Share

Part 04

Seorang pria sedang sibuk memeriksa dokumen yang ada di tangannya. Dia membuka lembaran dokumen itu satu persatu, tidak lupa dia membaca setiap tulisan di dokumen itu dengan teliti sambil sesekali mengusap wajahnya kasar. Terlihat dengan jelas jika sorot matanya memancarkan kemarahan yang sangat besar.

"Apa kau sudah yakin jika informasi ini benar?" tanya Leon menatap Arga sang asisten dengan tatapan datar.

"Sudah, Tuan! Saya sendiri yang mencari informasi itu, jadi tidak mungkin salah," ucap Arga dengan penuh keyakinan.

"Baiklah! aku percaya kepadamu. Posisi sekertarisku masih kosong bukan?"

"Ia, Tuan! tapi sudah ada tiga berkas yang masuk untuk melamar di posisi itu. Bahkan besok mereka sudah di hubungi untuk melakukan interview."

"Batalkan saja! aku sudah menemukan orang yang tepat untuk menduduki posisi itu," ucap Leon dengan tegas.

"Baik, Tuan!" Arga hanya bisa mengangguk patuh mendengar perintah bosnya itu.

Leon hanya tersenyum tipis sambil menatap dokumen yang ada di tangannya. Dari raut wajahnya, dia seperti menyiapkan sebuah rencana besar. Namun, tidak ada yang tau rencana apa itu, bahkan tidak ada yang berani bertanya tentang isi pikiran pria itu.

"Lihat saja, kalian akan membayar semua perbuatan kalian. Tinggal menunggu waktu, kalian akan merasakan apa yang seharusnya kalian rasakan," Gumam Leon tersenyum sinis.

*****

"Ma! Rico minta uang dong. Mau nongkrong dengan teman-teman," ucap Rico menatap kedua orang tuanya yang sedang menghitung isi amplop yang di berikan Leon.

"Kamu selalu saja nongkrong dengan teman-temanmu yang tidak berguna itu. Apa salahnya kamu belajar untuk mengurus perusahaan. Papa sudah berusaha mati-matian merebut perusahaan itu. Jangan sampai Naura merebutnya kembali," ucap Heri menatap geram putranya yang pemalas itu.

Rico memang sosok anak yang sangat manja dan pemalas, bahkan di umurnya yang sudah menginjak 25 tahun, dia sama sekali tidak memiliki pekerjaan sama sekali. Jika dia menginginkan sesuatu, tinggal minta saja kepada sang mama. Jadi dia tidak perlu lelah bekerja untuk mencari uang.

"Papa berikan saja sebagian uangnya itu. Lagipula kita masih memiliki banyak uang. Tuan Leon memang bodoh, dia begitu mudah mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkan gadis sialan itu,'' ucap Rita tersenyum sinis menatap uang pemberian Leon yang masih berserakan di meja.

"Papa tidak sia-sia membawa pria itu kesini. Selain melemparkan wanita itu keluar dari sini, kita juga mendapatkan uang banyak," ucap Rico tersenyum sinis.

"Tapi papa merasa ada yang aneh. Kenapa Tuan Leon mau mengeluarkan uang yang banyak untuk mendapatkan Naura.'' tiba-tiba Heri merasakan sesuatu yang janggal atas sikap Leon.

"Papa seperti tidak tau saja, Tuan Leon itu pria dewasa, bahkan istrinya saja sudah lama tidak terlihat. Mungkin dia hanya ingin menjadikan Naura sebagai pelampiasan. Kita semua tau jika Naura itu hanya gadis bodoh yang tidak berpendidikan. Jadi akan lebih mudah untuk membodohinya," ucap rita tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.

"Mudah-mudahan yang kamu katakan itu benar," ucap Heri berusaha menepis semua rasa cemasnya.

"Baiklah! kita lupakan saja tentang wanita yang tidak ada gunanya itu. Lebih baik mama kasih aku sebagian uangnya, aku mau berpesta," ucap Rico mengambil beberapa lembar uang merah yang berada di atas meja.

"Ingat! besok kamu akan mulai bekerja di kantor. Kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Kita harus mengambil alih seluruh aset Naura secepatnya,'' ucap Heri mengeleng kecil melihat kelakuan putranya itu.

Heri memang sudah mengambil alih sebagian harta warisan milik Naura, akan tetapi ada beberapa aset yang belum dia ubah atas namanya. Jadi dia harus bergerak cepat sebelum Naura mengetahui kejadian yang sebenarnya dan mengambil alih semua aset peninggalan kedua orang tuanya. Jika sampai itu terjadi, bukan hanya kehilangan semua kemewahan yang mereka nikmari selama ini, bisa-bisa satu keluarga yang tidak tau malu itu akan jadi gelandangan dan tinggal di kolong jembatan.

Tidak perduli dengan omelan sang papa, Rico berjalan dengan santai keluar dari rumah sambil menghitung uang yang dia ambil dari atas meja. Senyuman terus melingkar dengan indah memandang lembaran uang merah yang ada di tanggannya.

"Tidak apa-apa pria tua itu mendahuluiku, tapi lihat saja! Aku akan mendapatkan tubuhmu secepatnya,'' batin Rico tersenyum sinis membayangkan tubuh indah Naura.

Dia menaiki motor kesayangannya lalu melajukannya ke sebuah club malam yang biasa dia kunjungi setiap malam. Dia akan bersenang-senang bersama para gadis malam dan juga para teman tongkrongannya. Mungkin dia akan melampiaskan hasrat yang selama ini dia pendam untuk Naura bersama para wanita penghibur.

Sesampainya di club rico langsung turun dari motornya. Dia perlahan memasuki club itu dengan senyuman penuh kebahagiaan, bagaimana tidak, baru saja melewati pintu masuk dia langsung di sambut oleh beberapa cewek seksi dan juga sangat menggoda iman. Dengan cepat dia merlingkarkan kedua tangannya di pinggang dua gadis sekaligus.

''Ayo baby! kita bersenang-senang malam ini," ucap Rico sambil menciumi kedua gadis itu secara bergantian.

Mereka berjalan menuju panggung dansa dan menari mengikuti iringan musik sambil meminum minuman keras. Terlihat Rico juga mencumbu kedua gadis itu secara bergantian, hingga akhirnya mereka berakhir di ranjang dan saling bergulat satu sama lain.

"Adikku, sayang! Hidupku memang sangat beruntung. Sangat berbeda dengan dirimu. Kau memang terlahir dari orang tua yang terpandang, akan tetapi takdirmu berkata lain," batin Rico mengingat penderitaan Naura selama ini.

Bersambung......

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status