Share

Memasang pelacak

Author: icher
last update Last Updated: 2022-01-12 19:54:16

Aku menatap Mas Heru dengan wajah sinis. Nia yang mengerti akan terjadi perang rumah tangga, segera beranjak dari kursinya.

"Eh, Beb, aku ke toilet dulu ya," ucapnya.

Aku menjawab dengan anggukan pelan, dan Nia pun berlalu dari hadapanku dan Mas Heru. 

Mas Heru mengenggam tanganku, tapi kenapa tangannya terasa dingin. Apa dia grogi karena ucapan Mami tadi?

"Mas... Apa maksud ucapan Mami tadi?" tanyaku dan menepis tangan Mas Heru.

"Yang mana, Sayang?" jawabnya masih saja dengan lembut, dan entah mengapa sekarang aku merasa  jijik pada sikapnya itu.

"Yang tadi, yang dia bilang kamu perkasa,"

"Haha... Itu... Mami kan memang seperti itu, masa anaknya sendiri ga tau Maminya suka bercanda?"

"Aku serius, Mas!"

"Iya, trus Mas harus jawab apa coba?"

"Mas ada main ya sama Mami?" tuduhku tak tahan lagi, membuat Mas Heru yang sedang memyeruput kopinya tersedak.

Uhuk...uhuk...

Suara batuk Mas Heru akibat tersedak, tak kuhiraukan sama sekali. Aku terlalu kesal saat ini.

"Kamu apa-apaan sih, Win? Sejak kemarin kamu tuh aneh banget. Curigaan terus sama aku, kalau gini terus aku bisa bosan sama sikap kamu!" tanpa kuduga, Mas Heru marah besar. 

Nada suaranya yang tinggi saat bicara padaku, membuat hatiku sakit.

"Mas, kamu ngebentak aku di sini? Kamu nggak sadar, gara-gara suara kamu aku di perhatiin orang-orang di Restoran ini?" tanyaku tak percaya, dan mataku mulai berkaca-kaca.

"Makanya, jadi istri jangan kebanyakan tingkah. Aku diam dan lembut selama ini sama kamu, bukan berarti kamu bisa seenaknya aja sama aku. Aku suami kamu, hargai privasi-ku!"

Jleb...

Lagi, kata-kata Mas Heru tak seperti biasanya padaku. Aku seperti tak mengenali suamiku sendiri saat ini. Mataku terasa panas, mungkin air mata telah menggenang di pelupuknya. Kucoba untuk menahan agar butiran air mata itu tak jatuh ke pipiku.

"Kamu tunggu di sini sebentar, Mas mau ke toilet," ucapnya, lalu beranjak meninggalkanku sendiri.

Saat sedang menunggu, aku melihat handphone, kunci mobil dan weistbag Mas Heru terletak di atas meja. Aku langsung teringat dengan chip yang diberikan oleh Ferdi pagi tadi. 

Segera kuambil handphone canggih milik Mas Heru, membuka pelindungnya sedikit. Kemudian aku mengambil kotak kecil berisi chip dari dompetku, menempelnya pada belakang ponsel dan segera memasang kembali pelindungnya. 

Aku penasaran melihat galery poto dan video di ponsel Mas Heru, memang selama ini aku sama sekali tidak pernah memeriksa ponselnya. Begitu pun sebaliknya. Karena dari awal menikah kami berkomitmen dan memutuskan untuk saling percaya.

Aku menggeser-geser gambar di dalam album foto Mas Heru, tidak ada yang aneh. Malah di dalamnya banyak foto-foto diriku yang kelihatannya di ambil Mas Heru diam-diam. Seperti fotoku saat tidur, memasak, menyiram bunga, bermain ponsel dan masih banyak lagi. Mas Heru memang sangat berbakat mengambil candid foto.

Selain itu, foto-foto kami saat liburan ke luar negri juga memenuhi memory ponselnya. Karena memang, Mas Heru dan aku biasanya akan berlibur ke luar negri minimal sekali dalam setahun.

