Maaf baru update. Sibuk banget hari ini. Terima kasih semuanya. Selamat istirahat, yaaa.
Vina menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan saat Juan berkata keluarga Brandon sudah datang. Ia tampak tegang menerima tamu keluarga triyulner.Clara dan Reino sudah ia breifing berkali-kali. Anak-anak Brandon masih berumur tiga tahun sehingga bermain dengan mereka harus hati-hati.Mungkin hanya Dylan yang tampak sangat santai. Vina melihat Dylan sudah akrab dengan Brandon dan menyukai cara berpikirnya yang jenius.“Be nice!” Vina mengingatkan Clara dan Reino sekali lagi saat mereka mendengar langkah-langkah kaki mendekat.“Brad!” Dylan lebih dulu menyambut dengan kedua tangan terbuka lebar.Vina melihat suaminya dan Brandon berpelukan secara maskulin. Kemudian ia menunduk santun pada Kelly yang malah menghampirinya dan mencium pipi kiri dan kanan.“Terima kasih undangannya.” Kelly berkata manis. “Aku bawa sesuatu untuk kalian.”Satu orang datang mendekat dan menyerahkan nampan berisi dua kotak.“Parfum untuk kamu dan Dylan.” Kelly memberikan kotak mewah tersebut.“Waahh,
"Masa anak-anak triyulner dikasi spagetti?" Vina merengut menatap sang suami."Lhoo ... spagetti kamu enak banget, Chagiya. Beda dari spagetti lain. Chef kita aja ngakuin kok."Vina terdiam. Memang selama ini yang mencoba spagetti buatannya selalu memberi pujian. Akhirnya, Vina mengangguk.Pagi-pagi sekali, Vina sudah bangun dan mempersiapkan bahan-bahan spagetti. Chef juga bersiap menghidangkan makanan istimewa.Selesai urusan dapur, Vina bergegas ke ruang bayi. Ia menyusui si kembar lalu membangunkan Clara untuk pergi les."Pagi ini mommy nemenin Daddy latihan koreografi, ya. Nanti siang kalau Daddy sudah selesai, Mommy jemput Ara.""Ara pulang sama Uncle Marcel aja. Mommy harus temenin Daddy terus. Jagain jangan sampe Daddy sakit.""Nggak papa?""Nggak papa. Kan Ara nanti langsung pulang."Vina mengelus kepala sang putri. Anak sekecil Clara harus menjadi pengertian pada kondisi daddynya dan ia terharu."Makasii, ya, Nak. Maaf, Mommy jadi jarang nemenin Clara karena ngurus adik kemba
“Mommyy, daddy sudah bangun.” Clara berteriak memanggil Vina.Vina menghampiri dengan senyum mengembang. “Iya, mommy sudah liat.”Sampai di samping Dylan, Vina mencium dahi sang suami dan mengusap sayang kepalanya.“Bagaimana, Sayang?”“Sudah nggak lemas.” Dylan balas tersenyum. “Sekarang, aku lapar, Chagiya.”“Oke. Kita ke ruang makan, yuk.”“Sebentar dulu.” Clara menahan orang tuanya. “Mommy dengerin lagu baru Ara dulu.”Vina menatap Dylan yang langsung mengangguk. “Katanya Clara bikin lagu saat ulang tahun Rachel kemarin.”“Oh ya?” Kedua alis Vina terangkat tinggi. “Beneran?”Clara tidak menjawab. Ia segera memainkan alunan musik dengan tablet lalu bersenandung.Lagu itu berlirik ceria. Tentang kesenangan seorang putri di pesta. Menari dengan pakaian bagus dan makan makanan enak.Lagu yang bertema sangat anak-anak. Clara bahkan mulai dapat membuat musiknya sendiri, meski Vina melihat Dylan mengarahkan putrinya.“Wah, mommy jadi insecure sama Clara. Tambah pintar nyanyi dan main mus
“Haii.” Vina menyapa dengan nada lembut pada sang suami.Dylan tersenyum dan mengenggam erat tangan Vina. “ Haii, Chagiya.”“Masih pusing?”Dylan tampak berpikir sejenak. Lalu menggeleng. “Sepertinya tidak.”“Coba duduk, Tuan.” Dokter berkata sambil membantu Dylan bersandar pada punggung ranjang.Setelah Dylan bersandar, dokter memberikan minum. Dylan mengerjapkan mata dan kembali menatap Vina lalu tersenyum.“Aku baik-baik saja.”Vina tersenyum. “Iya.”Dokter mengetes kesadaran dan keseimbangan Dylan. Beberapa menit kemudian, dokter mengangguk lega.“Sudah nggak papa. Anda bisa beraktifitas kembali.”Tetapi, Vina menggeleng. “Tidak. Kamu pulang dan istirahat saja.”Dylan mengembuskan napas panjang. “kata dokter, aku nggak papa, Chagiya. Aku harus menyelesaikan rekaman sesuai timeline biar tidak ada yang tertunda.”Vina bertatapan dengan dokter. Sebenarnya dokter juga lebih setuju Dylan istirahat, meski ia tau Dylan tidak akan mau.Sudah hampir dua jam Dylan di kamar istirahat. Itu me
Meski jarak dekat, berjanjian dengan seorang triyulner ternyata tidak lah mudah. Sudah tiga minggu dari pertemuan terakhir mereka, Dylan dan Brandon belum juga mendapat waktu yang tepat untuk bertemu.Ada-ada saja kesibukan yang menghalangi. Namun keduanya hanya terkekeh penuh pengertian jika salah satu membatalkan.“Kasihan Rere. Dia sampai memperpanjang liburan dua minggu untuk ketemu Kelly.” Vina juga mengeluh.“Penasaran ketemu Kelly atau Brandon?”“Nggak sih. Bagi Rere, kamu tetap idolanya. Nggak mungkin pindah ke lain hati. Apalagi, Brandon itu dingin banget sama wanita.”Dylan yang sedang berbaring menunggu infus vitaminnya habis mendengus pelan. Setelah beberapa kali berbincang dengan Brandon, ia keberatan teman barunya itu dikatakan berpribadi dingin.“Baik lho Brandon itu. Nggak pelit ilmu. Dia banyak banget ngasih aku masukan menjalankan bisnis.”“Kalo dari ceritamu, iya. Tapi lihat orangnya memang terasa banget dinginnya.”“Baru kali ini aku ketemu lelaki tampan introvert.
Spontan, Dylan menoleh dengan kedua alis terangkat tinggi. “Kamu tau?”“Istriku berada di salah satu maskapai internasional kelas bisnis yang kamu tunda penerbangannya.”“Waduh!” Dylan tergelak kembali. “Maaf. Tapi dari mana kamu tau bahwa yang menyebabkan penundaan itu private jetku?“Karena Kelly terlambat pulang, aku menyelidikinya. Asisten pribadiku bilang kamu penyebabnya.”“Maaf kalau begitu. Tapi, kenapa istrimu naik maskapai umum?”Brandon terlihat mengembuskan napas berat. “Terkadang ia lupa kalau suaminya triyulner yang memiliki pesawat pribadi.”“Oke.” Dylan terkikik dan menggeleng mendengar kalimat sombong tersebut.“Bukan sombong, itu kenyataan.” Brandon berkata datar seolah mengerti isi hati Dylan. “Dan kelakuanmu itu aku sebut sebagai kebodohan lelaki jika sudah bucin pada pasangannya.”“Jadi, kamu juga bucin dong.”“Bucin bersertifikat.”Dylan meledakkan tawanya mendengar ucapan Brandon. Sungguh aneh melihat Brandon melontarkan kalimat bercandaan dengan wajah datar.La