat membuka pintu, mata Leon langsung tertuju kearah wanita yang sedang tertidur di atas sofa. Terlihat wanita itu tertidur dengan begitu lelap, sehingga membuat pria itu menjadi tidak enak untuk membangunkannya. Namun, ketika melihat wajah teduh wanita itu, tiba-tiba ingatannya langsung tertuju pada masa lalu.

"Maaf! Aku minta maaf karena baru menemukannya sekarang. Aku berjanji, akan mendidiknya menjadi seperti dirimu." Leon hanya bisa menatap wajah Naura dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

Dia terus menatap wajah wanita yang baru dia nikahi itu tanpa berani menyentuhnya. Dari posisi tidur sang istri, dia tau jika wanita itu tertidur karena menunggunya. Ntah apa tujuan Leon menikahi Naura, akan tetapi ada rahasia besar di balik pernikahan itu. Jika karena nafsu, sudah pasti dia mengambil haknya malam ini juga, tetapi dia terlihat tidak tertarik untuk melakukan hal itu.

Melihat Naura yang hanya menggunakan kemeja putih miliknya, kening pria itu tiba-tiba mengerut. Padahal dia sudah menyuruh pelayan untuk menyiapkan pakaian untuk istrinya itu, tetapi mengapa dia memilih untuk mengenakan pakaiannya. Naura hanya mengunakan baju kemeja putih milik Leon yang kebesaran di tubuhnya. Sehingga membuat hasrat pria itu langsung terpancing.

"Dasar bocah tengil! Apa kamu mau mengodaku?" Gumam Leon sambil mengusap wajahnya kasar.

Dia mengangkat tubuh mungil istri itu dengan lembut dan memindahkannya ke atas ranjang. Namun, pandangannya langsung teralih ke paha Naura yang di penuhi dengan luka lebab. Dia menatap kulit putih wanita itu yang di penuhi tato biru.

"Kenapa tubuhnya seperti ini?" Batin Leon menatap luka lebam itu. Dia memberanikan diri untuk membuka pakaian Naura dan memeriksa seluruh tubuh istrinya itu. Walaupun memiliki sifat yang sangat dingin dan cuek, tetapi pria itu masih memiliki hati nurani. Melihat seorang wanita terluka seperti itu, dia langsung merasa sangat geram.

"Siapa yang melakukan ini?" Batin Leon mengepalkan tangannya geram.

Cukup lama dia terdiam memandangi tubuh Naura. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana penderitaan wanita itu selama ini. Apalagi melihat tubuh wanita itu yang terlihat kurus tidak terurus. Dari sana sudah bisa dibayangkan bagaimana penderitaan yang di alami wanita itu selama ini.

Tidak sanggup lagi menahan amarahnya, Leon langsung menuju kamar mandi dan menguyur tubuhnya mengunakan air dingin. Cukup lama dia berdiam diri di bawah guyuran air itu, ini memang sudah menjadi kebiasaannya sejak sepuluh tahun lalu.

"Aku akan membalas semua perbuatan mereka. Aku berjanji," batin Leon sambil membayangkan senyuman manis seorang wanita yang selalu menghantui pikirannya.

******

Saat membuka mata, Naura melihat sosok pria gagah yang tertidur pulas di sampingnya. Jarak mereka cukup dekat, sehingga dia bisa merasakan hembusan napas pria itu yang begitu hangat menembus kulit putihnya.

"Ternyata kamu sangat tampan. Maaf! Karena aku sempat mengira jika kamu adalah pria tua mesum," Batin Naura sambil terus menatap wajah tampan suaminya itu.

Tidak bosan-bosan dia menatap indahnya ciptaan Tuhan yang telah di ciptakan untuknya. Walaupun dia belum mengenal suaminya itu, akan tetapi dia yakin jika di balik sikap dingin dan juga misterius pria itu ada sisi baik yang tersembunyi.

"Apa kamu belum puas memandangku?" tanya Leon sedikit ketus tanpa membuka matanya, sehingga membuat wajah Naura langsung menunduk malu. Dia langsung bangkit dari tidurnya sambil mengatur jantunya yang berdegup tidak karuan.