Saat aku selesai di file foto, aku beralih ke file video. Hanya ada beberapa video di sana. Dan sudah kupastikan, itu adalah video kami saat bercinta. Mas Heru memang memiliki hobby yang sedikit aneh, dia suka sekali merekam saat kami bercinta di tempat yang baru pertama kali kami melakukannya. Mungkin, dari sekian banyak rekaman hanya ini yang menurut Mas Heru bagus dan layak di simpan.

Aku enggan membuka galery video itu. Aku menatap satu tampilan awal video yang kurasa bukan bagian dari diriku, aku menghabiskan volume-nya dan bersiap untuk memencet tombol putar, Mas Heru datang. 

"Kamu periksa-periksa ponsel Mas, ya?" tanya Mas Heru padaku dengan tatapan curiga.

"Nggak kok, aku cuma ngeliat doang. Rencana aku mau ganti handphone juga, Mas." jawabku berbohong.

"Ini udah lama banget, Sayang. Nanti kamu kalau beli, yang keluaran terbaru aja. Kapan kamu maunya? Sekarang? Yuk, Mas anterin,"

"Eh... Nggak sekarang juga kok, Mas. Aku perlu backup data-data di ponsel ini dulu ke laptop."

"Kan bisa nanti-nanti. Lagian kalau beli lagi, kan ponsel lama tetap sama kamu. Bukannya di jual trus tukar tambah."

Mas Heru kembali bersikap ramah dan lembut padaku. Hatiku hampir saja meleleh dibuatnya, jika tidak karena panggilan telpon dari Mami yang tiba-tiba masuk ke ponsel Mas Heru.

"Iya, Mi? Aku masih sama Winda. Oh, iya. Mami bisa kan sendiri? Ya sudah kalau gitu, nanti kalau sudah selesai aku kabarin Mami, ya!"

Begitulah jawaban-jawaban yang Mas Heru berikan pada Mami, entah apa yang wanita genit itu katakan padanya dari seberang sana.

"Mami kenapa lagi, Mas? Kenapa sepertinya akhir-akhir ini hubungan kamu lebih deket sama Mami?" tanyaku curiga lagi.

"Sayang, saat ini Mami ada masalah besar yang butuh banget suport dari aku."

"Paling-paling suport masalah dana. Maklum saja, sugar daddy-nya sudah mencampakkannya. Karena itu dia pulang lagi ke sini," sindirku pedas.

"Winda... Nggak baik ngomong seperti itu, dia itu Mami kita. Kita harus menghormati dan mendukungnya dalam setiap masalah," 

"Kamu aja lah, Mas. Aku nggak tertarik ikut campur."

"Ya udah, Mas minta kamu jangan curigaan lagi dong sama Mami dan Mas. Masa sih curiganya sama Mami sendiri."

Mas Heru mengusap kepalaku manja. Berhubung Nia tak kunjung datang kembali, Mas Heru mengantarkanku kembali ke rumah. Awalnya dia mengajakku untuk ikut ke kantornya. Tapi, aku sedang malas berada di perusahaan. Lebih baik aku di rumah dan bersantai.

Setelah mengantarku ke rumah, Mas Heru langsung putar arah lagi ke kantor. Katanya masih banyak pekerjaan yamg menunggu. Sementara aku, saat Mas Heru menghilang dari pandanganku, aku mengambil kunci mobil dari dalam tasku.

Mengeluarakan BMW silver dari dalam garasi. Kemudian menginjak pedal gas menuju rumah Ferdi. Aku sudah tak sabar menunggu hingga besok pagi. Aku masih mengingat dengan jelas dimana alamat rumah Ferdi. Karena ternyata, kami tinggal di kompleks yang sama.

Sesampainya di rumah Ferdi, aku menekan bell beberapa kali saking tidak sabarannya. Namun, tidak ada jawaban dari dalam.

'Mungkin, Ferdi sedang keluar. Sebaiknya aku bersabar sampai besok pagi," lirihku.

Dengan langkah lesu, aku mulai memutar tubuhku untuk kembali pulang. Tapi, belum sempat aku masuk ke dalam mobil, suara khas berat Ferdi terdengar memanggilku.

"Win..."

