"Nenek, saya mau gula-gula seperti yang dibawa anak itu," rengek Edward ketika diajak pergi ke supermarket oleh Neneknya. Ketika itu ia baru berusia 7 tahun.Mamanya sengaja menitipkannya kepada Nenek karna harus bekerja diluar negeri. Penghasilan yang mamanya dapatkan tidak mencukupi kebutuhan hidup untuk mereka berdua. Dengan berat hati Berenice meninggalkan Edward kecil pada mamanya."Lihat, uang yang mamamu kirimkan hanya cukup untuk membeli kebutuhan pokok kita. Jika kamu mau gula-gula itu, seharusnya kamu membantu mamamu bekerja! Berhenti merengek untuk meminta hal-hal yang tidak mungkin akan kamu dapatkan!" Wanita tua dengan setelan rapi berwarna coklat, memakai kacamata dengan rantai kecil mengikat menyeret Edward menuju kasir dan membayar semua belanjaan dengan cepat.Ia adalah Marlyne Barclay, seorang pengusaha berlian yang namanya tersohor di Kanada. Kini ia harus menjalani hidup yang menyusahkan dimasa tuanya. Anak keduanya dengan tega menipu semua harta yang ia miliki dan
"Kania sangat suka dengan rancangan yang kamu buat." Binar bahagia memancar dari wajah Edward. "Benarkah? Ini sangat luar biasa." Tidak ketinggalan dengan Quen. Ia memang telah yakin bahwa artis tersebut pasti akan menyukai desain yang ia buat.Dari kejauhan, sepasang mata indah menatap tajam kedua manusia yang sedang bersuka cita atas keberhasilanya membuat satu pelanggan besar puas dengan rancangan yang dibuat. Ia merasa risih dengan melihat keakraban Edward dan Quen. Perlahan ia mencoba mendekati."Ada apa ini?" tanyanya sinis. Pandangannya hanya terfokuskan kepada Quen. "Oh ... baby, Kania menyukai rancangan gaun untuk Met Gala.""Wah ... benarkah? Dengan begitu kamu tidak perlu mengeluarkan dana lebih banyak lagi untuk promosi. Selamat sayang." Jeanne mendekap mesra suaminya. Pelukan hangat itu berhasil membuat wanita disampingnya menunduk dan melangkah mundur perlahan.Quen menuju ke kamarnya. Perasaan nanar menyebar dengan cepat ke seluruh tubuhnya. Hatinya seperti ditusuk de
"Menurut kalian, apakah istri Edward yang sekarang baik?" tanya Quen kepada sahabatnya."Jeanne maksud kamu?" tanya Sarah balik.Sesuai janji mereka bertemu disalah satu kafe milik Michelle. Sangat sulit untuk Quen bisa keluar rumah. Kebetulan hari ini adalah jadwal belanja bulanan, sehingga ia bisa bertemu dengan sahabat-sahabatnya."Jeanne adalah orang yang baik, pacarnya pernah bekerja di kantor Papa. Setelah mamanya meninggal, tidak butuh waktu lama papanya menikah lagi. Dia harus menuruti semua keinginan mama tirinya," terang Sarah.Kini Quen memaklumi, pantas saja Jeanne merasa takut ketika berhadapan dengan Berenice. Selama ini, ia juga menyimpan trauma karna mama tirinya. Rasa iba kembali menyerang Quen."Michelle lebih tahu banyak soal Jeanne. Kita tunggu dia selesai dengan urusan kafenya." Quen dan Sarah bersamaan memandang Michelle yang sedang sibuk memberikan arahan kepada pegawainya. Melihat dua sahabatnya telah menunggunya, ia segera menghampiri."Sudah sampai mana obro
"Ini kesempatan emas untukmu dekat dengan putri dari Crowndlier. Mama tidak peduli bagaiamana caranya, kamu harus menyingkirkan dua wanita tidak berguna itu." Berenice dengan anggun meminum teh yang ada di depannya diikuti lirikan tajam menghadap ke jalanan."Tapi, Ma. Bagaimana dengan Jeanne? Bukankah dia adalah anak sahabat Mama? Tidakkah itu akan jadi masalah jika saya menyingkirkannya?" Edward menatap Berenice dengan seksama."Justru ide ini dari dia. Papa dari Jeanne mengikuti semua perkataan istrinya. Jadi jangan khawatir."Dalam kehidupan keluarga Barclay, cinta bukanlah hal utama yang harus dicari dan dikejar. Edward yang sama sekali tidak pernah merasakan adanya cinta dihidupkan, tidak peduli dengan pengorbanan orang lain. Baginya, menjadi tidak terhina adalah lebih penting.Setelah selesai berbincang dengan mamanya di restoran. Edward pamit untuk pulang. Bagaimanapun jalan satu-satunya adalah menceraikan kedua istri bodohnya. Ia melajukan mobilnya dengan cepat. Sudah tidak
