Di tengah keramaian para staf desain, datanglah tuan bijak, bapak manajer tercinta yang tampan rupawan yang dengan kehadirannya menyulap suasana yang ramai menjadi tenang dengan seketika.Ryan melihat ke sekelilingnya dan menemukan para desainer sedang melihat ke arahnya dengan wajah serius dan penuh tanya."Ada apa? Kenapa kalian ngumpul kayak gitu?" tanya Ryan."Yan, siapa tadi yang baru diwawancarai?" Mata Ryan pun menyelidik ke seluruh staf desain dan dilihatnya Sofie tetap asyik di duduk di kursinya dan tak terusik sama sekali dengan keramaian rekan kerjanya.Tanpa menjawab pertanyaan yang diajukan untuknya tentang staf baru, Ryan berjalan menghampiri Sofie dan berucap, "Mulai hari Senin, kamu akan memiliki asisten. Jadi kamu bisa mendapatkan cukup waktu untuk menyelesaikan semua proyek."Dengan mengerutkan keningnya dan melihat ke arah Ryan, Sofie berujar, "Asisten? Aku dikasih asisten? Why?""Trust me, you'll need him, very much," jawab Ryan lalu ia berjalan kembali ke ruangann
Kehadiran Rakha yang memiliki visual diatas rata-rata, membuat para wanita di staf desain berulangkali mencuri pandang ke arahnya. Tentu saja Rakha tidak memperdulikannya bahkan ia tidak mengetahuinya, berbeda dengan Sofie yang merasakan hal tersebut, tetapi memilih untuk berpura-pura tidak tahu.Hingga, lama kelamaan Sofie merasa tidak nyaman dengan hal tersebut dan mengajak Rakha untuk menemaninya ke proyek."Kha, ikut aku ke Matsuno.""Hah, Matsuno?""Iya, bank Matsuno, dia mau renovasi, jadi kita harus ke sana buat survei dan ambil data," jawab Sofie sambil merapikan mejanya."Minta meteran ke Diana, trus ... hmm batre HP aman, nggak?""Aman?" tanya Rakha yang tidak mengerti akan maksud pertanyaan Sofie."Masih banyak, nggak?""Oh, masih Mbak. Eh mbak Diana itu ...?""Tuh yang mejanya di depan ruangan manajer. Diana itu sekretaris dan bendahara departemen," jawab Sofie."Oke," sahut Rakha yang kemudian segera melakukan apa yang diminta oleh Sofie dan setelahnya, ia mengikuti Sofie
Matahari perlahan tenggelam, membuat cahaya terangnya menyurut. Langit biru telah menjadi kemerah-merahan dan perlahan mulai kehilangan cahayanya, layaknya hati Sofie yang kelabu.Mood Sofie kembali tidak karuan setelah kunjungannya ke Bank of Todayo Matsuno. Betapa tidak, Rakha yang baru saja diterima bekerja sebagai asistennya, tampak lebih memimpin dan dihormati saat berada di BOTM.Siapakah Rakha sebenarnya? Itupun telah menjadi tanda tanya besar dalam hati Sofie. Percuma nanya langsung ke Rakha, dia nggak bakalan jawab. Kalau memang dia bekerja di Chokusen tidak menggunakan identitas aslinya, itu urusannya dia dengan perusahaan. Yang penting urusan proyek lancar tanpa kendala, batin Sofie sambil memainkan pulpennya."Mbak, kok diam aja dari tadi?" tanya Rakha yang membuyarkan lamunan Sofie."Hmm lagi males ngomong aja. Oiya, hasil pendataan tadi sudah kamu masukin ke komputer?" "Sudah, Mbak. Barusan aku kirim ke e-mailnya Mbak Sofie," jawab Rakha."Makasih, nanti aku cek.""Kh
Keesokan paginya, aktivitas para desainer Chokusen telah dimulai seperti biasa. Semua sibuk di depan layar monitor masing-masing. Tidak terkecuali, Sofie dan Rakha yang tampak serius di depan gambar desain mereka. Tetapi, ditengah-tengah kesibukannya, beberapa kali Rakha terciduk mencuri pandang ke arah Sofie oleh Felix, yang membuat kecurigaannya akan asisten baru ini. "Kha, sini sebentar," panggil Felix setengah berbisik. "Ada apa, Koh?""Udah sini dulu," jawab Felix sambil terus memanggil Rakha dengan gestur tangannya. Rakha pun mendekat dengan meluncur menggunakan kursi kerjanya. "Ada apa, Koh?""Kamu mulai kepincut Sofie?" bisik Felix yang membuat Rakha mengernyitkan dahinya. "Apaan kepincut?""Suka, kamu mulai suka Sofie?" tanya Felix lagi. "KOH! Pertanyaan macam apa itu?!" protes Rakha. Tetapi, rasa penasaran Felix membuatnya terus bertanya, "Tinggal jawab aja, sih?""Nggak lah! Mana berani!" sanggah Rakha dengan cepatnya. Tetapi telinga Sofie dan para desainer terlalu
Matahari mulai tenggelam, langit biru berganti dengan semburat jingga dan merah. Kepadatan lalulintas ibukota kembali bergeliat dengan kumpulan manusia yang berusaha kembali ke peraduannya.Tetapi, seperti biasa, hal tersebut tidak terjadi pada staf Chokusen yang masih sibuk di depan layar komputernya masing-masing. Begitu juga dengan Sofie yang masih berjibaku dengan rancangan proyeknya. Melihat Sofie yang sangat fokus pada pekerjaannya, membuat Rakha berinisiatif untuk membawakan kopi dan panganan kecil, yang selalu tersedia di snack area di dekat pantry."Mbak, istirahat sebentar, minum dulu.""Hmm makasih, taruh aja di meja," ucap Sofie tanpa sedikitpun melihat ke arah Rakha ataupun yang dibawakannya.Rakha pun mendengus kasar dan berucap, "Kopinya kalau dingin, nggak enak. Ini sandwich croissant juga segera dimakan, jangan dianggurin kayak aku."Dengan memutar kursinya ke arah Rakha, Sophie merespon, "Trus kamu maunya diapain? Kalau nggak mau dianggurin, apakah kamu mau diapelin?
