Share

Part 06

"Apa kau sudah mempelajari semua berkas yang papa berikan?" Tanya Heri menatap sang putra yang asik memainkan ponsel.

"Ia, Pa! Papa tenang saja, Rico pasti bisa," Ucap Rico santai sambil terus bermain game online.

Melihat kelakuan putranya itu, Heri hanya bisa membuang napasnya pelan. Dia hanya bisa berdoa semoga putranya itu tidak membuat malu di rapat nanti.

Hingga akhirnya mereka berhenti di depan bangunan mewah yang berdiri kokoh. Rico menatap bangunan itu dengan tatapan penuh kekaguman, bagaimana tidak, bangunan itu jauh lebih besar dan juga mewah dari kantor sang papa.

"Pa! Apa ini kantor milik pria tua itu?" Tanya Rico sambil terus menatap kantor Leon tanpa berkedip.

"Benar! Jadi kau harus jaga sikapmu. Jangan sampai gara-gara kelakuanmu yang tidak beradap, Tuan Leon membatalkan kerja samanya dengan perusahaan kita," Ucap Heri ketus lalu melangkahkan kakinya memasuki kantor itu.

Sesampainya di ruang rapat, dia melihat beberapa pengusaha penting yang sudah hadir untuk melaksanakan rapat itu. Perusahaan Leon adalah perusahaan terbesar di kota ini, jadi wajar saja jika begitu banyak perusahaan yang ingin bekerja sama dengannya.

"Selamat datang Tuan Heri! Nak Rico," Ucap Budi menatap Rico yang berjalan di belakang Heri.

"Perkenalkan, dia adalah Rico, putra saya sekaligus pewaris satu-satunya keluarga Debora," Ucap Heri memperkenalkan Rico tanpa ada rasa malu sedikitpun.

"Pewaris satu-satunya," Batin Arga terkekeh kecil mendengar ucapan Heri.

"Selamat siang semuanya! Maaf lama menunggu," ucap Arga memecahkan pembicaraan Heri dan yang lainnya.

Mendengar kedatangan Arga, semuanya langsung duduk di kursi masing-masing. Seperti biasa, Arga akan memasuki ruang rapat terlebih dahulu untuk memastikan jika semuanya telah tiba.

Ruangan itu tiba-tiba menjadi sangat hening, hingga akhirnya suara hentakan sepatu terdengar mendekati ruangan itu. Leon memang sangat dingin dan menakutkan, jadi tidak akan ada yang berani berbicara jika tanda-tanda kemunculannya telah tiba.

"Kenapa semuanya diam?" Tanya Rico memecahkan suasana hening itu.

Mendengar pertanyaan sang putra, Heri hanya bisa memukul keningnya pelan. "Diamlah, jika kau tidak mau di lempar keluar."

"Aku hanya bertanya," Gumam Rico menggaruk kepalanya yang tidak gatal mendengar omelan sang papa.

Tanpa bicara, Leon langsung masuk keruangan itu lalu duduk di bangku kuasanya. Namun, yang menjadi sebuah tanda tanya besar seisi ruangan itu, siapa wanita yang bersamanya?

"Perkenalkan! Dia Naura Ayunda Debora. Sekertaris baru saya. Sekaligus orang yang bertanggung jawab untuk proyek ini." Tanpa bertanya, Leon langsung bisa menebak apa yang ada di pikiran para rekan bisnisnya itu.

"Naura! Kenapa dia ada disini?" Batin Heri tiba-tiba merasakan sesuatu firasat yang buruk.

"Bukannya dia putri adikmu? Kenapa tiba-tiba dia ada di sini? Bukannya dia," Tanya Budi sedikit berbisik.

"Nanti kita bicara," Ucap Heri lalu kembali fokus dengan rapat itu.

"Baiklah! Kita mulai rapatnya sekarang. Naura," Ucap Leon memberi kode agar Naura menjelaskan tentang isi rapat kepada yang lainnya.

Naura langsung berdiri lalu menjelaskan tentang pembangunan proyek yang akan mereka lakukan. Tidak seperti yang Heri katakan kepada semua orang, Naura menjelaskan semuanya dengan begitu baik, bahkan semua orang langsung tertarik atas setiap kata yang keluar dari mulutnya.

*****

Setelah rapat selesai, Heri dengan cepat keluar dari ruangan itu. Dia melonggarkan dasi yang sejak tadi seperti mencekik lehernya. Selama sepuluh tahun dia menjauhkan Naura dari orang-orang sekitarnya, akan tetapi dengan sekejap Leon memperlihatkan wanita itu kehadapan semua orang.

"Kenapa? Kenapa dia menjadikan Naura sebagai sekertarisnya?" batin Heri bertanya pada dirinya sendiri.

"Pa! Papa kenapa panik seperti itu?" Tanya Rico melihat wajah sang papa yang terlihat pucat.

"Kau selidiki siapa sebenarnya Tuan Leon?" Ucap Heri dengan tegas.

"Bukannya dia adalah rekan bisnis papa? Kenapa papa malah menyuruhku mencari tau tentangnya?"

"Papa bilang selidiki ya selidiki!" Pekik Heri menatap sang putra dengan mata memerah.

"Saya harap Anda bisa merahasiakan tentang pernikahanku dengan Naura. Jika tidak." Tiba-tiba suara tegas seseorang menghentikan perdebatan papa dan anak itu.

"Siapa Anda sebenarnya?" Tanya Heri memberanikan diri.

"Kenapa Anda bicara seperti itu? Bukannya saya sudah memperkenalkan diri enam bulan lalu?" Tanya Leon tersenyum sinis.

"Baiklah! Lalu apa tujuanmu menghadirkan Naura dalam proyek ini?"

Mendengar pertanyaan Heri, Leon hanya tersenyum sinis sambil menatap pria itu dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. "Aku sudah membayar banyak untuk mendapatkannya, jadi aku berhak melakukan apapun. Termasuk menjadikannya sebagai karyawanku," Ucap Leon tersenyum sinis lalu berjalan meningalkan Heri dan juga putranya.

"Sial! Siapa dia sebenarnya," Batin Heri mengumpat geram.

Dia terus berusaha mengingat tentang pria itu, akan tetapi tetap saja dia tidak bisa mengingatnya dengan jelas. Dia hanya bisa merasakan jika dia sudah mengenal pria itu sejak lama. Namun, dia tidak bisa mengingatnya dengan jelas.

"Apa mungkin dia!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status