Share

3. Hai, Istriku!

Penulis: ReyNotes
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-26 14:47:03

Tiga tahun kemudian.

“Mommy.”

Vina menoleh. Dengan senyum mengembang, ia merentangkan tangan dan menangkap tubuh anak perempuan mungil yang memanggilnya, ‘mommy.’

“Bagaimana les pianonya, Clara?” Vina mengusap rambut halus putrinya.

Anak perempuan berusia dua tahun itu mengacungkan jempol. “Ara mau konser.”

“Kata guru piano, Ara sangat berbakat. Apa mungkin keturunan dari Daddynya? Soalnya, mommy-nya kan buta nada,” bisik Rere dengan nada menyindir.

Vina berdiri mendengar ucapan tersebut. Ia tersenyum pada wanita di depannya.

“Terima kasih sudah anter Clara ke sini, ya, Re. Kamu memang adik terbaik.” Vina mencubit kencang pipi adiknya yang langsung memberengut.

“Tak masalah. Aku selalu senang berada di butik ini. Siapa tau bisa ketemu CEO misteriusnya.” Rere menyahut sambil mengusap pipinya yang agak merah akibat kegemasan sang kakak.

Vina mengerutkan dahi. Tiga tahun bekerja di butik, ia tidak pernah mendengar cerita tentang CEO tempatnya bekerja. Kenapa adiknya jadi sangat penasaran?

“Katanya sih, memang dirahasiakan karena orang terkenal.”

“Siapa?”

Seringai muncul di wajah Rere. “Aku kasih tau, Kak Vina juga nggak bakalan tau. Kakak kan taunya cuma kerja dan kerja saja. Mana tau tentang selebriti-selebriti terkenal.”

Vina mendengus pelan, tidak menyangkal pendapat adiknya. Ia melambaikan tangan saat Rere berpamitan. Lalu, menggandeng tangan Clara dan mendudukkannya di ruang istirahat karyawan.

“Clara di sini dulu, ya. Mommy sebentar lagi selesai.” Vina memberikan banyak kertas dan crayon untuk putrinya.

Kepala Clara mengangguk-angguk. Tangan kanannya mulai sibuk menggambar. Vina tersenyum menatap putrinya.

Clara sangat cantik. Memiliki mata indah dengan bulu mata lentik. Vina mengusap sayang rambut tipis Clara yang ikal di bagian bawah sebelum kembali bekerja.

Sejak Vina hamil hingga memiliki seorang putri cantik, lingkungan tempatnya bekerja sangat baik. Mereka menerima keadaan Vina bahkan membolehkan Clara bermain di area butik.

“Apa itu?” Vina bertanya saat melihat beberapa orang pekerja memasang pigura besar yang masih tertutup rapi di dinding bagian depan butik.

“Model spektakuler kita yang baru.” Manager Kim menjawab dengan wajah berbinar.

Beberapa saat berikutnya, Vina terpaku di tempat dengan mulut setengah terbuka. Napasnya terhenti beberapa detik, saat pembungkus pigura disobek. Ia masih sangat ingat wajah tampan itu.

Dengan jantung berdebar kencang, Vina menoleh menatap manager Kim yang sedang mengagumi foto tersebut. “Si – Siapa?” Nada suara Vina bergetar saat bertanya.

“Dylano Maximilly Goldson, brand ambasador sekaligus CEO kita.”

Ternyata benar itu adalah Dylan. Sayup-sayup, Vina mendengar manager Kim dengan penuh antusias bercerita. Selama ini, Dylano memang menyembunyikan identitasnya sebagai pemilik brand Gold Dy karena tidak ingin kesibukannya sebagai musisi terpecah. Orang-orang hanya berspekulasi, namun Dylan tidak pernah konfirmasi.

“Sekarang, ia mengurangi kegiatan sebagai musisi terkenal dan sudah mulai merambah dunia bisnis termasuk butik dengan nama brandnya sendiri.” Manager Kim menjelaskan.

Vina tidak bisa berkata-kata. Napasnya masih sesak melihat lelaki yang pernah meninggalkan benih di rahimnya ternyata adalah orang terkenal, bahkan rumornya setengah penduduk bumi adalah penggemarnya.

“Bulan depan, Tuan Dylano bahkan akan berkunjung ke butik kita.”

Ucapan Manager Kim justru membuat Vina bertambah sulit bernapas. Tubuhnya terasa disengat aliran listrik bertegangan tinggi. Matanya menatap ngeri poster di hadapannya.

“Mommy.”

Vina menoleh ke bawah saat tangannya dipegang seseorang. Clara turut memandang poster di depan mereka.

“Waah... tampan sekali modelnya,” celoteh Clara. “Mommy, apa Daddyku juga tampan seperti dia?”

Spontan, Vina menutup mulut Clara. Ia menunduk menyamakan pandangannya pada sang putri. “Ssstt... jaga sopan santunmu, Clara. Lelaki di poster itu pemilik tempat ini.”

“Berarti dia kaya, ya, Mom?” bisik Clara.

Vina mengangguk. “Iya. Oh ya, kenapa Clara berkeliaran di sini? Bukankah Mommy minta kamu menunggu di ruang karyawan saja?”