"Why?" tanya Rakha dengan penuh keseriusan.Tanpa membuka matanya dan tetap dalam posisinya, Sofie menjawab, "I''m older ...""Itu nggak pernah menjadi masalah buatku, Mbak," potong Rakha."I'm not finished, just listen. I'm older and a widow with a son. Aku tahu, kamu tahu itu, but my life is not like what you think it is," ucap Sofie."Aku butuh laki-laki yang bisa menjadi apa yang aku butuhkan dan kamu masih terlalu muda untuk memahaminya.""Look, trauma itu akan selalu membekas di hati. Kamu nggak tahu seberapa besar luka yang Arga torehkan, luka itu sangat besar dan menganga, aku membutuhkan banyak waktu untuk menyembuhkannya.""Mbak, let me to help you. Let me heal your heart, just give me a chance," pinta Rakha dengan lembut dan dalam."Nggak Kha, my life sudah cukup complicated. Aku nggak mau menambah...""Aku tidak berniat menambah kehidupan Mbak menjadi lebih rumit. Mbak, aku sudah menaruh perhatian semenjak pertemuan kita di danau itu. I think you know it," potong Rakha yan
"Why?" tanya Rakha dengan penuh keseriusan.Tanpa membuka matanya dan tetap dalam posisinya, Sofie menjawab, "I''m older ...""Itu nggak pernah menjadi masalah buatku, Mbak," potong Rakha."I'm not finished, just listen. I'm older and a widow with a son. Aku tahu, kamu tahu itu, but my life is not like what you think it is," ucap Sofie."Aku butuh laki-laki yang bisa menjadi apa yang aku butuhkan dan kamu masih terlalu muda untuk memahaminya.""Look, trauma itu akan selalu membekas di hati. Kamu nggak tahu seberapa besar luka yang Arga torehkan, luka itu sangat besar dan menganga, aku membutuhkan banyak waktu untuk menyembuhkannya.""Mbak, let me to help you. Let me heal your heart, just give me a chance," pinta Rakha dengan lembut dan dalam."Nggak Kha, my life sudah cukup complicated. Aku nggak mau menambah...""Aku tidak berniat menambah kehidupan Mbak menjadi lebih rumit. Mbak, aku sudah menaruh perhatian semenjak pertemuan kita di danau itu. I think you know it," potong Rakha yan
Gimana ini?! Aku harus tidur! gumam Rakha.Ia pun mengambil salah satu buku ensiklopedia yang terletak di rak buku di samping tempat tidurnya."Semoga kamu menjadi obat tidur yang paling ampuh!" serunya dan benar saja, tidak membutuhkan waktu lama, Rakha akhirnya terlelap.Mimpi indah yang diinginkan oleh Rakha ternyata tidak berbuah manis, karena di dalam bunga tidurnya, ia harus bertarung dengan pria-pria berjas hitam dan bukan itu saja, ia harus mengalami penyekapan di dalam sebuah gudang yang gelap."Tasukete!" teriak Rakha untuk meminta tolong berulang-ulang.Tetapi, teriakannya selalu menghilang terbawa angin. Hingga muncul seorang pria yang serupa dengannya dan mulai berbicara dalam bahasa Jepang, "Sampai kapan kamu bersembunyi? Oh salah, maksudnya sampai kapan kamu akan menyembunyikan aku?"Dengan mata tajam dan intonasi yang dalam, Rakha pun menjawabnya, "Kita berdua sudah tahu, kapan saatnya kamu akan keluar. Tunggu saja, saat itu akan tiba. Kamu hanya harus bersabar.""Hmm