"Saya sudah bercerai dengan dua wanita bodoh itu." Edward meneguk kopinya perlahan-lahan."Lo ... kenapa?" tanya Vinn heran.Edward menceritakan semua rencananya tanpa ragu kepada Vinn. Di dalam hati kecilnya, Vinn merasa sangat bahagia. Setidaknya ia ada kesempatan untuk mendekati mantan istri dari sahabatnya.Bukannya itu bukan masalah besar, toh pernikahan mereka hanya atas dasar cinta sepihak saja. Vinn mencoba mengontrol ekspresi bahagianya. Ia terus menanyakan perihal apa yang membuat Edward begitu yakin akan mendapatkan putri dari Crowndlier grup."Edward tidak mungkin tidak bisa mendapatkannya, tinggal tunggu saja. Saya sangat menantikan kerjasama ini." Dengan angkuh Edward merasa bahwa dirinya adalah memang ditakdirkan sebagai penakluk wanita."Baiklah. Jadi bagaimana keberlanjutan soal fashion show yang akan kamu buat?" tanya Vinn sambil menatap tajam ke arah Edward."Tinggal perekrutan model-model. Menurut kamu apakah perlu memiliki model sendiri atau bekerjasama dengan sal
"Terima kasih atas kerjasamanya Mr. Edward. Saya harap, kerjasama ini menghasilkan uang yang lebih besar lagi." Seorang lelaki berkaca mata mengulurkan tangannya."Tentu, Mr. Asalkan Mr. tetap mendukung saya. Keuntungan yang anda terima pasti akan lebih besar dan semakin besar lagi." Edward membalas uluran tangan dari lelaki setengah baya itu.Ia adalah Robert Chainmer, seorang yang Vinn sarankan untuk bekerjasama. Ia memiliki agensi yang menangani soal permodelan. Dengan nama besar keluarga Vinn, Edward berhasil mendapatkan kepercayaan dari Robert."Kamu sangat luar biasa, muda dan memiliki cara pandang yang luas. Sangat senang bekerjasama denganmu," puji Robert."Anda jangan terlalu memuji saya, Mr. Ini semua berkat bantuan Vinn.""Jika kamu mau membuatnya ikut serta dalam rencana kita ini, itu akan semakin baik. Setidaknya nama keluarganya akan membantu memberi perlindungan terhadap kita. Saya sudah lama ingin melakukan kerjasama seperti ini dengan kamu, mengingat mamamu adalah sos
"Saya sudah berhasil soal kerjasama dengan Edward," kata Vinn kepada Lyden dan Quen."Lelaki itu sangat mudah untuk diperdaya jika itu soal uang...""Quen, kamu perlu berhati-hati dengan Berenice. Kamu sudah membaca informasi yang saya berikan bukan?" potong Lyden tiba-tiba.Quen mengangguk. Demi keamanan, setelah menjual rumahnya, kini Quen tinggal bersama Lyden dan membantu apa saja yang bisa ia bantu meskipun Lyden sering kali menolak bantuan itu. Quen mengingat kembali tentang berkas yang diberikan oleh Lyden. Berenice adalah tangan kanan seorang mafia papan atas dalam jual beli senjata berat."Kenapa tidak ada yang berani menangkapnya ketika polisi tahu bahwa Berenice juga mabil andil dalam bisnis itu?" tanya Quen penasaran."Quen, dalam hal ini, polisi tidak bisa menangkap satu per satu. Mereka harus menunggu kesempatan dimana mafia dan semua anak buahnya berkumpul," terang Vinn."Sayangnya sampai kini polisi belum menemukan siapa dalang dari semua ini. Percuma jika hanya menang
"Kalian harus membantu saya mencari orang yang bernama Melany, saya butuh banyak informasi mengenai Berenice," kata Quen kepada Michelle dan Sarah."Kenapa kini kamu begitu serius dengan permasalahan ini? Bukannya dulu kamu yang menolak untuk mengetahui siapa sebenarnya keluarga Edward? Apakah kepicikanmu sudah sirna?" ledek Sarah.Selama dua hari setelah perbincangannya dengan Vinn dan Lyden membuatnya membuka mata, bahwa selama ini ia hidup diantara orang-orang bengis yang tidak segan akan menghabisinya jika ia salah. Beruntungnya, masih ada sedikit kasihan sehingga ia masih tetap hidup."Sudah, ini bukan waktu yang tepat untuk kita berdebat tentang masa lalu." Michelle melerai sebelum Sarah berkata kelewatan."Dia hampir saja kehilangan nyawanya karna cinta yang buta kepada lelaki yang bahkan sama sekali tidak peduli dengannya. Sudahlah, terpenting sekarang kamu sudah sadar. Sebentar siapa yang tadi kamu cari?" tanya Sarah.Selama ini, memang Sarah paling sakit hati melihat Quen di