Share

Bab 14

Aku berdiri mematung, mengedarkan pandangan ke segala penjuru dapur, tanpa tahu harus melakukan apa pagi ini?

Niat awal tadi, mau ala-ala istri sholehah yang menyiapkan sarapan untuk suaminya sebelum berangkat kerja.

Tapi masalahnya, aku....

Menggigit jari, lalu menggaruk kepala yang tak gatal.

Sadar, kalau dari dulu aku cuma bisa masak air dan indomie doang.

Tapi kalau gak ngapa-ngapain, takut malah nanti dikira istri yang tidak becus melayani suami.

Walaupun ibu mertua sangat baik, tapi kan gak enak hati juga kalau sepagi buta ini tinggal ongkang-ongkang kaki di kamar.

Seketika itu, jadi ingat sahabatku yang baik hati walau kadang rada gak waras.

Aku merogoh ponsel dari saku switer dan segera menelponnya.

“Halo,” ucapnya pelan. Suaranya ada serak-serak manja menggoda.

Aku tebak dia baru bangun tidur.

“Maesaroh. Bantuin gue pliss!” Aku to the point.

“Apaan? Lu gak bis
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status