Share

Part 06

Author: Elprida Wati
last update Last Updated: 2024-03-23 16:22:14

"Apa kau sudah mempelajari semua berkas yang papa berikan?" Tanya Heri menatap sang putra yang asik memainkan ponsel.

"Ia, Pa! Papa tenang saja, Rico pasti bisa," Ucap Rico santai sambil terus bermain game online.

Melihat kelakuan putranya itu, Heri hanya bisa membuang napasnya pelan. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain berdoa, semoga putranya itu tidak membuat malu di rapat nanti.

Hingga akhirnya mereka berhenti di depan bangunan mewah yang berdiri kokoh. Rico menatap bangunan itu dengan tatapan penuh kekaguman, bagaimana tidak, bangunan itu jauh lebih besar dan juga mewah dari kantor sang papa.

"Pa! Apa ini kantor milik pria tua itu?" Tanya Rico sambil terus menatap kantor Leon tanpa berkedip.

"Benar! Jadi kau harus jaga sikapmu. Jangan sampai gara-gara kelakuanmu yang tidak beradap, Tuan Leon membatalkan kerja samanya dengan perusahaan kita," Ucap Heri ketus lalu melangkahkan kakinya memasuki kantor itu.

Sesampainya di ruang rapat, dia melihat beberapa pengusaha penting yang sudah hadir untuk melaksanakan rapat itu. Perusahaan Leon adalah perusahaan terbesar di kota ini, jadi wajar saja jika begitu banyak perusahaan yang ingin bekerja sama dengannya.

"Selamat datang Tuan Heri! Nak Rico," Ucap Budi menatap Rico yang berjalan di belakang Heri.

"Perkenalkan, dia adalah Rico, putra saya sekaligus pewaris satu-satunya keluarga Debora," Ucap Heri memperkenalkan Rico tanpa ada rasa malu sedikitpun.

"Pewaris satu-satunya," Batin Arga terkekeh kecil mendengar ucapan Heri.

"Selamat siang semuanya! Maaf lama menunggu," ucap Arga memecahkan pembicaraan Heri dan yang lainnya.

Mendengar kedatangan Arga, semuanya langsung duduk di kursi masing-masing. Seperti biasa, Arga akan memasuki ruang rapat terlebih dahulu untuk memastikan jika semuanya telah tiba.

Ruangan itu tiba-tiba menjadi sangat hening, hingga akhirnya suara hentakan sepatu terdengar mendekati ruangan. Leon memang sangat dingin dan menakutkan, jadi tidak akan ada yang berani berbicara jika tanda-tanda kemunculannya telah tiba.

"Kenapa semuanya diam?" Tanya Rico memecahkan suasana hening itu.

Mendengar pertanyaan sang putra, Heri hanya bisa memukul keningnya pelan. "Diamlah, jika kau tidak mau di lempar keluar."

"Aku hanya bertanya," Gumam Rico menggaruk kepalanya yang tidak gatal mendengar omelan sang papa.

Tanpa bicara, Leon langsung masuk keruangan lalu duduk di bangku kuasanya. Namun, yang menjadi sebuah tanda tanya besar seisi ruangan itu, siapa wanita yang bersamanya?

"Perkenalkan! Dia Naura Ayunda Debora. Sekertaris baru saya." Tanpa bertanya, Leon langsung bisa menebak apa yang ada di pikiran para rekan bisnisnya itu.

"Naura! Kenapa dia ada disini?" Batin Heri tiba-tiba merasakan sesuatu firasat yang buruk.

"Bukannya dia putri adikmu? Kenapa tiba-tiba dia ada di sini? Bukannya dia," Tanya Budi sedikit berbisik.

"Nanti kita bicara," Ucap Heri lalu kembali fokus dengan rapat itu.

"Baiklah! Kita mulai rapatnya sekarang. Naura," Ucap Leon memberi kode agar Naura menjelaskan tentang isi rapat kepada yang lainnya.

Naura langsung berdiri lalu menjelaskan tentang pembangunan proyek yang akan mereka lakukan. Tidak seperti yang Heri katakan kepada semua orang, Naura menjelaskan semuanya dengan begitu baik, bahkan semua orang langsung tertarik atas setiap kata yang keluar dari mulutnya.

*****

Setelah rapat selesai, Heri dengan cepat keluar dari ruangan itu. Dia melonggarkan dasi yang sejak tadi seperti mencekik lehernya. Selama sepuluh tahun dia menjauhkan Naura dari orang-orang sekitar, akan tetapi dengan sekejap Leon memperlihatkan wanita itu kehadapan semua orang.

"Kenapa? Kenapa dia menjadikan Naura sebagai sekertarisnya?" batin Heri bertanya pada dirinya sendiri.

"Pa! Papa kenapa panik seperti itu?" Tanya Rico melihat wajah sang papa yang terlihat pucat.

"Kau selidiki siapa sebenarnya Tuan Leon?" Ucap Heri dengan tegas.