"Maaf! Aku mau ke kamar mandi," ucap Naura langsung bangkit dari tidurnya.

Namun, tangan kekar langsung mengenggam pergelangan tangannya, sehingga wanita itu langsung terdiam mematung.

"Apa dia ingin meminta haknya? bagaimana ini?" pikiran wanita itu langsung melayang entah kemana.

"Kenapa kamu mengunakan kemejaku? Bukankah para pelayan sudah menyiapkan pakaian untukmu?" tanya Leon menatap kemejanya yang masih melekat di tubuh Naura.

"Em! Itu."

"Itu apa?"

"Mereka menyediakan pakaian yang kurang bahan untukku. Jadi aku pakai bajumu saja," ucap Naura polos.

"Kurang bahan?" gumam Leon mengerutkan keningnya bingung.

"Em! Jika Tuan tidak percaya, lihat saja," ucap Naura menunjuk lemari pakaiannya.

Penasaran dengan pakaian kurang bahan yang dimaksud istrinya itu, Leon perlahan melangkahkan kakinya menuju lemari pakaian Naura. Ketika membuka pintu lemari itu, Leon langsung tersenyum sinis sambil melirik Naura yang masih duduk di tepi ranjang.

"Jika kamu tidak suka dengan pakaian ini, aku akan menyuruh pelayan untuk mengantinya. Tapi jangan pernah menyentuh barang-barangku lagi," ucap Leon penuh penekanan sambil mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja rias lalu menghubungi seseorang.

Naura hanya diam tidak berani berkutik, baru saja dia memuji pria itu, akan tetapi sekarang dia langsung menyesal akan itu. "Ternyata dia sangat menyebalkan," batin Naura sambil memanyunkan bibirnya kesal.

"Cepat sediakan pakaianku!" perintah Leon melihat Naura yang masih betah dengan posisinya itu.

"Ba... baik, Tuan!" wanita itu langsung refleks bangkit dari duduknya lalu memilih pakaian kerja untuk Leon.

Tida banyak bicara, Leon langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Melihat kepergian sang suami, Naura langsung membuang napasnya kasar. Baru saja dia merasa aman berasa di tempat ini, akan tetapi tiba-tiba dia merasa ada sesuatu yang di sembunyikan oleh suaminya itu.

Sambil menunggu Leon selesai mandi, Naura mencoba menyibukkan diri dengan membersihkan tempat tidur mereka. Namun, dia tidak sengaja melihat sesuatu di bawah bantal Leon. Seperti sebuah foto, dia memperhatikan foto itu dengan baik, seperti foto Leon dengan seorang wanita, akan tetapi dia tidak bisa melihat wajah wanita itu karena tertutup oleh bantal.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Leon tiba-tiba muncul lalu mengambil foto itu. "Aku sudah mengatakan...,"

"Ma ... maafkan aku, Tuan! a... aku hanya ingin merapikan tempat tidur," ucap Naura dengan mata berkaca-kaca. Jujur walaupun sering mendapatkan perlakuan kasar dari keluarga pamannya, akan tetapi dia tidak pernah seperti ini. Ntah mengapa ketika Leon memarahinya, dia langsung begitu terluka.

Tok... tok...

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu, sehingga Loen langsung beralih menatap pintu yang masih tertutup rapat.

"Masuk!" ucap Leon mengusap wajahnya kasar sambil menyimpan foto itu di tas kerjanya.

"Maaf, Tuan! ini pakaian untuk nyonya," ucap seorang pelayan membawa beberapa pakaian untuk Naura.

"Letakkan di sana," ucap Leon datar.

"Ganti semua pakaian yang telah kalian sediakan untuknya." Tanpa menatap pelayan itu, Leon langsung melangkahkan kakinya menuju ruang ganti.

Melihat ekspresi sang tuan, pelayan itu hanya mengangguk patuh lalu meletakkan pakaian untuk Naura di atas ranjang.

"Tuan besar memang sangat tegas. Saya harap nyonya bisa mematuhi setiap peraturan yang dia buat," ucap pelayan itu sambil menatap Naura yang masih diam mematung dengan mata yang berkaca-kaca.