"Hai, ternyata kamu di rumah?" aku kembali bersemangat.

"Iya. Aku tadi sedang mandi waktu kamu mencet-mencet bell."

"Oh gitu, sorry nih aku ganggu!"

"Its oke. Kok kamu datang lagi? Nia mana?"

"Panjang ceritanya, aku ke sini mau minta kamu hubungka perangkat di ponselku ke chip yang udah kamu kasih tadi,"

"Kamu udah berhasil memasangnya?" 

Aku mengangguk yakin pada Ferdi. Dan segera menyodorkan ponselku pada Ferdi. Dengan lihai, Ferdi memprogram ponselku dengan segala macam tetek bengeknya yang aku nggak ngerti sama sekali.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Ucapan Terima Kasih

    Terima ksih tak terhingga aku ucapkan pada semua pembaca setia karya-karyaku di Good Novel. Baik itu yang membaca dengan koin gratis dan harus sedikit berjuang + bersabar agar bisa membaca kelanjutan bab nya, maupun yang bela-belain top up koin demi bisa buka bab bergembok. Selama ini aku selalu mengatakan terima kasih untuk pembaca royalku, itu bukan sekedar untuk pembaca yang buka bab dengan koin hasil top up. Tapi kata-kata itu juga aku tujukan pada pembaca pejuang koin gratis dan untuk semua yang sudah royal meluangkan waktunya untuk membaca hasil ketikan jari jemariku ini. Aku mohon jangan ada lagi yang salah paham dan berkecil hati. Siapa pun kalian, dimana pun kalian berada, meski hanya buka bab pertama dari novelku saja, aku sudah mencintai kalian. Sayang sekali novel ini sudah harus tamat. Tapi, terus dukung dan baca karyaku yang lainnya, ya. Semoga aku secepatnya bisa menambah daftar karya terkontrakku lagi di Good Novel. Sekali

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Wanita itu kuat

    Pov AuthorWaktu begitu cepat berlalu, dan saat ini di dalam ruangan bersalin Winda sedang berjuang untuk melahirkan anak keduanya. Winda baru masuk sekitar 15 menit yang lalu. Kondisi saat ini jauh berbeda dengan saat ia melahirkan anak pertamanya dulu. Anak kedua ini lebih di permudah prosesnya. Winda ditemani oleh Hanan di dalam ruangan. Sementara itu, di luar sudah menunggu Mami Mery, Diana, Cantika, Jason, Nia, dan juga Ferdi. Anak mereka titipkan pada orang tua Ferdi."Oma, apa Bunda baik-baik aja?" tanya Cantika sambil memeluk Mami Mery."Iya, Sayang. Bunda baik-baik aja kok di dalam. Itu Bundanya kan sedang berjuang ngelahirin dedek bayi. Kita berdoa sama-sama, ya. Semoga Bunda dan dedek bayi sehat dan selamat," jawab Mami Mery sambil menciumi putri semata wayangnya. "Oma dan Om Jason kok ga punya adek bayi kayak Bunda? Itu, Tante Nia sama Om Ferdi juga mau punya bayi lagi." Cantika yang lucu dan menggemaskan berkata dengan polosnya."Sayang, Oma udah tua

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Kaulah yang terbaik untukku!

    Pagi-pagi sekali aku sudah bangun dan menyiapkan sarapan untuk Mas Hanan dan Cantika. Hanya menu sederhana saja hari ini yang bisa aku buat, karena ternyata stok di kulkas tidak mencukupi lagi untuk membuat bubur ayam favorite Mas Hanan dan Cantika. Jadilah pagi ini aku hanya membuat nasi goreng spesial ala-ala cheff rumahan. Di rumahku sudah ada seorang asisten rumah tangga yang mulai bekerja seminggu yang lalu. Dia adalah ibu-ibu yang aku temui sedang mendorong gerobak menjajakan pisang yang ternyata juga punya orang lain. Hanya demi bisa membeli beras hari itu, ia rela berpanas-panasan berkeliling menjualkan pisang milik tetangganya. Menurut ibu itu, jika laki 1 sisir, maka ia akan mendapat 5 ribu rupiah sebagai untungnya. Sementara sejak pagi, baru laku 2 sisir. Untuk membeli sekilo beras saja belum cukup. Apalagi membeli telor sebagai lauknya makan. Di rumah ada dua orang anaknya yang sedang menunggu dengan perut lapar karena sudah sejak semalam belum makan nasi. Ha

