Share

Bab 85

Penulis: Piemar
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-27 16:01:14
Andini sedang berdiri di dekat meja registrasi, mengecek ulang jadwal kompetisi hari ini. Sweater-nya masih melekat di tubuh, membuatnya sedikit gerah tapi tak mau melepaskan. Sekali-sekali ia menarik napas panjang untuk menenangkan diri.

Dari arah tangga, langkah kaki yang familiar terdengar. Andini menoleh dengan wajah kikuk.

Suami tampannya muncul dalam balutan jas hitam formal, clipboard di tangan, rambut disisir rapi. Tapi ada semburat lelah di matanya. Entah kurang tidur… atau terlalu banyak berpikir.

Mereka sama-sama berhenti.

Sesaat seperti dunia meredup. Hanya suara pengumuman lomba dari speaker yang samar terdengar.

Dewa membuka suara lebih dulu. Suaranya dalam, tapi hati-hati.

“Pagi.”

Andini menunduk sedikit. “Pagi, Om.” Senyap sebentar.

Dewa menggenggam clipboard-nya lebih erat, lalu menatap langsung ke arah Andini. “Kamu udah sarapan?”

Andini mengangguk cepat. “Udah, tadi bareng Sari dan Rika.”

“Cowok-cowok ganteng juga–” batin Dewa ngedumel dalam hati.

Dewa mengangguk pel
Piemar

Happy reading. More??

| 12
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 176 Pertarungan tanpa pedang

    Rombongan kelompok tiga yang terdiri dari dr Tantri, dr Dipta, dr Gilang, koas Naura dan koas Vina akhirnya sampai di sebuah area datar yang lumayan luas. “Selamat datang di pos pertama!” sambut panitia dengan antusias.Peserta berkumpul di area flying fox yang membentang di atas lembah kecil. Angin berembus cukup kencang, membuat suara tali berderit-derit halus. Dari bawah, terlihat pepohonan hijau rimbun, tapi dari ketinggian, pemandangannya bisa bikin lutut lemas, gaes.“Baik, siapa yang mau duluan?” pemandu outbond bersuara semangat. Tatapannya langsung tertuju pada Vina–yang kebetulan berada di paling depan di antara kelompoknya.Vina langsung mengacungkan tangan. Senyumnya lebar, seolah ingin menunjukkan keberaniannya. Ia mengibaskan rambut ekor kudanya dengan centil. “Aku dulu deh. Kan harus ada yang kasih contoh,” katanya, lirikan matanya jelas diarahkan ke Dr. Dipta.Dr Dipta hanya memasang wajah datar. Minim ekspresi seperti biasa.Naura mengernyit, memeluk lengan ranselnya

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 175 Makin Panas

    “Aku baik-baik saja, Vin,” kata Dipta menegur Vina yang sedari tadi berusaha menempel padanya mirip lalat. Meskipun dengan cara yang sangat halus, Dipta bisa merasakan jika Vina cukup agresif berusaha mendekatinya. Dengan cara apapun.Dipta tidak nyaman namun tetap berusaha fokus pada kegiatan outbond. Apalagi tadi Naura sempat mendelik tajam ke arahnya.Naura menunduk, menahan rasa yang sulit ia jelaskan. Hatinya berdegup kencang, bukan karena jalannya menurun, tapi karena interaksi kecil antara Vina dan Dipta. Satu tangannya tanpa sadar mengepal hingga memperlihatkan otot-otot hijau di punggung tangannya.“Vina maksudnya apa sih. Nempel ke si Didi? Apa jangan si Didi juga suka ditempelin makhluk agresif itu?”Sayang, gerutuny

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 174 Suami siaga

    Mobil hitam milik Dewa meluncur tenang di jalanan Jakarta yang mulai padat. Sesekali tatapan Dewa terarah ke wanita di sebelahnya yang sedang sibuk menatap layar ponsel.Perut Andini memang belum menampakkan perubahan berarti, tapi bagi Dewa, dua bulan usia kandungan itu sudah cukup untuk membuatnya siaga dua puluh empat jam.“Andin, jangan lama-lama main ponsel. Katanya bikin pusing, nanti berpengaruh juga ke bayi,” ucap Dewa tanpa mengalihkan pandangan dari jalan.Andini menoleh, terkekeh kecil. “Sayang, aku cuma baca artikel doang kok. Lagi cari tahu apa yang boleh dimakan sama yang nggak.”“Nggak usah repot-repot, aku sudah tanyain semua ke dokter. Ada catatannya di rumah. Kamu tinggal ikutin aja,” jawab Dewa cepat, suaranya

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 173 Persaingan sengit!