******

Setelah selesai membersihkan diri, Naura langsung turun untuk sarapan. Semua pekerjaan rumah sudah di kerjakan oleh pelayan, jadi dia tidak memiliki pekerjaan apapun di rumah itu. Sangat berbeda saat masih tinggal di kediaman Heri, dimana semua pekerjaan rumah dilimpahkan kepadanya. Namun, dia masih bingung dengan stelan pakaian yang di berikan pelayan ini. Dimana pakaian itu lebih cocok digunakan oleh wanita kantoran.

"Mommy! mommy mau kemana?" tanya Raygan melihat Naura berjalan mendekati mereka.

"Ehm!" Naura hanya diam sambil melirik Leon yang sedang asik menikmati sarapannya.

"Mommy ikut daddy ke kantor!" ucap Leon santai.

"Kenapa?"

"Karena mommy harus menjadi wanita pintar. Jadi dia harus belajar dengan bekerja di kantor daddy," ucap Leon tersenyum kecil.

"Bekerja! tapi, Tuan,"

"Jika aku sudah memberikan perintah, tidak ada yang boleh menolaknya," ucap Leon dengan tegas.

Mendengar ucapan Leon, Naura hanya diam tanpa bisa berkata-kata. Dia hanya bisa menuruti setiap kata yang terucap dari mulut pria itu.

Setelah selesai sarapan, mereka langsung berangkat ke kantor secara bersama-sama. Tidak lupa, mereka mengantar Raygan terlebih dahulu ke sekolahsekolah, baru kembali melanjutkan perjalanan mereka.

Sesampainya di kantor, mereka langsung di sambut oleh para pegawai, di ikuti oleh seorang pria gagah dan tampat, usianya terlihat masih sangat muda.

"Selamat pagi, Tuan dan Nyo... "

"Dia adalah sekertaris baruku, jadi beritahu dia apa saja yang harus dia lakukan," ucap Leon sambil terus melangkahkan kakinya.

Mendengar perintang sang Tuan, Arga hanya bisa membuang napasnya kasar. Dia menatap punggung bosnya itu dengan tatapan penuh kebingungan, Ntah apa yang ada di pikiran Tuan besarnya itu, sehingga dia memperkerjakan istrinya sendiri sebagai sekertarisnya.

"Apa ini semua ada hubungannya dengan kejadian itu? Apa mungkin nyonya besar," batin Arga menatap Naura yang masih terdiam menatapnya.

"Kenapa kakak hanya diam? Apa ada yang aneh?" tanya Naura memperhatikan penampilannya.

"Tidak apa-apa. Ayo," ucap Arga berjalan mondar-mandir karena tidak tau harus memulai dari mana.

"Aku tunjukkan ruanganmu terlebih dulu," ucap Arga akhirnya menetapkan hatinya untuk memperlihatkan ruangan wanita itu terlebih dahulu. Naura hanya mengangguk patuh sambil mengikuti langkah asisten suaminya itu.

Arga menjelaskan semua hal yang menjadi tugas Naura sebagai sekertaris Leon. Dengan cepat Naura langsung mengerti dan bisa melakukan tugasnya dengan baik. Melihat ke tanggapan wanita itu, perlahan Arga langsung menatap kagum. Padahal baru menjelaskan beberapa hal, tetapi wanita itu langsung bisa mengerti dengan cepat.

"Ternyata dia sangat pintar. Pantas saja Tuan memilihnya. Tidak hanya cantik, tetapi dia adalah sosok wanita yang tangguh," batin Arga melihat keseriusan Naura untuk mempelajari tugasnya.

"Kamu pelajari dokumen ini. Sebentar lagi kita ada rapat penting. Ingat! Kamu harus pelajari dengan teliti. Aku tidak mau ada kesalahan," ucap Leon dengan tiba-tiba muncul sambil memberikan sebuah dokumen kepada Naura.

"Baik, Tuan!" ucap Naura mengangguk patuh.

"Rapat penting!" Batin Arga menatap Leon bingung.

Bersambung.........

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status