Share

2. Lelaki Tak Dikenal

Penulis: ReyNotes
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-26 14:41:48

"Ni -- Nikah denganmu?"

Lelaki asing itu mengangguk. "Sayang kan semua yang kamu siapkan ini sia-sia?" Ia mengendik pada gaun dan kamar pengantin.

"Kamu gila! Kita tidak saling mengenal dan.... "

Terdengar gelak tawa yang memotong ucapan Vina. Dylan membalas dengan kalimat sindiran. “Bertunangan lama pun nggak menjamin sampai pelaminan, kan? Lagipula, ini balas dendam yang tepat."

Vina bukan wanita yang spontan. Segala sesuatu biasanya ia persiapkan dengan matang. Namun kali ini emosi sedang menyelimutinya.

Dan ternyata, begitu ia menyetujui ide dadakan tersebut, rencana berjalan sangat lancar. Di kamar pengantin itu Vina dan Dylan menikah secara resmi.

Dylan melepas cincin hitam di jari kelingkingnya. Benda itu bahkan pas saat Dylan menyisipkan di jari manis Vina.

"Kalian sekarang sudah resmi sebagai suami-istri."

Mendengar ucapan tersebut, bukannya saling bertatapan mesra seperti layaknya pasangan pengantin baru, keduanya malah terkekeh bersama. Kegilaan ini sejenak menghibur Vina.

Vina menatap suaminya yang sedang menuang minuman ke gelas tinggi. Ia baru benar-benar sadar pada pesona Dylan. Suaminya itu jauh lebih tampan dari mantan tunangan brengseknya.

"Untuk pernikahan kita." Dylan memberikan satu gelas kepada Vina.

"Untuk pernikahan kita," ulang Vina .

Mereka membenturkan gelas satu sama lain lalu meminum cairan beralkohol tersebut. Rasa pahitnya membuat Vina mengernyit. Ia melirik Dylan yang malah tampak menikmati.

"Ini pertama kalinya aku bertindak tanpa perencanaan." Vina menatap gelas kosongnya.

"Oh ya? Aku sering begini. Rasanya menegangkan sekaligus memyenangkan, bukan?”

Dylan lalu mengulurkan tangan. Ia menarik Vina untuk berdiri dan berdansa. Mereka merapatkan tubuh mengikuti irama lagu romantis.

Tatapan menghanyutkan dari Dylan mulai menimbulkan getaran hebat di jantung Vina. Ia bahkan juga menikmati belaian tangan lelaki itu di punggungnya.

Sejurus kemudian, mereka saling memagut. Vina bisa merasakan Dylan mencoba menahan hasrat. Lelaki itu tak sabar untuk pengalaman malam pertama mereka.

"Kita akan melakukannya." Dylan berbisik penuh perasaan. "Dan kita akan membuat ini menjadi malam panjang yang tak terlupakan."

Vina tersenyum canggung. Mereka masih berpelukan beberapa saat hingga akhirnya Dylan membimbing Vina ke ranjang.

Seperti terkena sihir mantra penurut, Vina diam saja ketika Dylan mulai melucuti pakaiannya. Petualangan baru mereka sebagai suami istri benar-benar berlangsung sepanjang malam.

Menjelang siang, Vina terjaga karena sinar matahari menyilaukan matanya. Ia memicingkan mata dan melirik jam di ponselnya.

"Hampir jam sebelas siang." Vina menggumam pelan.

Vina menatap dirinya yang tak berbusana. Ia ingat betul apa yang dilakukan semalaman bahkan sampai pagi tadi, hingga merasakan sekujur tubuhnya sakit terutama di bagian bawah perut.

Suara dengkuran pelan membuat Vina menoleh. Dylan masih terlelap. Ketampanan lelaki itu tidak berkurang meski dengan rambut berantakan. Kepala Vina menggeleng pelan.

