Naura Ayunda Debora adalah putri dari keluarga Debora. Kedua orang tuanya meninggal saat dia masih berumur sepuluh tahun. Dia di besarkan oleh keluarga pamannya, dan menguasai seluruh harta peninggalan kedua orang tuanya. Bukannya mendapatkan kasih sayang, dia malah di siksa dan seluruh hartanya di rampas. Saat dia berumur 20 tahun, dia di jual oleh sang paman kepada pria yang lebih pantas di sebut sebagai papanya. Leon Arvando, seorang pria dingin dan terkenal kejam. Namun, tidak ada yang menyangka jika dia tertarik dengan seorang gadis yang lebih pantas di sebut sebagai putrinya. Karena cinta, atau karena kasihan? Tidak ada yang tau akan itu. Hingga akhirnya satu persatu rahasia terkuak, sehingga Naura tau penyebab kematian kedua orang tuanya. Akankah Naura hanya diam saja? Atau dia akan membalas semua perbuatan orang yang telah mengusik keluarganya? Yuk ikuti terus kisahnya.
View MoreArghhh... sakit, Tante!" teriak seorang gadis ketika sebuah rotan meluncur mulus di kulitnya.
"Sakit? Ternyata kau tau sakit juga? Ha!" pekik wanita itu, sambil menarik rambut Naura tanpa rasa kasihan sedikit pun."Ampun! Naura minta maaf, Tante. Naura minta maaf," ucap Naura, gadis malang yang selalu mendapat siksaan dari keluarga sang paman."Sudah, Ma! Pukul saja dia. Dia yang merayuku, tapi dia malah menuduhku!” sentak Rico, sepupu Naura. “Dia kira aku ini pria apaan? Kalau aku mau, aku bisa mendapatkan gadis yang lebih cantik darinya!" tambahnya, sambil tersenyum sinis melihat Naura disiksa oleh sang mama.Sebenarnya, Rico sangat mengagumi kecantikan Naura. Namun, dia merasa gengsi untuk mengakuinya. Itulah sebabnya dia selalu merayu Naura secara diam-diam, bahkan sering mencoba melecehkan gadis itu, walaupun dia selalu gagal."Katakan! Apa kau ingin menuduh putraku lagi?" Rita menatap geram gadis itu. Tentu saja dia lebih percaya kepada putranya dibandingkan dengan Naura. Walaupun Naura adalah putri dari saudara kandung suaminya, tetapi dia selalu memperlakukan gadis itu seperti pembantu. Padahal dia hidup dari harta peninggalan kedua orang tua Naura.Setelah kedua orang tuanya meninggal, Naura diasuh oleh pamannya. Karena hanya sang pamanlah keluarga yang Naura miliki saat ini. Bukan hanya Naura, tetapi seluruh aset kedua orang tuanya dititipkan kepada sang paman. Bahkan, dari begitu banyak aset kedua orang tuanya, tidak ada sedikit pun warisan yang dia dapatkan."Tidak, Tante! Maafkan Naura. Naura salah." Hanya itu kata-kata yang bisa terucap dari bibir gadis itu untuk menghindari kekejaman sang tante.Mengalah dan mengakui kesalahan yang bukan kesalahannya, adalah hal yang biasa untuk Naura. Bukan hanya sekali dua kali, tapi dia selalu mendapatkan hukuman atas kesalahan yang Rico perbuat."Kau harus ingat ya. Kau di sini hanya menumpang, jika bukan karena pamanmu, perusahaan papamu itu sudah lama bangkrut!” pekik Rita tanpa belas kasih. “Jangan harap kau bisa mendapatkan sedikit dari harta ini, karena semua harta warisan milikmu sudah habis untuk membayar utang papamu. Jadi kau harus sadar diri!" katanya sambil menarik rambut Naura dan mencampakkannya dengan kasar hingga gadis itu terjatuh ke lantai."Arghh!" Suara rintihan kesakitan kembali keluar dari mulut gadis itu. Ia meratapi nasibnya yang menyedihkan. Sementara itu, Rita dan putranya menatap Naura sambil tersenyum sinis. Bagi mereka semakin Naura menderita, maka semakin membuat mereka bahagia."Cepat bangun! Siapkan makan malam, sebentar lagi pamanmu akan pulang!” kata Rita sambil menendang kaki Naura. “Ingat! Masak