“Ara mau pup, Mommy.”

Cepat, Vina mengantar putrinya ke kamar mandi. Sambil menunggu Clara, Vina berusaha mengendalikan diri.

**

Hari-hari berikutnya, Vina seperti orang linglung. Ia merasa poster Dylan di dinding memandangnya dengan tatapan tajam. Berbagai alasan Vina untuk tidak bekerja saat Dylan datang ditolak mentah-mentah oleh manager Kim.

“Kalau tidak diperbolehkan cuti hari itu, aku mau mengajukan resign saja." Vina merajuk.

Manager Kim malah tergelak. “Bercanda, kamu! Sudah, sana kerja lagi.”

Di hari kedatangan Dylan, tubuh Vina bergetar hebat. Ia datang dengan wajah pucat dan menggunakan masker wajah dengan dalih sedang flu berat. Vina sangat berusaha untuk mengendalikan diri.

“Selamat datang, Tuan Dylano.”

Vina dan teman-temannya menunduk sedikit. Perlahan, Vina mengembuskan napas lega saat ia merasa Dylan seperti tidak mengenalinya. Seorang CEO tidak mungkin memperhatikan pegawai biasa, bukan?

Manager Kim dan para karyawan butik bertepuk tangan setelah Dylan menandatangi posternya. Setelah itu, Dylan dijamu di ruang kerja manager Kim. Tak berapa lama kemudian, manager Kim memanggil Vina.

“Tuan Dylano mau bertemu denganmu. Wanita yang berhasil membuat penjualan butik kita meningkat.”

Cepat, Vina menggeleng. “Tidak. Itu kerja tim. Bukan hanya aku.”

Namun, manager Kim mendorong Vina masuk ke ruangannya dan menutup pintu. Vina kini hanya berdua dengan Dylan yang sedang membaca berkas penjualan.

Hening beberapa detik. Vina langsung menunduk sedikit saat Dylan mengangkat kepala dan menatap dirinya. Lelaki itu bangkit dari kursi dan menghampiri Vina. Tanpa bisa dicegah, Dylan melepas masker Vina.

“Akhirnya kita bertemu lagi, istriku.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
NACL
aaaaah aku gemas bnget sama Clara
goodnovel comment avatar
ktsn-
akhhh ketemunlg sm suami dadakannyaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan   274. Merawat Tubuh

    "Kamu tau suami-suami kita sedang main golf?" Kelly menelepon Vina beberapa jam setelah Dylan berangkat."Iya. Kenapa, Kel?""Nggak papa. Habis golf, Brandon mau ikut lihat Dylan syuting musik video?""Iya.""Dylan pake pelet apa sih supaya suamiku mau ikut?""Hah? Gimana?"Kelly mendengarkan celotehan tentang suaminya. Bagaimana Brandon jarang sekali pergi main golf bersama rekan-rekan sejawat. Ia juga tidak pernah sekalipun mau tau urusan syuting."Syuting itu kan banyak orang. Ngapain Brandon ikutan?""Hmm ... kata Dylan, Brandon mau lihat lokasi syuting sih tepatnya.""Iyaaa, tetap aja banyak orang. Aku kebayang sampe rumah, ia bakal masuk ke ruang pribadi dan gak keluar-keluar sampe dua hari.""Aduh! Aku nggak tau, Kel. Maaf ya.""Bukan salahmu, Vin. Aku hanya menyampaikan keheranan pada prilaku suamiku. Aku nggak nyalahin kamu." Kelly terkekeh.Vina mengembuskan napas lega. Awalnya ia sangat khawatir hubungan baiknya dengan Kelly rusak karena Brandon sangat ingin tau tentang kar

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan   273. Dari Hati ke Hati

    “Ummm.” Dylan menggeliat, lalu kembali mengeratkan pelukannya pada tubuh Vina. “Apa Kael bangun semalam?”“Iya.”Dylan segera membuka mata mendengar jawaban Vina. “Oh ya? Aku nggak denger dan nggak sadar juga kamu bangun.”Vina menepuk pelan dada Dylan. “Nggak papa. Kamu memang tidur pulas semalam.”“Hehe.” Dylan terkekeh mengingat kebersamaan hangat mereka semalam. “Kamu membuatku tidur nyenyak.”“Nggak juga. Kamu memang bisa lelap semenjak minum obat dan vitamin dari dokter.”Ucapan Vina membuat Dylan teringat masalah obat-obatan tersebut. Tapi, sebelum ia membahasnya, Vina mendongak dan menatap wajah Dylan.“Bagaimana perasaanmu setelah bercinta lagi semalam? Apa kamu merasakan perbedaan setelah aku melahirkan?”Terlihat Dylan mengangkat alis. Vina menunggu jawaban. Ia merasa harus membicarakan ini daripada ia pendam sendiri.Tangan Dylan menyusuri kulit tubuh Vina. Tapi, gerakan tangan tersebut malah dihentikan Vina dengan menggeleng pelan.“Aku tidak pernah komplen bercinta denga