"Ini tidak benar. Bisa-bisanya aku menikah dengan lelaki tak dikenal ini. Bagaimana kalau ia penjahat, pemabuk, sudah berkeluarga? Atau... "

Vina bergidik mengingat lelaki di sampingnya bahkan sedang dikejar-kejar tiga lelaki kekar saat mereka bertemu. Perlahan, Vina bergeser dan tertegun sejenak menatap seprei. Kemudian dengan cepat turun dari ranjang dan membereskan barang-barangnya.

Sebelum pergi, Vina meninggalkan tumpukan uang dan selembar surat untuk Dylan. Ia melirik ranjang dan mengamati kamar pengantinnya, lalu bergegas keluar.

Dalam taksi yang membawanya pergi, Vina termenung. Ia segera menyadarkan diri agar kembali pada kenyataan.

Paling tidak, ia benar-benar menikah di hari kelahirannya, dengan gaun pengantin impian dan menikmati malam pertama di hotel berbintang lima, meski bukan dengan lelaki pilihannya.

Sambil berpikir apa yang akan ia lakukan selanjutnya, Vina memainkan cincin di jari manis. Ia menatap benda hitam yang melingkar itu, lalu mengumpat pelan. "Akh, sial. Aku lupa mengembalikan cincin murahan ini pada Dylan."

Segera, Vina melepasnya. Sebelum memasukkan ke dalam saku, ia mengamati cincin hitam yang bermata ungu itu. Vina membaca tulisan di bagian dalam cincin dan menggeleng tak mengerti.

Kembali ke apartemennya, Vina mengumpulkan semua benda yang berhubungan dengan Andreas – mantan tunangannya. Satu box besar ia angkut ke rooftop gedung.

Vina membakar semua benda itu ke dalam tong besi, termasuk tas yang sedang ia kenakan.

Cintanya kini rusak dan akan menjadi abu. Vina mendengus pelan pada isi tong. Matanya tiba-tiba terbelalak melihat ujung kertas yang mulai dilahap api.

“Tidak, tidak... buku nikahnya!!”

Dengan sebatang besi, Vina menarik keluar tas yang tadi ia gunakan. Cepat, Vina membuka tas dan terduduk lemas mendapati surat nikahnya telah terbakar sebagian.

"Yaa... bagaimana aku mengajukan cerai jika surat-surat resminya terbakar begini?"

Vina duduk lemas di lantai. Ia mencoba membaca nama panjang Dylan. Namun sayang, justru bagian itulah yang terbakar.

Sampai di kamar, Vina membuka laptop. Jarinya mengetik di pencarian tentang cara mendaftarkan perceraian melalui online.

Kepala Vina menggeleng saat membaca data yang harus dilengkapi seperti nama lengkap dan tanggal lahir. Sadar, bahwa ia tidak tau apa pun tentang Dylan membuatnya kesulitan mengisi data-data yang diminta.

“Sial... kamu benar-benar nekad menikahi lelaki tak dikenal itu, Vina!” Vina mengutuk dirinya sendiri.

Satu bulan berlalu.

Sebelum berangkat kerja di butik sebagai konsultan busana pribadi, Vina sudah merasa tak enak badan. Pulang dari butik, Vina mampir ke klinik. Ia menceritakan gejala yang sejak pagi ia alami pada seorang dokter umum di sana. Wanita ramah itu memberikan obat pertolongan pertama lalu menyodorkan satu benda pipih.

“Sebelum minum obat, sepertinya anda harus mengecek urine lebih dulu.”

Ucapan itu menyadarkan Vina bahwa ia sudah terlambat menstruasi. Tiba di apartemen, Vina langsung ke kamar mandi.

Setelah beberapa saat menunggu, Vina menatap benda pipih di atas wastafel. Garis dua. Tak terasa air matanya mengalir di pipi. Tubuh Vina melorot ke lantai dan terisak sedih.

“Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
NACL
bangunnn Dylan heyyy
goodnovel comment avatar
Heri Wanti
gmn ceritanya mereka menikah cuma di kamar berdua, dylan ngasih cincin hitam dan ada buku nikahnya? yg menikahkan mereka siapa? penghulu, pendeta atau pihak catatan sipil. bagian ini agak membingungkan.
goodnovel comment avatar
ktsn-
lanjuttt bacaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan   274. Merawat Tubuh

    "Kamu tau suami-suami kita sedang main golf?" Kelly menelepon Vina beberapa jam setelah Dylan berangkat."Iya. Kenapa, Kel?""Nggak papa. Habis golf, Brandon mau ikut lihat Dylan syuting musik video?""Iya.""Dylan pake pelet apa sih supaya suamiku mau ikut?""Hah? Gimana?"Kelly mendengarkan celotehan tentang suaminya. Bagaimana Brandon jarang sekali pergi main golf bersama rekan-rekan sejawat. Ia juga tidak pernah sekalipun mau tau urusan syuting."Syuting itu kan banyak orang. Ngapain Brandon ikutan?""Hmm ... kata Dylan, Brandon mau lihat lokasi syuting sih tepatnya.""Iyaaa, tetap aja banyak orang. Aku kebayang sampe rumah, ia bakal masuk ke ruang pribadi dan gak keluar-keluar sampe dua hari.""Aduh! Aku nggak tau, Kel. Maaf ya.""Bukan salahmu, Vin. Aku hanya menyampaikan keheranan pada prilaku suamiku. Aku nggak nyalahin kamu." Kelly terkekeh.Vina mengembuskan napas lega. Awalnya ia sangat khawatir hubungan baiknya dengan Kelly rusak karena Brandon sangat ingin tau tentang kar

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan   273. Dari Hati ke Hati

    “Ummm.” Dylan menggeliat, lalu kembali mengeratkan pelukannya pada tubuh Vina. “Apa Kael bangun semalam?”“Iya.”Dylan segera membuka mata mendengar jawaban Vina. “Oh ya? Aku nggak denger dan nggak sadar juga kamu bangun.”Vina menepuk pelan dada Dylan. “Nggak papa. Kamu memang tidur pulas semalam.”“Hehe.” Dylan terkekeh mengingat kebersamaan hangat mereka semalam. “Kamu membuatku tidur nyenyak.”“Nggak juga. Kamu memang bisa lelap semenjak minum obat dan vitamin dari dokter.”Ucapan Vina membuat Dylan teringat masalah obat-obatan tersebut. Tapi, sebelum ia membahasnya, Vina mendongak dan menatap wajah Dylan.“Bagaimana perasaanmu setelah bercinta lagi semalam? Apa kamu merasakan perbedaan setelah aku melahirkan?”Terlihat Dylan mengangkat alis. Vina menunggu jawaban. Ia merasa harus membicarakan ini daripada ia pendam sendiri.Tangan Dylan menyusuri kulit tubuh Vina. Tapi, gerakan tangan tersebut malah dihentikan Vina dengan menggeleng pelan.“Aku tidak pernah komplen bercinta denga

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan   272. Merasa Asing

    Semalaman, Kael ternyata tidur nyenyak. Akibatnya, dini hari ia menjerit kelaparan. Karena masih mengantuk, Vina meminta nanny membawa Kael ke kamar.Vina menyeret langkah ke pintu. Ia menerima Kael yang merengek ingin menyusu.“Ssttt ... sabar, Kael. Jangan keras-keras nangisnya. Itu daddy masih tidur, lho.” Vina duduk bersandar di punggung ranjang dan membuka penutup dadanya.Kael menyusu dengan lahap. Vina menoleh ke samping. Dylan tetap tertidur meski ia tau tadi suaminya mendengar Kael menangis.Apa Dylan sangat lelah sampai tidak sanggup memberi perhatian pada dirinya dan Kael?Dulu, sebelum si kembar hadir, Dylan selalu punya cara menunjukkan bahwa ia menginginkan Vina. Ciuman tiba-tiba saat ia sedang memasak, pelukan dari belakang saat hamil, atau sekadar belaian lembut saat mereka duduk di sofa menonton film.Tapi sekarang? Bahkan pelukan terasa sekadar rutinitas—singkat, seperti formalitas pagi hari sebelum berangkat kerja.Dan malam-malam mereka, meski tangan Dylan beberapa