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Tak ingin terulang lagi

    Setelah petugas keamanan komplek datang, wanita itu segera dibawa bersama dengan seorang Dokter wanita. Mungkin karena tadi Mas Hanan mengatakan ia sedang dalam keadaan hamil besar, jadi untuk berjaga-jaga mereka juga membawa seorang Dokter. Dan ternyata itu juga sangat membantu. Wanita itu mengamuk awalnya karena bersikeras tak ingin pergi dan menganggap Mas Hanan adalah suaminya yang benama Jaka itu.Jalan terakhir yang dipilih Dokter adalah memberikannya suntik penenang. Dan setelah menunggu selama lima menit, akhirnya dia benar-benar tenang dan akhirnya tertidur. Mereka semua membawa wanita itu untuk ditangani oleh ahli kejiwaan dan akan mencari tau tentang informasi keluarganya.Sampai saat aku dan Mas Hanan sudah berada di dalam kamar, kami masih saja heran dengan bagaimana wanita itu bisa masuk ke rumah kami dan menganggap Mas Hanan adalah suaminya.Aku bahkan sempat membaca secarik kertas yang dia lemparkan pada Mas Hanan saat baru datang itu. Itu adalah surat d

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Perempuan gila.

    Aku sangat terkejut dengan kedatangan wanita hamil yang tiba-tiba saja marah dengan melempar kertas pada suamiku itu. Entah apa maksudnya. Mas Hanan juga terlihat sangat heran. Kemudian dia berjalan lebih dekat pada Mas Hanan. Seketika itu juga, wanita hamil itu menghambur ke dalam pelukan suamiku. Dia memeluk Mas Hanan dengan sangat erat.Mas Hanan tampak semakin bingung dan berusaha menjauhkan wanita itu dari tubuhnya. Tapi, pelukannya terlihat semakin erat. Aku yakin Mas Hanan sangat takut berbuat kasar karena kondisi wanita itu yang sedang hamil besar."Mas, tega sekali kamu ninggalin aku demi perempuan ini? Apa kurangnya aku, Mas? Lihat ini, Mas. Aku juga bisa hamil, Mas. Aku bisa seperti dia. Tinggalin dia, Mas. Kembali padaku. Ini anak kita. Dia akan segera lahir ke dunia ini, Mas," ucap wanita itu dengan isak tangis yang tak bisa ia tahan.Sementara aku? Aku yang tadinya sudah berdiri, lantas kembali terduduk di atas kursi yang untungnya sangat lembut itu. Tubuh

  • Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter   Siapa wanita itu?

    Kebahagiaan yang Tuhan berikan seakan tak pernah ada habisnya. Kehamilan keduaku yang awalnya membuatku agak susah makan dan beraktifitas karena mabuk berat, ternyata hanya berlaku 2 bulan saja. Setelah kehamilan memasuki 7 bulan, semua orang sudah sangat tidak sabar menantikannya lahir. Terlebih lagi, saat aku memberitahukan hasil USG tentang bayi yang ada dalam kandunganku ini berjenis kelamin laki-laki. Itulah yang membuat semua orang sangat senang dan tidak sabar menantikan kehadirannya. Malam ini, di rumahku sedang diadakan acara do'a tujuh bulanan. Sangat banyak tamu yang datang. Hampir semua orang yang aku undang, menampakkan batang hidungnya malam ini di kediamanku yang sudah semakin besar karena Mas Hanan bersikeras merenovasinya beberapa bulan yang lalu. "Selamat ya, Win," ucap Nia, sahabatku yang paling aku sayangi dan selalu ada untukku dalam kondisi apapun. "Makasih ya, Beb. Kamu juga, bentar lagi mau nujuh bulanan kan?" jawabku dan kami saling berpe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status