"Bukannya dia adalah rekan bisnis papa? Kenapa papa malah menyuruhku mencari tau tentangnya?"

"Papa bilang selidiki ya selidiki!" Pekik Heri menatap sang putra dengan mata memerah.

"Saya harap Anda bisa merahasiakan tentang pernikahanku dengan Naura. Jika tidak." Tiba-tiba suara tegas seseorang menghentikan perdebatan papa dan anak itu.

"Siapa Anda sebenarnya?" Tanya Heri memberanikan diri.

"Kenapa Anda bicara seperti itu? Bukannya saya sudah memperkenalkan diri enam bulan lalu?" Tanya Leon tersenyum sinis.

"Baiklah! Lalu apa tujuanmu menghadirkan Naura dalam proyek ini?"

Mendengar pertanyaan Heri, Leon hanya tersenyum sinis sambil menatap pria itu dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. "Aku sudah membayar banyak untuk mendapatkannya, jadi aku berhak melakukan apapun. Termasuk menjadikannya sebagai karyawanku," Ucap Leon tersenyum sinis lalu berjalan meningalkan Heri dan juga putranya.

"Sial! Siapa dia sebenarnya," Batin Heri mengumpat geram.

Dia terus berusaha mengingat tentang pria itu, akan tetapi tetap saja dia tidak bisa mengingatnya dengan jelas. Dia hanya bisa merasakan jika dia sudah mengenal pria itu sejak lama. Namun, dia tidak bisa mengingatnya sama sekali.

"Apa mungkin dia? Tidak! Tidak mungkin. Jika dia adalah pria itu, tidak mungkin dia memiliki kekuasaan yang begitu besar," Gumam Heri terkekeh kecil dengan pikirannya sendiri.

"Pri itu? Pria itu siapa?" Tanya Rico tidak sengaja mendengar gumaman sang papa.

"Sudah! Kau diam saja. Bicaramu tidak ada gunanya," Umpat Heri kesal lalu pergi meninggalkan Rico yang masih kebingungan sendiri.

"Papa aneh! Dia yang terus bergumam sendiri. Tapi dia malah menyalahkanku," Oceh Rico menatap kepergian sang papa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dijual Pamanku, Dibeli Hot Daddy   Part 41

    Leon tersenyum sendiri melihat layar ponselnya. Seperti anak remaja yang sedang jatuh cinta, dia terus tersenyum sambil menatap foto propil whatshap milik Naura. Dia melihat jika pesan yang dia kirim telah di baca, akan tetapi san istri sama sekali tidak ada niat untuk membalas pesan itu. "Walaupun aku tidak bisa mendapatkanmu, tapi aku bisa memiliki putrimu. Maaf karena aku bersikap terlalu keras kepadanya. Aku janji akan memperbaiki sikapku," batin Leon beralih menatap foto Shella yang ada di meja kerjanya. "Tuan!" Tiba-tiba Arga main nyelonong masuk, sehinga Leon refleks meletakkan ponselnya (Tapi lupa mematikan layar) "Ehm! Ternyata duda jika jatuh cinta melebihi anak ingusan," Batin Arga melihat layar ponsel Leon yang masih menyala. Melihat tatapan asistennya itu, Leon langsung tersadar. Dia mengambil ponsel itu lalu memasukkannya ke saku celana. "Aku hanya ingin bertanya bagaimana keadaannya" jelas Leon tanpa menatap sekertarisnya itu. "Memangnya saya bertanya, Tu

  • Dijual Pamanku, Dibeli Hot Daddy   Part 40

    Naura berjalan memasuki kediaman keluarga Debora. Dia menatap satu persatu pelayan yang menyambut kedatangannya, akan tetapi dia tidak menemukan Rita di barisan itu. "Dimana tante?" Tanya Naura kepada ketua pelayan. "Nyonya ada di kamarnya, Nyonya. Beberapa hari ini dia terus mengurung diri di kamarnya," Jelas pelayan itu. Mendengar penjelasan pelayan itu, Naura perlahan berpikir sejenak. Tidak biasa sang tante seperti itu, biasanya dia selalu ikut dalam barisan pelayan saat Naura berkunjung. "Baiklah! Aku akan menemuinya," ucap Naura kembali melangkahkan kakinya. Dia melangkahkan kakinya menuju kamar yang di tempati Rita. Kamar yang begitu sempit dan juga tidak memiliki perlengkapan tidur yang lengkap. Naura menatap pintu kamar yang tertutup dengan rapat. Melihat kamar itu, ingatan akan masa lalu yang begitu menyakitkan kembali muncul di ingatannya. Kamar yang sempit dan tidak layak itu adalah saksi penderitaan Naura selama ini. Di sana dia selalu menangis menumpahkan se