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan   271. Kolik Pada Bayi

    Selesai menyusui, Vina menyempatkan diri menemani Dylan dan Clara sarapan. Vina kembali bercerita tentang keadaan Kael pada Clara.“Iya, Ara denger Kael nangis-nangis kenceng tapi Ara ngantuk banget.” Clara mengangguk sambil makan.“Nggak papa. Memang Clara harus tidur karena kan paginya sekolah.”“Jadi, mommy nggak tidur semalam?”“Tidur sebentar.”Dylan melirik istrinya yang meski terlihat agak pucat tetapi selalu berusaha bersikap biasa saja. Meski ia tau sebenarnya, Vina sangat mengantuk dan lelah.“Aku berangkat dulu, ya.” Dylan berdiri dan mencium Vina serta Clara. “Nanti aku sempatkan video call.”Clara juga pergi beberapa menit setelah Dylan. VIna masih duduk lemas di kursi meja makan sambil makan perlahan.Meski tak nafsu makan, Vina memaksakan diri untuk menghabiskan isi piringnya. Setelah minum vitamin, Vina kembali ke kamar bayi.Kael masih tidur. Bahkan Kean sudah kembali dari berjemur. Vina memutuskan untuk beristirahat sejenak di kamar utama.Saat kembali ke ranjangnya,

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan   270. Bayi yang Rewel

    Dylan menatap layar ponselnya yang telah gelap. Pembicaraan dengan Brandon singkat namun sarat dengan kata-kata yang menusuk relung hati. Mski begitu, Dylan mengakui semua yang diucapkan Brandon benar.Perlahan naik kembali ke ranjang, Dylan menyisipkan lengan di bawah kepala Vina. Tanpa suara, memeluk dan mencium sekilas wajah istrinya. Jalannya semakin terang untuk melakukan perubahan.Suara tangisan bayi melalui baby monitor membangunkan Vina. Perlahan, ia memindahkan lengan Dylan yang melingkari pinggang dan turun dari ranjang.“Sssttt ... kenapa nangis jerit-jerit begitu, Kael?” Vina datang sambil menatap bayinya yang sedang ditenangkan nanny.Setelah disusui Kael cukup tenang. Namun saat Vina hendak kembali ke kamar, Kael kembali menjerit hingga ia membalik tubuh dan masuk ke ruang bayi lagi.Sepanjang malam Kael menangis di gendongan Vina. Sebentar tenang, tak lama bayi kecil merengek lagi.Vina berjalan mondar-mandir di dalam kamar, mengayun Kael perlahan sambil membisikkan lag

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan   269. Nasehat Keras

    “Kamu yakin, Sayang?” Vina menatap wajah Dylan keheranan.“Sebenarnya tidak. Tetapi, aku harus melakukannya. Tolong dukung keputusanku.” Dylan menggenggam kedua tangan Vina.Vina tidak yakin dengan apa yang direncanakan sang suami. Namun begitu, kepalanya mengangguk pelan dengan senyum tipis.“Masih ada waktu jika kamu berubah pikiran. Tapi, apa pun nanti keputusanmu, aku akan selalu di sisimu.” Vina berjanji.“Aku lega mendengarnya. Kamu yang terbaik, Chagiya.” Dylan mengecup kedua tangan Vina.Genggaman tangan Vina mengerat. Ia mengembuskan napas panjang berharap masalah mereka bisa terselesaikan segera.“Umm ... tapi, aku juga punya permintaan.” Vina menatap wajah Dylan.Kepala Dylan mengangguk. “Aku mendengarkan. Katakan apa yang kamu inginkan.”Vina tidak langsung menjawab. Jari jempolnya mengelus tangan Dylan sambil berpikir bagaimana merangkai kata agar Dylan mau menuruti permohonannya.“Jadi satu tahun ini aktifitasmu akan sangat padat. Rekaman dan syuting video musik serta pro

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status