yang banyak dan juga enak, karena malam ini kita kedatangan tamu," ucapnya sambil lalu melangkahkan kakinya meninggalkan gadis yang masih tersungkur di lantai."Bagaimana? Seharusnya kau menerima tawaranku dengan suka rela,” kata Rico sambil berjongkok, mengangkat dagu Naura agar bersitatap dengannya. “Apa susahnya memberikan keperawananmu kepadaku? Kalau kau memberikannya, aku berjanji akan memberikanmu uang.”Senyum mesum pria itu benar-benar membuat Naura merasa jijik."Aku tidak butuh uangmu!" kata Naura dengan sisa-sisa keberanian. Sampai kapanpun dia tidak akan mau memberikan kesuciannya kepada pria bejat seperti Rico. "Cih!” Rico mendecih sambil melepas dagu Naura. “Kau lihat saja, aku akan mendapatkannya dengan cuma-cuma," katanya sambil tersenyum remeh, sebelum akhirnya pergi meninggalkan Naura sendiri. "Ma, Pa … kenapa kalian meninggalkanku seperti ini?” Naura terisak, menangisi keadaan yang begitu kejam. “Seharusnya kalian membawaku pergi bersama kalian. Aku sudah tidak sanggup lagi ….” ***Dengan tertatih-tatih, Naura menyiapkan makan malam di atas meja makan. Seluruh tubuhnya masih terasa sakit karena pukulan rotan yang diluncurkan sang tante ke tubuhnya. Namun, Naura tidak mengeluh sedikitpun. Dia tetap harus kuat dan tegar menerima siksaan yang diberikan oleh anak dan istri sang paman, keluarga satu-satunya yang dia miliki saat ini.Tanpa dia sadari, ternyata seorang pria tengah menatapnya. Pria yang sudah matang, tetapi masih terlihat sangat menggoda karena tubuh kekar dan wajahnya yang rupawan. Pria itu terus menatap Naura dengan tatapan yang sulit diartikan.“Siapa dia?” tanyanya dengan suara rendah."Dia adalah Naura, putri mendiang kakak saya, Tuan," jawab Heri, paman Naura.Pria itu tersenyum tipis sambil terus menatap Naura yang sibuk menata masakannya di atas meja."Sayang! Kamu sudah pulang?" tanya Rita ketika melihat sang suami memasuki ruang makan."Sayang! Kenalkan, dia adalah Tuan Leon Arvando," ucap Heri memperkenalkan rekan bisnisnya itu kepada sang istri."Selamat datang, Tuan! Maaf, jika sambutan kami tidak terlalu memuaskan," ucap Rita tersenyum dengan ramah."Tidak masalah! Mendapatkan undangan makan malam bersama keluarga ini saja saya sudah merasa terhormat," ucap Leon sambil tersenyum misterius. "Ayo duduk, Tuan," ucap Heri mempersilahkan.Melihat rekan kerja sang paman telah datang, Naura langsung bergegas meninggalkan ruang makan. Dia perlahan melangkahkan kakinya meninggalkan kedua rekan bisnis itu. Melihat kepergian gadis itu, Leon hanya bisa terdiam sambil menatap punggung Naura yang perlahan menjauh."Ekhem!” Leon berdeham, menatap sepasang suami istri di hadapannya. Raut wajahnya mendadak terlihat datar. “Saya harus mengungkit hal ini sekarang. Saya butuh jaminan untuk hutang kalian," katanya, menatap tajam pada Heri dan juga istrinya.Mendengar ucapan Leon, seketika Heri dan juga Rita langsung terdiam. Mereka tidak menyangka jika Leon akan mengungkit utang piutangnya saat ini. Jujur saja, mereka tidak tahu harus membayar semua hutang mereka menggunakan apa. Apalagi untuk saat ini keuangan perusahaan mereka sedang merosot. "Untuk saat ini kami tidak mempunyai barang ataupun aset yang bisa kami berikan kepada Anda, Tuan,” kata Heri sambil menelan ludah gugup. “Tapi kami punya barang bagus yang bisa kami berikan untuk menjadi jaminan semua utang kami. Saya yakin Anda tidak akan kecewa!" Tiba-tiba Rita menyela ucapan suaminya, membuat perhatian kini tertuju padanya. Mendengar ucapan sang istri, Heri langsung menatap istrinya