    Seluruh peserta outbound sudah berkumpul di lapangan rumput yang agak lembap. Angin pegunungan berembus, membuat udara terasa segar sekaligus menambah semangat. Panitia berdiri di depan, memakai rompi oranye terang dengan peluit di leher.“Selamat pagi semua! Selamat datang di kegiatan outbound dan camping RS Aurora Medika!” seru salah satu panitia dengan suara lantang.“Hari ini kita bukan dokter, bukan perawat, bukan staf rumah sakit. Hari ini kita adalah satu tim besar yang akan belajar kerja sama, keberanian, dan tentu saja… bersenang-senang!”Suasana langsung riuh, sebagian bertepuk tangan, sebagian hanya saling lirik.Dari belakang, perwakilan HRD RS Aurora Medica, Mbak Tania maju sambil membawa mic. “Acara ini adala

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 172 Love Pentagon

    Andini membuka pintu apartemen dengan wajah muram. Dewa yang baru pulang lebih dulu, tengah melepas jaketnya, langsung menoleh.“Din?” suaranya pelan, namun sarat cemas. “Kenapa? Mukamu pucat banget. Mual lagi gak?”Andini hanya meletakkan tasnya di sofa, lalu duduk dengan gerakan lelah. Ia mengusap wajahnya, menahan perasaan yang mengganjal.“Capek?” Dewa mencoba menebak sambil duduk di sampingnya. Menatapnya lekat.Andini menggeleng. Matanya berkaca-kaca, tapi ia menunduk, tak berani menatap Dewa. “Ayah…”Andini tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Mendadak, lidahnya terasa kelu. Ia masih merasa sedih. Kunjungan ke rumah ayahnya sangat mengecewakan. Sesuai dugaaannya.“Sayang, kamu masih marah sama Ayah? Apa kamu juga kecewa padaku? Gara-gara aku hubungan kalian memburuk,” ujar Dewa mencoba memahami perasaan Andini yang begitu sensitif kali ini. Ia tahu suasana hati wanita hamil tidak bisa diprediksi.Dewa mendesah pelan. Okay, ia tidak mau bersikap gegabah, namun melihat Andini yan

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 171 Riak keluarga

    Mobil Dewa berhenti di halaman rumah besar bercat putih gading. Pagar besi terbuka, seakan menyambut mereka, tapi hati Andini justru mengecil. Tangannya dingin, meski genggaman Dewa di sisinya terasa kuat.Dewa menoleh, menepuk lembut tangannya. “Siap, Sayang?”Andini tersenyum tipis, menahan rasa was-was. “Iya… aku cuma mau ketemu Ayah. Itu aja.”Dewa tersenyum tipis. Sebelumnya Andini terlihat ragu-ragu untuk mengunjungi ayahnya. Ia berpikir mungkin Siska adalah alasannya. Ya, Dewa tidak tahu penyebab sebenarnya. Andini masih menyimpannya rapat. Begitu pintu rumah dibuka, aroma kayu jati bercampur aroma pengharum ruangan menyergap. Andika, ayah Andini, muncul dengan wajah setengah ramah tatkala melihat putrinya.Dalam langkah canggung, Andini menghampiri sang ayah dan hendak mencium punggung tangannya. Terakhir kali pertemuan mereka, sang ayah bahkan tak bersedia mengulurkan tangannya. Namun karena disana ada Dewa, maka Andika berusaha menjaga sikap.“Ayah…” suaranya parau, penuh r

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status