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan   272. Merasa Asing

    Semalaman, Kael ternyata tidur nyenyak. Akibatnya, dini hari ia menjerit kelaparan. Karena masih mengantuk, Vina meminta nanny membawa Kael ke kamar.Vina menyeret langkah ke pintu. Ia menerima Kael yang merengek ingin menyusu.“Ssttt ... sabar, Kael. Jangan keras-keras nangisnya. Itu daddy masih tidur, lho.” Vina duduk bersandar di punggung ranjang dan membuka penutup dadanya.Kael menyusu dengan lahap. Vina menoleh ke samping. Dylan tetap tertidur meski ia tau tadi suaminya mendengar Kael menangis.Apa Dylan sangat lelah sampai tidak sanggup memberi perhatian pada dirinya dan Kael?Dulu, sebelum si kembar hadir, Dylan selalu punya cara menunjukkan bahwa ia menginginkan Vina. Ciuman tiba-tiba saat ia sedang memasak, pelukan dari belakang saat hamil, atau sekadar belaian lembut saat mereka duduk di sofa menonton film.Tapi sekarang? Bahkan pelukan terasa sekadar rutinitas—singkat, seperti formalitas pagi hari sebelum berangkat kerja.Dan malam-malam mereka, meski tangan Dylan beberapa

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan   271. Kolik Pada Bayi

    Selesai menyusui, Vina menyempatkan diri menemani Dylan dan Clara sarapan. Vina kembali bercerita tentang keadaan Kael pada Clara.“Iya, Ara denger Kael nangis-nangis kenceng tapi Ara ngantuk banget.” Clara mengangguk sambil makan.“Nggak papa. Memang Clara harus tidur karena kan paginya sekolah.”“Jadi, mommy nggak tidur semalam?”“Tidur sebentar.”Dylan melirik istrinya yang meski terlihat agak pucat tetapi selalu berusaha bersikap biasa saja. Meski ia tau sebenarnya, Vina sangat mengantuk dan lelah.“Aku berangkat dulu, ya.” Dylan berdiri dan mencium Vina serta Clara. “Nanti aku sempatkan video call.”Clara juga pergi beberapa menit setelah Dylan. VIna masih duduk lemas di kursi meja makan sambil makan perlahan.Meski tak nafsu makan, Vina memaksakan diri untuk menghabiskan isi piringnya. Setelah minum vitamin, Vina kembali ke kamar bayi.Kael masih tidur. Bahkan Kean sudah kembali dari berjemur. Vina memutuskan untuk beristirahat sejenak di kamar utama.Saat kembali ke ranjangnya,

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan   270. Bayi yang Rewel

    Dylan menatap layar ponselnya yang telah gelap. Pembicaraan dengan Brandon singkat namun sarat dengan kata-kata yang menusuk relung hati. Mski begitu, Dylan mengakui semua yang diucapkan Brandon benar.Perlahan naik kembali ke ranjang, Dylan menyisipkan lengan di bawah kepala Vina. Tanpa suara, memeluk dan mencium sekilas wajah istrinya. Jalannya semakin terang untuk melakukan perubahan.Suara tangisan bayi melalui baby monitor membangunkan Vina. Perlahan, ia memindahkan lengan Dylan yang melingkari pinggang dan turun dari ranjang.“Sssttt ... kenapa nangis jerit-jerit begitu, Kael?” Vina datang sambil menatap bayinya yang sedang ditenangkan nanny.Setelah disusui Kael cukup tenang. Namun saat Vina hendak kembali ke kamar, Kael kembali menjerit hingga ia membalik tubuh dan masuk ke ruang bayi lagi.Sepanjang malam Kael menangis di gendongan Vina. Sebentar tenang, tak lama bayi kecil merengek lagi.Vina berjalan mondar-mandir di dalam kamar, mengayun Kael perlahan sambil membisikkan lag

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan   269. Nasehat Keras

    “Kamu yakin, Sayang?” Vina menatap wajah Dylan keheranan.“Sebenarnya tidak. Tetapi, aku harus melakukannya. Tolong dukung keputusanku.” Dylan menggenggam kedua tangan Vina.Vina tidak yakin dengan apa yang direncanakan sang suami. Namun begitu, kepalanya mengangguk pelan dengan senyum tipis.“Masih ada waktu jika kamu berubah pikiran. Tapi, apa pun nanti keputusanmu, aku akan selalu di sisimu.” Vina berjanji.“Aku lega mendengarnya. Kamu yang terbaik, Chagiya.” Dylan mengecup kedua tangan Vina.Genggaman tangan Vina mengerat. Ia mengembuskan napas panjang berharap masalah mereka bisa terselesaikan segera.“Umm ... tapi, aku juga punya permintaan.” Vina menatap wajah Dylan.Kepala Dylan mengangguk. “Aku mendengarkan. Katakan apa yang kamu inginkan.”Vina tidak langsung menjawab. Jari jempolnya mengelus tangan Dylan sambil berpikir bagaimana merangkai kata agar Dylan mau menuruti permohonannya.“Jadi satu tahun ini aktifitasmu akan sangat padat. Rekaman dan syuting video musik serta pro

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status