itu penuh kebingungan. Jujur dia tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran istrinya itu. "Barang? Barang apa yang kamu maksud, Sayang?" bisik Heri pada istrinya, penuh kebingungan. "Naura," bisik Rita sambil tersenyum penuh arti. Heri yang awalnya bingung, langsung mengerti maksud istrinya. Dan ia merasa itu adalah ide yang cemerlang! Sementara Leon hanya diam dengan ekspresi tidak terbaca di kursinya, menatap sepasang suami istri yang sibuk bersiasat di hadapannya. “Tuan, Anda boleh membawa keponakan kami yang tercinta, sebagai jaminan untuk semua utang-utang kami,” kata Heri kemudian. Leon hanya tersenyum miring mendengar ucapan Heri. “Saya jamin, Tuan tidak akan kecewa. Dia bisa melakukan apapun untuk Anda,” ujar Heri dengan penuh keyakinan, berharap Leon akan menyetujui rencana gilanya. “Apapun?” ulang Leon dengan suara baritonnya yang khas. “Ya, apapun!” Rita ikut memprovokasi. “Dia adalah gadis tercantik di kota ini, tidak ada yang pernah menyentuhnya sebelumnya. Saya yakin, dia pasti akan memuaskan Anda!” Bersambung.......Leon tersenyum sendiri melihat layar ponselnya. Seperti anak remaja yang sedang jatuh cinta, dia terus tersenyum sambil menatap foto propil whatshap milik Naura. Dia melihat jika pesan yang dia kirim telah di baca, akan tetapi san istri sama sekali tidak ada niat untuk membalas pesan itu. "Walaupun aku tidak bisa mendapatkanmu, tapi aku bisa memiliki putrimu. Maaf karena aku bersikap terlalu keras kepadanya. Aku janji akan memperbaiki sikapku," batin Leon beralih menatap foto Shella yang ada di meja kerjanya. "Tuan!" Tiba-tiba Arga main nyelonong masuk, sehinga Leon refleks meletakkan ponselnya (Tapi lupa mematikan layar) "Ehm! Ternyata duda jika jatuh cinta melebihi anak ingusan," Batin Arga melihat layar ponsel Leon yang masih menyala. Melihat tatapan asistennya itu, Leon langsung tersadar. Dia mengambil ponsel itu lalu memasukkannya ke saku celana. "Aku hanya ingin bertanya bagaimana keadaannya" jelas Leon tanpa menatap sekertarisnya itu. "Memangnya saya bertanya, Tu
Naura berjalan memasuki kediaman keluarga Debora. Dia menatap satu persatu pelayan yang menyambut kedatangannya, akan tetapi dia tidak menemukan Rita di barisan itu. "Dimana tante?" Tanya Naura kepada ketua pelayan. "Nyonya ada di kamarnya, Nyonya. Beberapa hari ini dia terus mengurung diri di kamarnya," Jelas pelayan itu. Mendengar penjelasan pelayan itu, Naura perlahan berpikir sejenak. Tidak biasa sang tante seperti itu, biasanya dia selalu ikut dalam barisan pelayan saat Naura berkunjung. "Baiklah! Aku akan menemuinya," ucap Naura kembali melangkahkan kakinya. Dia melangkahkan kakinya menuju kamar yang di tempati Rita. Kamar yang begitu sempit dan juga tidak memiliki perlengkapan tidur yang lengkap. Naura menatap pintu kamar yang tertutup dengan rapat. Melihat kamar itu, ingatan akan masa lalu yang begitu menyakitkan kembali muncul di ingatannya. Kamar yang sempit dan tidak layak itu adalah saksi penderitaan Naura selama ini. Di sana dia selalu menangis menumpahkan se