  • Dijual Pamanku, Dibeli Hot Daddy   Part 39

    Mendengar ucapan Leon yang menyudutkan nya, Dirga hanya bisa terdiam. Dia tidak bisa berkata-kata lagi, dia sadar jika dia salah. Namun, dia juga merasa kesal akan sikap Leon yang selalu acuh tak acuh kepada Naura. "Maafkan saya, Tuan!" hanya kata-kata itu yang bisa muncul dari bibir Dirga. "Tidak masalah. Kau sudah menebus kesalahanmu," Leon tersenyum sekilas mengingat permainan panasnya dengan Naura semalam. Walaupun awalnya sang istri menolak, akan tetapi lama-lama dia juga menikmati setiap sentuhan yang Leon berikan kepadanya. "Tuan! kita ada pertemuan penting dengan salah satu klien. Apa Anda sudah siap?" tanya Arga mengalihkan pembicaraan. "Sudah!" ucap Leon melangkahkan hedak melangkahkan kakinya keluar. "Dimana Alex?" "Alex!" mendengar nama sang adik di sebut, Arga dan Dirga langsung saling lempar pandang. Tidak biasanya tuan besar mereka itu mengingat adik mereka. "Di ... Dia sedang kuliah, Tuan!" ucap Dirga sedikit gugup. Dia merasa cemas dan menduga jik

  • Dijual Pamanku, Dibeli Hot Daddy   Part 38

    Setelah selesai melanjutkan olahraga, Leon langsung bergegas ke kamar mandi. Dia membersihkan tubuhnya sambil sesekali membayangkan olahraga panas yang telah dia laukan bersama sang istri. Sudah cukup lama dia tidak menuntaskan birahinya, sehingga dia tidak bisa mengontrol diri dan menguras habis seluruh tenaga sang istri. "Pasti dia sangat lelah," batin Leon tersenyum kecil. "Tapi dia sangat nikmat. Bahkan aku ingin lagi." Tiba-tiba pria itu berubah bucit. Padahal baru beberapa waktu lalu dia mengucapkan kata perpisahan. Apa sebenarnya yang ada dipikirannya selama ini? Setelah selesai membersihkan diri, dia bergegas keluar dengan mengunakan handuk yang melilit di pingangnya. Dia menatap ke arah Naura yang kembali tertidur karena kelelahan. "Ternyata dia sangat kelelahan. Aku sudah seperti singa lapar saja," ucap Leon terkekeh kecil sambil merapikan selimut yang menutupi tubuh naura. Tidak lupa dia sedikit mengintip untuk melihat tubuh polos istrinya itu. Tidak lupa dengan hi

  • Dijual Pamanku, Dibeli Hot Daddy   Part 37

    "Apa?" Tanya Arga dan Alex terkejut, bahkan mereka hampir kesedak minuman mendengar ucapan Dirga. "Kenapa? Aku tidak salah. Mereka sudah menikah, jadi wajar saja mereka melakukannya," ucap Dirga tersenyum tanpa dosa. Sebenarnya Dirga tidak rela jika Naura dan Leon berpisah. Terlebih lagi mengingat wanita itu sangat menyayangi Raygan, tentu saja Dirga tidak mau jika hidup Tuan Kecilnya itu kembali seperti dulu. Dimana dia selalu merindukan kasih sayang seorang ibu. "Aku hanya ingin menebus kesalahanku. Aku secara tidak sengaja mendukung keputusan Nyonya untuk berpisah dari Tuan Leon. Jadi, aku hanya ingin memperbaiki kesalahanku saja," ucap Dirga mencoba memberikan pengertian kepada kedua adiknya itu. "Kakak tidak salah. Aku juga mendukung," ucap Alex tersenyum puas. "Malam indah yang pernah tertunda akhirnya terlaksana juga," ucap Arga tersenyum mesum. Tanpa mereka sadari, ternyata sejak tadi ada sepasang kuping yang mendengarkan pembicaraan mereka. Siapa lagi jika bu

  • Dijual Pamanku, Dibeli Hot Daddy   Part 36

    Leon berdiri seorang diri di balkon kamarnya. Dia menatap langit yang begitu gelap sambil mengisap sebatang rokok. Wajahnya terlihat murung, seperti sedang memikirkan sesuatu. "Dad!" Suara lembut sang buah hati tiba-tiba menyadarkannya. "Ia!" Dia menatap sumber suara itu dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. "Apa daddy dan mommy bertengkar? kenapa mommy ingin pergi?" tanya Raygan dengan mata berkaca-kaca. Leon hanya bisa terdiam membisu. Mulutnya seakan terkunci dengan rapat, sehingga dia tidak bisa mengucapkan sepatah katapun. Dia mencoba mencari alasan agar sang putra dapat mengerti. Namun, pikirannya juga sangat kacau, sehingga membuatnya tidak bisa berpikir dengan jernih. "Daddy!" Leon mencoba berbicara, akan tetapi dia tetap tidak tau apa yang harus dia katakan. "Mom! mommy mau kemana? mommy sudah janji tidak akan meninggalkan Ray, tapi ini," Raygan mencoba beralih ke Naura yang sedang membereskan barang-barangnya. Dia menatap wanita itu dengan tatapan pe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status