Mendengar ucapan Leon yang menyudutkan nya, Dirga hanya bisa terdiam. Dia tidak bisa berkata-kata lagi, dia sadar jika dia salah. Namun, dia juga merasa kesal akan sikap Leon yang selalu acuh tak acuh kepada Naura. "Maafkan saya, Tuan!" hanya kata-kata itu yang bisa muncul dari bibir Dirga. "Tidak masalah. Kau sudah menebus kesalahanmu," Leon tersenyum sekilas mengingat permainan panasnya dengan Naura semalam. Walaupun awalnya sang istri menolak, akan tetapi lama-lama dia juga menikmati setiap sentuhan yang Leon berikan kepadanya. "Tuan! kita ada pertemuan penting dengan salah satu klien. Apa Anda sudah siap?" tanya Arga mengalihkan pembicaraan. "Sudah!" ucap Leon melangkahkan hedak melangkahkan kakinya keluar. "Dimana Alex?" "Alex!" mendengar nama sang adik di sebut, Arga dan Dirga langsung saling lempar pandang. Tidak biasanya tuan besar mereka itu mengingat adik mereka. "Di ... Dia sedang kuliah, Tuan!" ucap Dirga sedikit gugup. Dia merasa cemas dan menduga jik
Setelah selesai melanjutkan olahraga, Leon langsung bergegas ke kamar mandi. Dia membersihkan tubuhnya sambil sesekali membayangkan olahraga panas yang telah dia laukan bersama sang istri. Sudah cukup lama dia tidak menuntaskan birahinya, sehingga dia tidak bisa mengontrol diri dan menguras habis seluruh tenaga sang istri. "Pasti dia sangat lelah," batin Leon tersenyum kecil. "Tapi dia sangat nikmat. Bahkan aku ingin lagi." Tiba-tiba pria itu berubah bucit. Padahal baru beberapa waktu lalu dia mengucapkan kata perpisahan. Apa sebenarnya yang ada dipikirannya selama ini? Setelah selesai membersihkan diri, dia bergegas keluar dengan mengunakan handuk yang melilit di pingangnya. Dia menatap ke arah Naura yang kembali tertidur karena kelelahan. "Ternyata dia sangat kelelahan. Aku sudah seperti singa lapar saja," ucap Leon terkekeh kecil sambil merapikan selimut yang menutupi tubuh naura. Tidak lupa dia sedikit mengintip untuk melihat tubuh polos istrinya itu. Tidak lupa dengan hi
"Apa?" Tanya Arga dan Alex terkejut, bahkan mereka hampir kesedak minuman mendengar ucapan Dirga. "Kenapa? Aku tidak salah. Mereka sudah menikah, jadi wajar saja mereka melakukannya," ucap Dirga tersenyum tanpa dosa. Sebenarnya Dirga tidak rela jika Naura dan Leon berpisah. Terlebih lagi mengingat wanita itu sangat menyayangi Raygan, tentu saja Dirga tidak mau jika hidup Tuan Kecilnya itu kembali seperti dulu. Dimana dia selalu merindukan kasih sayang seorang ibu. "Aku hanya ingin menebus kesalahanku. Aku secara tidak sengaja mendukung keputusan Nyonya untuk berpisah dari Tuan Leon. Jadi, aku hanya ingin memperbaiki kesalahanku saja," ucap Dirga mencoba memberikan pengertian kepada kedua adiknya itu. "Kakak tidak salah. Aku juga mendukung," ucap Alex tersenyum puas. "Malam indah yang pernah tertunda akhirnya terlaksana juga," ucap Arga tersenyum mesum. Tanpa mereka sadari, ternyata sejak tadi ada sepasang kuping yang mendengarkan pembicaraan mereka. Siapa lagi jika bu
Leon berdiri seorang diri di balkon kamarnya. Dia menatap langit yang begitu gelap sambil mengisap sebatang rokok. Wajahnya terlihat murung, seperti sedang memikirkan sesuatu. "Dad!" Suara lembut sang buah hati tiba-tiba menyadarkannya. "Ia!" Dia menatap sumber suara itu dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. "Apa daddy dan mommy bertengkar? kenapa mommy ingin pergi?" tanya Raygan dengan mata berkaca-kaca. Leon hanya bisa terdiam membisu. Mulutnya seakan terkunci dengan rapat, sehingga dia tidak bisa mengucapkan sepatah katapun. Dia mencoba mencari alasan agar sang putra dapat mengerti. Namun, pikirannya juga sangat kacau, sehingga membuatnya tidak bisa berpikir dengan jernih. "Daddy!" Leon mencoba berbicara, akan tetapi dia tetap tidak tau apa yang harus dia katakan. "Mom! mommy mau kemana? mommy sudah janji tidak akan meninggalkan Ray, tapi ini," Raygan mencoba beralih ke Naura yang sedang membereskan barang-barangnya. Dia menatap wanita itu dengan tatapan pe
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments